Pengaruh dan Pelayanan Publik Kita

in #indonesia7 years ago

Ibu seorang kawan harus mendapatkan perawatan intensif  di sebuah rumah sakit besar di Banda Aceh. Ketika dibawa ke sana atas rujukan seorang dokter, kawan itu mendapatkan jawaban tidak tersedia ruang inap karena sudah penuh. Kawan dan keluarganya panik, mereka tidak diberikan pilihan untuk tindakan selanjutnya. Ibunda kawan itu yang sedang lemas, harus menginap di ruang IGD sampai ada pasien lain yang keluar. 

 Jadi, tindak lanjutnya adalah menunggu. Sampai kapan? Yah, sampai ada pasien lain yang keluar. Kalau tidak ada pasien lain yang keluar, bagaimana? 

Tidak ada jawaban yang memuaskan. Akhirnya, seorang kawan dari kawan itu menyarankan untuk menghubungi seorang tokoh berperngaruh di Aceh. Dan itu dilakukan. Kawan itu menelepon sang tokoh yang memang dikenal dan mengenalnya, menceritakan kejadian yang menimpa ibunya. Tak lama, kemudian tersedia kamar rawat inap di rumah sakit tersebut.

Kawan yang lain, berurusan dengan dengan sebuah dinas untuk pengurusan surat-surat penting. Sudah berbulan-bulan, surat yang diperlukan tidak pernah selesai. Jawabannya macam-macam, mulai dari tidak ada blanko, pejabat yang berwenang sedang tidak ada di tempat, sampai dengan listrik padam.

Akhirnya, kawan itu menghubungi wartawan dan mengeluhkan buruknya pelayanan publik di kantor tersebut. Sang wartawan yang kebetulan mengenal pejabat bersangkutan, menelepon dan akhirnya si kawan ini selesai urusannya. “Tapi beritanya jangan ditulis lagi, kan masalahnya sudah selesai,” pinta sang pejabat.

Begitu banyak peristiwa seperti itu terjadi di sekitar kita. Seolah bila tidak memiliki koneksi, kita tidak bisa mendapatkan pelayanan yang seharusnya. Seolah uang, pengaruh, dan koneksi menjadi solusi atas semua masalah yang kita hadapi. Bagaimanakah nasib warga yang tidak memiliki uang? Atau kalaupun ada uang tetapi tidak mau menggunakan cara tidak halal untuk memperlancar urusan. Bagaimana dengan orang yang tidak mempunyai pengaruh, tidak memiliki koneksi dengan siapa pun yang bisa menolongnya? Kepada siapa dia harus mengadu?

Jawaban paling mudah adalah masih ada Allah yang Mahapenolong. Yah, pada akhirnya kita memang harus kembali ke sana. Namun, persoalan pelayanan publik agar menjadi lebih baik tidak akan tercipta hanya dengan doa. Harus ada upaya semua pihak untuk memperjuangkannya. Semuanya memiliki hak sama. Kalaupun secara sosial tidak memiliki pengaruh penting, tetapi sebagai manusia harus dilayani sepenuh hati. Bukankah itu yang membedakan kita dengan makhluk lain? 

Image source : 1, 2, 3

SALAM STEEMIT INDONESIA

BERSAMA KITA BISA

Sort:  

Please, always provide the source of each image being used. Thank You

Indonesia?? Bagi kita anak muda penerus bangsa, bangun bangsa, ini jangan budak di negara sendiri.

Pelayanam publik yang menyedihkan, teman saya mengurus kesalahan nik saja harus bolak balik mondar mandir kayak orang cari kerja. Terima kasih @aiqabrago, ini masukan buat lembaga terkait.

kalo saya merekam jejak dari tulisan di atas maka selayaknya kita berdoa semoga saja pelayanan publik kita semakin tepat dan cepat dimanapun dan dalam kondisi apapun. mudah-mudahan tulisan bang @aiqabrago jadi inspirasi yang bagus bagi yang menjalankan dan berprofesi sebagai pelayan masyarakat. Terima kasih

semoga kedepannya ada perubahan untuk indonesia dari segi manapun, harapan bangsa hanya ada di pundak para pemuda yang akan meneruskan perjuangan para tokoh bangsa kita, semoga peran pemuda kedepannya dapat menjadikan indonesia lebih baik.

Sungguh miris pelayanan publim tempat kita. Semoga ada perubahan

Itulah perangai orang kita, jika punya koneksi urusan biasanya cepat beres. Di rumah sakit sekarang, jika ada pasien yang ditanya dulu apakah ada BPJS, termasuk yang butuh pelayanan medis segera. Beda banget dengan di negeri orang...AU ah

Begitulah zaman sekarang, yang didepan yang berkuasa,. Allah maha mengetahui semua, semoga mereka mendapatkan hidayah ke jalan yang benar.

apa ini seperti anak ayam yang mau dimangsa kucing yang kemudian datang gajah menyelamatkan anak ayam. jika gajah tidak ada ?
ya nasib si anak ayamlah...