SEC-S18-W3: "Surat Untuk Ayahku"| Ayah, Aku Rindu

in Steem Venezuela2 months ago (edited)

Hai rekan-rekan steemian yang hebat. Apa kabar hari ini. Semoga sehat dan masih semangat menulis ya. So, pasti song. Sisihkan secuil waktu dalam kesibukan menulis. Pastinya tulisan yang menarik dan bermanfaat. Bukan tulisan mengandung unsur sara dan perpecahan. Jadikan menulis sebagai salah satu jalan membangun silaturahmi dan harmonisasi hidup dengan sesama. Pada kesempatan ini Aku kembali mengikuti kontes atau tantangan dari komunitas Venezuela. Temanya menarik dan membangun rasa rindu dengan orangtua, yaitu tentang Ayah. Bagi yang masih mempunyai Ayah dan tidak berjumpa bisa dikirimkan surat. Namun bagi yang telah tiada kirimkan do'a agar mengalir pundi-pundi amal untuknya. Aku ingin juga mengundang rekan-rekan lainnya untuk ikutserta yaitu @puncakbukit, @pahlawan ace dan @hanna716. Okelah kalau begitu kisah pun dibuka :

Saat Aku menulis mataku sekilas melihat suatu adegan drama ringan tentang keluarga di handphone. Hal ini bukan Aku sengaja dan tidak ada kalimat kebetulan dalam hidup ini. Tuhan sudah mengatur dengan rapi perjalanan kisah kehidupan sang hamba. Begini kalimat tertulis, "Ayah rela bekerja siang malam demi istri dan anaknya tanpa memperdulikan dirinya sendiri". Ayah bertanggungjawab sepenuhnya terhadap peredaran roda kehidupan tanpa menyampingkan peran seorang Ibu. Memang ibu kedudukannya tiga kali disebutkan oleh Rasul yang perlu dihormati dan kemudian barulah ayahmu. Namun demikian jika melihat perjuangan seorang ayah luar biasa. Mencari nafkah sepanjang pagi dan petang hingga malam hari baru pulang. Kedudukan sang ayah pun luar biasa dengan seribu satu usaha dalam rangka membahagiakan keluarga.



  • Aku mirip sang Ayah*

Aku ambil contoh adalah ayahku. Ayahku yang lahir di Kampung Pisang, Pidie dulunya adalah pemuda desa. Untuk memperbaiki hidup pergi merantau ke Jakarta. Kemampuan menjadi driver dan ketaatan kepada Allah SWT, sang Ayah perjalanan rezeki menjadi PNS ABRI (sekarang TNI). Jelasnya PNS TNI AD. Ibuku juga orang Pidie, Lamlo. Ayah, ibu dan Aku serta keluarga besar lainnya hidup di Komplek TNI AD Keraton Banda Aceh. Aku anak keempat dari enam bersaudara. Anak laki-laki dari jumlah tiga orang dan infonya Aku paling mirip dengan Ayah. Ganteng dan manis juga lho. Hehe.



Ayahku sesama teman kerja PNS

Sebagai PNS yang tugasnya sebagai driver, ayahku berangkat awal dari rumah dan pulang akhir kerumah. Kadangkala bisa malam hari. Menjadi supir para pejabat atau Perwira Menengah menjadi kebanggaan dan kebahagiaan bagi kami. Ayahku tak pernah diberhentikan dari atasan saat bertugas menjadi supir dan kepercayaan yang diberikan kepada ayahku menjadi beliau tak tergantikan.Hanya pejabatnya saja yang silih berganti.

Seperti yang Aku sampaikan walau sang Ayah beberapa waktu harus pulang telat, kadangkala mendekati magrib, beliau saat dirumah sempatkan mengajar ngaji bagi anak-anaknya. Di rumahku hampir setiap malam ramai dengan anak-anak komplek yang mengaji. Ibuku mengajar ngaji dirumah yang sempit beukuran sekitar 5 x 10 meter yang beratapkan genteng batu. Ibuku mengajar ngaji tidak memungut bayaran. Aku pun semangat belajar dan main-main juga.



Ayahku didalam masjid Raya Baiturahman Banda Aceh

Nah, sang Ayah dalam waktu luangnya ikut mengajar anak-anak. Aku ingat sekali jika sudah Ayahku yang mengajar pasti suasana senyap dan hening. Murid-murid serius belajar dan sekali waktu terdengar suara isak tangis ringan dari murid baik pria maupun wanita. Ayahku agak keras mengajarnya. Aku pun kebagian tangisan saat Ayahku membetulkan bacaanku tentang surat
Al-Fatihah. Saat tiga kali diulang ayat "Shiraathalladziina An am ta 'alaihim", Aku baca Am am...ngak tepat juga maka melayanglah silat tangannya, plak..plak..bergeser dari dudukan satu meter. Beliau marah bacaan tidak tepat setelah berulang-ulang diajarkan. Alhamdulilah, Aku jadi bisa dan menjadi kenangan penuh hikmah. Aku jadi ingat cara mengajarnya dan saat Aku mengajar ngaji anak-anakku maka bacaan ini menjadi perhatian khusus diriku. Biar tepat hingga mati. Jika tak dibetulkan pastilah salah itu dibawa mati juga. Aku bangga juga dengan Ayahku walau sudah tua masih suka ingin azan di Mushalla Al-Fitrah Komplek tempat tinggal kami. Contoh ini membuat Aku selalu ingin azan dimasjid-masjid yang Aku singgahi. Aku pernah Azan di Masjid dekat Hotelku tinggal saat bertugas haji tahun 2018. Aku juga pernah azan di Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat Tanjungpinang. Bahagia bisa menjadi muazin, semoga menjadi catatan amal ibadah di sisi Allah SWT.

Waktu terus berputar cepat. Aku sedang proses belajar alias menuntut ilmu di Institut Agama Islam Negeri Nuruddin Ar-Raniry Banda Aceh (baca:UIN), tepatnya di Fakultas Dakwah jurusan Dakwah Penerangan dan Penyiaran Agama Islam (DPP). Aku yang Alumni SMA N 3 (Smantig) Banda Aceh, alumni 1990 baru menempuh pendidikan di tahun 1991. Sempat menganggur setahun setelah cita-cita ingin jadi Camat test STPDN tahun 1990 tak lulus. Jika lulus Aku Alumni Jatinangor angkatan ke - 2. Rezekiku tidak disitu dari Allah.

Aku terus kuliah dan usia Ayahku memasuki masa pensiun. Aku kuliah beliau sudah pensiun. Rasa sehat selama ini sang Ayah yang dititipkan Allah secara perlahan diambil. Ayahku jatuh sakit. Penyakit diabetes menganggu beliau. Akhirnya dibawa ke rumah sakit Zainal Abidin Banda Aceh. Ayahku dirawat inap. Aku suka berkunjing disaat usai kuliah. Penyakit diabetes sangat jahat karena banyak merusak alat-alat ditubuh.Ayahku yang mantan PNS ABRI jika dikunjungi orang lain saat namanya dipanggil sangat sigap jawabnya,"siap".

Ada satu percakapan ringan Aku dengan Ayah saat Aku menjenguknya. Beliau dengan terbata-bata sambil duduk berimpuskan tangan serta alat bantu pernafasan menyampaikan arahan-arahan tentang masa depan. Beliau tak mungkin menyuruh anaknya menjadi prajurit. Beliau faham dengan kondisi postur dan tubuhku yang kurus, tinggi dan langsing (kutilang). Aku tak tertarik pun menjadi TNI. Sadar diri dengan kemampuan yang serba kurang. Aku karena kuliah di Perguruan Tinggi Agama hanya ingin jadi Pegawai Departemen Agama.



Saat Ayahku sudah pensiun dan Aku masih menuntut ilmu

Waktu pun terus berjalan. Penyakit Ayahku belum ada tanda-tanda sembuh. Sayang kali dan sedih jika meliau Ayah yang selama ini berjuang membesarkanku dengan segala pekerjaannya sebagai pegawai rendahan. Akhirnya, Aku menerima berita duka Ayahku usai azan magrib pada hari Jum'at, 4 Agustus 1995, Ayahku tercinta pergi menghadap ilahi rabbi. Aku tak ada di rumah sakit karena di komplek pada malam Sabtu ada pengajian yang pemberi materi dari Bintaldam IM. Aku tak diberitahu dan usai salat isya barulah Aku tahu tatkala pulang kerumah kursi tersusun di halaman rumah. Ayahku yang tersayang sudah kembali. "Allahummaqfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu. Ampunkan dosa Ayahku ya Rabb. Masukkan beliau dalam surga-Mu," dalam hati Aku berdo'a seraya air mataku tumpah membasahi bumi.



Suratku untuk Ayah





Surat Rindu ke Ayah

Ayahku telah tiada. Sudah 29 tahun sang Ayah meninggalkanku. Ada rasa rindu ingin berjumpa.Walau hanya dalam mimpi.Syair ini jika Aku nyanyikan tak kuasa menahan rasa haru dan air mata menetes hingga tersedu-sedu diriku. Jika Aku ke Aceh, Aku sempatkan ziarah ke makam Ayah di daerah Lampeuneurut. Dalam sedekah dan baca Al-Qur'an tak pernah Aku niatkan pahalanya buat sang Ayah. Ayahku hebat. Saat beliau bekerja beliau menjadi driver para prajurit berpangkat Kolonel. Jika beliau masih hidup maka anakmu yang kini Allah titipkan pangkat Kolonel yang akan menjadi supir bagi ayah. Oh, iya Aku tuliskan surat untukmu Ayah, surat ungkapan rasa rindu dan juga bersyukur menjadi anakmu. Anak yang tak pernah bercita-cita jadi prajurit namun kita menjadi prajurit Samudera Jalesveva Jaya. Terima kasih Ayah. Terima kasih Kebanggaanku. Bagimu Lahul Al-Fatihah.

Semoga tulisan sederhana ini mampu membangkitkan semangat dan rasa rindu kita kepada ayah, baik yang masih ada maupun telah tiada. Walaupun nama ibu tiga kali disebut dan ayah hanya sekali namun cintaku pada Ayah abadi.

Salam rindu buat Ayah dari anakmu di Kota Gurindam XII Tanjungpinang @hoesniy

Sort:  

Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.

Kenangan yang indah yang tidak lekang oleh waktu. Ayah punya tempat tersendiri dengan ketegasannya mampu merubah dunia untuk masa depan anak2 nya

Ya bang, sangat dijaga tajwid bacaan Al-Fatihah

subhanallah menjadi amal jariyah untuk beliau

Semangat pak.. Saya juga suka menulis surat tak bertuan jika sedang dalam kondisi-kondisi emosi yang fundamental. Gelisah, marah, takut, gembira, sepi, itu sebagian dari hal-hal yang jika dituangkan dalam bentuk tulisan, bisa membantu menetralisir emosi kita.

Semoga Sir Hoesniy bisa bertemu dengan sang ayahanda di akhirat nanti. Aamiin ya robbal ‘alamin…

Aamiin ya Allah..tks banyak

Greetings

My regards to your father indeed he was great person who migrated to other city for quification and joined civil servant. He was always punctual and performed duty very well moreover he brought you up in a best ways and therefore credits goes to his dedication as he worked hard for the children.

Good luck

Terima kasih kawan,semoga orang tua kita bahagia sll

 2 months ago 

Saludos amigo
Su padre fue una gran persona que trabajo duro para el cuidado de su familia.siendo puntual en todo

Loading...

We support quality posts and good comments Published in any community and any tag.
Curated by : @eliany

Terima kasih atas dukungannya dan semoga makin semangat