Tahniah! Guruku Alfi Rahman, Ph.D
Alfi Rahman, karena usia saya terpaut jauh dengan beliau, saya memanggilnya Bang Alfi. Saya mengenalnya tahun 2007 yang lalu. Saat itu saya sering main ke kantornya, Aceh Communication Forum (ACF), Keutapang, Banda Aceh, dan sering menginap di situ bersama teman-teman saya eks Presidium LDK Fosma Unsyiah (Uja, Qudri, dan Peter Nu). Ruangannya sejuk karena ada AC dan layanan Wi-Fi, sangat nyaman untuk ukuran pengangguran kere seperti saya daripada berpanas-panas ria di kos-kosan saya yang sumpek di Kopelma Darussalam.
Alfi Rahman
(Sumber: facebook Alfi Rahman)
Tahun 2008, saya mendaftar kuliah di Universitas Terbuka bersama almarhum Martonis (Toni), kami berdua mengambil jurusan S1 Ilmu Komunikasi. Saya heran dengan Toni, karena sebenarnya ia telah menyelesaikan S1 Manajemen pada Fakultas Ekonomi, Unsyiah. Tapi alasannya kenapa kuliah lagi di UT membuat saya sangat sedih jika mengingat almarhum, agar saya punya kawan dan semangat kuliah lagi.
Almarhum Martonis bersama anaknya
(Sumber: facebook Martonis Toni)
Secara kebetulan, rupanya Bang Alfi juga kuliah di UT mengambil jurusan yang sama dengan saya dan Toni. Saat pertama kali mendaftar saya sangat bersemangat, tapi karena merasa sok pintar saya tidak pernah belajar sungguh-sungguh. Seperti kata pepatah, “Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai”, nilai Ujian Akhir Semester (UAS) keluar, saya cuma dapat IP NASAKOM alias satu koma. Saya menyebut UT dengan plesetan "Universitas Terpelit", karena selama dua semester kuliah di situ, IPK saya masih satu koma. Nasib yang sama juga menimpa Toni, hingga kemudian karena merasa kecewa saya dan Toni "mengibarkan bendera putih" alias tidak melanjutkannya lagi.
Tahun 2012, Saya berjumpa kembali dengan Bang Alfi dalam sebuah Grup Diskusi Kecil Pekanan yang saya bersama beberapa teman bentuk. Setiap akhir pekan, kami selalu berkumpul di sebuah warung kopi di seputaran Batoh, dan biasanya kami mendiskusikan topik-topik tentang agama, politik, Dll. Dari Pertemuan itulah, Bang Alfi bercerita bahwa ia telah menyelesaikan studi S1nya di UT dan telah menyandang gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I. Kom), dan saat itu beliau juga bercerita sedang melanjutkan S2 pada Program Studi Magister Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Singkatnya, pertemuan saya bersama teman-teman dengan Bang Alfi harus berakhir akhir tahun 2013. Saat itu Bang Alfi pamit dan mohon doa, karena beliau akan melanjutkan studi S3nya ke luar negri, tepatnya di Universitas Tohoku, Miyagi, Jepang. Perasaan haru bercampur sedih kami rasakan karena harus berpisah dengan orang yang selama ini sudah kami anggap sebagai guru. Dan sejak itu, Grup Diskusi kami pun bubar.
Kemarin siang, saya melihat postingan Kak Cut Januarita di facebook yang tak lain adalah Istri Bang Alfi. Isinya sangat spesial, bahwa Bang Alfi telah menyelesaikan studi S3nya hanya dalam waktu tiga tahun pada the Department of International Environment and Resources Policy, Universitas Tohoku dan berhak menyandang gelar Ph.D.
Dalam hati saya berguman, “hebat ini orang, dari S1 di UT bisa mengejar gelar doktor di luar negri pulak, sedangkan saya masih es kosong alias kuliah S1 gak tamat-tamat!"
Judul disertasi Alfi Rahman, M.Si, Ph.D
(Sumber: facebook Cut Januarita)
Selamat Bang Alfi Rahman, M.Si, Ph.D! Saya kagum dan iri sama Abang. Semoga ilmu yang Abang dapatkan berkah dan bermanfaat untuk Aceh dan Indonesia. Tabik!
Lhokseumawe, Sabtu, 3 Februari 2018.
iloeng get that galak ku kalon postingan gobnyan di Instagram away.. tapi jinou ka jareung buka