The Death of Truth in the War (Bilingual)

in #indonesia7 years ago

**In war zones, the truth is always hidden in the mist. The combatants shouted the truth at the end of the gun.**

***(@ayijufridar in The Fog of War)***

The skinny man had never imagined himself to be a guerrilla. However, a tragedy that made her lose her family had dragged the man in an armed group fighting from the forest to the forest. Being a guerrilla is not an option but a fate to be traversed to arrive at the realization that rationality must often succumb to revenge and emotion. The man named Tasrif was the narrator, experiencing various events during the armed conflict that claimed not only lives and property but also the truth.

As the sage said, the first victim in the war zone is the truth. This is the essence of the story written @ayijufridar in novel _Kabut Perang (The Fog of War)_ published by Nikko Universal (Jakarta, 2010). In it, we will find stories that are easily guessed in Aceh during the armed conflict. However, no mention of any phrase that reflects this story takes place in Aceh. We will not find the word Aceh, Indonesia, TNI, Police, or GAM in this book of fiction. Perhaps by not labeling any party, the author wants to be free to explore each incident in detail.

The narrator then looks at the various backgrounds of those around him who choose the sword path to seek truth and justice. Not everything has a pure ideology that drives the spirit of struggle. Many are in the line of struggle for reasons of revenge, economy, or even falling for no reason. Whatever the reasons for their motives, the risks on the battlefield are no different; shot or dead. Thus, motivation does not differentiate risk in war zones.

Reading this novel, the reader will be in suspense for the sake of tension. Incidents and armed contacts occur anywhere, anytime, any way. Ironically, the victims are often not combatants, but more innocent civilians. They become victims because they are in the wrong place at the wrong time.

It is not wrong if the Indonesian writer, Linda Christanty, writed endorsement; _Reading this novel leads us to experience each event, dissolves in the headache of thoughts and feelings of the main character, to the end. This novel tells the war from close range, so vivid, inspiring, brilliant, and makes us want no more war anywhere, in any name._

If anyone is to be criticized in this novel is a character error in some parts that seem to escape the observations of the author and editor. Endingnya also very hanging as if the author wants to make a sequel to the next story. There are still many unanswered questions in this novel, especially the fate of the narrator in the latest firefight.***

***


*INDONESIA*

Matinya Kebenaran di Daerah Perang 

**Di daerah perang, kebenaran selalu tersembunyi di balik kabut. Para kombatan meneriakkan kebenaran di ujung senapan.**

***(@ayijufridar dalam Kabut Perang)*** 

LELAKI kurus itu sama sekali tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi seorang gerilyawan. Namun, sebuah tragedi yang membuatnya kehilangan keluarga telah menyeret lelaki itu dalam kelompok bersenjata yang berjuang dari hutan ke hutan. Menjadi gerilyawan bukanlah pilihan, melainkan takdir yang harus dilalui untuk sampai pada kesadaran bahwa rasionalitas seringkali harus mengalah kepada dendam dan emosi. Lelaki bernama Tasrif itu yang menjadi narator, mengalami berbagai peristiwa selama konflik bersenjata yang menelan korban bukan saja nyawa dan harta, tetapi juga kebenaran.

Seperti kata orang bijak, korban pertama di daerah perang adalah kebenaran. Inilah inti dari kisah yang ditulis @ayijufridar dalam novel _Kabut Perang_ yang diterbitkan Universal Nikko (Jakarta, 2010). Di dalamnya, kita bakal menjumpai berbagai kisah yang dengan mudah ditebak terjadi di Aceh semasa konflik bersenjata. Namun, tidak ada penyebutan frasa apa pun yang mencerminkan kisah ini terjadi di Aceh. Kita tidak akan menjumpai kata Aceh, Indonesia, TNI, Polri, maupun GAM dalam buku fiksi ini. Barangkali dengan tidak melabeli pihak mana pun, penulisnya ingin bebas mengeksplorasi setiap kejadian dengan detail.

Narator kemudian melihat berbagai latar belakang orang-orang di sekitarnya yang memilih jalan pedang untuk mencari kebenaran dan keadilan. Tidak semuanya memiliki ideologi murni yang menggerakkan semangat perjuangan. Banyak yang justru berada dalam garis perjuangan karena alasan dendam, ekonomi, atau bahkan terjerumus tanpa memiliki alasan apa pun. Apa pun alasan yang melatar belakangi motif mereka, risikonya di medan perang tidak berbeda; tertembak atau mati. Jadi, motivasi tidak membedakan risiko di daerah perang.

Membaca novel ini ini, pembaca akan berada dalam ketegangan demi ketegangan. Insiden dan kontak senjata terjadi di mana saja, kapan saja, dengan cara apa saja. Ironisnya, korbannya seringkali bukan para kombatan, tetapi lebih banyak masyarakat sipil yang tidak berdosa. Mereka menjadi korban karena berada di tempat yang salah pada waktu yang salah. 

Tidak salah jika sastrawan Indonesia, Linda Christanty, menulis endorsement; _Membaca novel ini membuat kita ikut mengalami setiap peristiwa, larut dalam kecamuk pemikiran serta perasaan si tokoh utama, sampai akhir. Novel ini mengisahkan perang dari jarak dekat, begitu hidup, menggugah, cemerlang, dan membuat kita tidak menginginkan perang lagi di mana pun, atas nama apa pun._

Kalau ada yang mau dikritisi dalam novel ini adalah kesalahan karakter di beberapa bagian yang sepertinya lolos dari pengamatan penulis dan editornya. Endingnya juga sangat menggantung seolah penulis ingin membuat sekuel cerita berikutnya. Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab dalam novel ini, terutama nasib naratornya dalam baku tembak terakhir.***

Sort:  

Bereh bg.. :)

Assalamualaikum, saudaraku @aiqabrago
apa kabar semoga sehat walafiat, amin...
saya @abiismail tinggal di banda aceh

postingan kamu bagus
saya mau ajak kamu untuk saling silaturrahmi antara kita di dunia steemit ini. Aku sudah upvote postingan kamu, tinggal giliran kamu meng upvote postingan-postingan saya
https://steemit.com/friuts/@abiismail/koleksi-buah-buahan-di-suzuya-mall-banda-aceh-16ab296a1224e

Postingan yang sangat bermanfaat dan menarik sekali untuk dibaca,
Bantuan dicari diluar, karna didalam kita punya tapi tidak di perhatikan @aiqabrago

Menarik sekali seperti nya cerita dalam novel pak @ayifjufridar itu.. pengen baca juga nih

Buku fiksi itu diterbitkan tahun 2010 lalu @rimasteem. Sayang sekali tidak ada stoknya lagi.

Waaaah menarik sekali bukunya bang @ayijufridar. Saya juga belum pernah baca, apa ada versi pdf yang bisa di download bang? Mungkin bisa di cetak ulang bang. Trims!

Luar biasa karya @ayijufridar dan postingan yang sangat bagus @aiqabrago thank you salam KSI

Keren isi Novelnya bg....
Terimakasih telah berbagi.
Salam sukses @aiqabrago....

Semoga sejarah pahit tidak terulang lagi?! Amin.