nelangsa

in #indonesia5 years ago (edited)

IMG_20191225_205826.jpg

Pagi ini hujan turun begitu lebat membasahi sekujur semesta. aku tak tahu di tempat mu di tengah laut sana hujan atau tidak. terakhir kau menghubungi ku, tiga hari yang lalu. ketika kapal mu meninggalkan Kongo berlayar jauh ke arah barat menuju negara jamaica. gunung-gunung tinggi Itu, yang biasa kau tatap sambil menyeruput kopi mu dari balik jendela ini, tak tampak hijaunya. mereka di selimuti kabut hujan. hujan pagi ini begitu dingin, rasanya tak ada selimut terhangat di kamar ini selain pelukanmu. 

Hari ini, ku hitung hampir dua bulan kau tinggalkan aku dan buah hati kita. di kamar ini, kerinduan mendalam menghunus lubuk hati ku. gundah bercampur sedih kini menjadi teman mengiringi hari-hari yang ku lalui. walau setiap harinya aku juga sibuk dengan pekerjaan ku di rumah sakit, tapi tetap saja aku merasa sepi. sepi tak berhujung.

Hujan masih saja angkuh menghantam bumi. dari balik jendela ini, aku melihat sepasang manusia berteduh di bawah atap kios yang belum buka itu. si wanita tampak mengenakan baju coklat seperti seragam kantoran. Sedangkan lelakinya mengenakan celana kain yang di lipat semrawutan, memakai jaket Lee kurasa, tak begitu jelas pandangan ku karna butir-butir air di kaca jendela. mungkin lelaki Itu hendak mengantar kekasih nya berangkat kerja. kau tahu, aku selalu iri melihat pemandangan yang begini rupa. pemandangan yang selalu membuat ku merasa ingin tiba-tiba kau ada disini. untuk sekedar mengantar dan menjemput ku ke -rumah sakit- tempat kerja. mereka seperti mengejek ku. sesekali kadang ku hujat mereka. mungkin karna hujatan dalam hati ku mereka segera meninggalkan tempat perteduhan. Padahal hujan masih mekar mekarnya. namun sebelum lelaki Itu menghidupkan motornya, jaket yang di pakainya segera ia buka dan di berikan ke wanita itu. huh! lagi ku menghujat!. 

Ku lirik jam dinding, jarumnya menunjuk ke arah pukul delapan lewat entah berapa. jam dinding berwarna biru kesukaan anak agam kita. tuh dia masih di atas kasur, masih tertidur pulas. pun seperti biasa, kebiasaannya tidur larut juga belum berubah. tadi sehabis aku solat subuh, saat aku melafazkan firman-firman ALLAH dalam bait alqur'an dia terbangun. mungkin mendengar suaraku yang merdu. dia merengek yang langsung ku sahut "si'at neuk si'at" (sebentar nak!). apalagi kalau bukan sebotol susu. sudah dua hari ini suhu badannya tinggi. dia sedikit rewel, tapi aku sudah membawanya berobat ke dokter. kata dokter hanya demam biasa. firasat ku mengatakan lebih tepatnya ia merindukan mu. merindukan sosok ayah nya. Aku merasakan ia lebih ceria ketika kau bermain bersamanya. ia tidak menolak ku berikan obat sirup rasa orange kesukaan nya. aku selalu mengatakan kepadanya bahwa kau akan segera pulang dan bermain bersamanya lagi. tentu saja ia belum mengerti dengan ucapan ku, tapi ketika mendengar Kata ayah, ada senyum di wajahnya, aku merasakan itu. begitupun aku, hanya sekedar untuk menenangkan perasaan ku."kau akan pulang sesegera mungkin", lirih ku dalam hati. 

Ku lirik lagi ke arah jendela seraya berjalan kecil, ku sibak gorden biru. pagi memang sudah terlihat terang. ku coba mancari dan menerka-nerka garis gunung louser di atas atap seng angsa yang sudah tua Itu. tapi tetap saja tak tampak karna kabut masih saja menyelimuti. sama hal-nya ku meraba-raba sosok mu di kamar ini, tetap saja Itu semu.

Hu!. ku alihkan lagi pandanganku. mata ku tertuju ke baju kaos Levi's putih mu di belakang pintu. baju kaos hari terakhir yang kau pakai sebelum berangkat ke kapal masih saja ku simpan. ku gantung di belakang pintu, sesekali ku simpan di dalam lemari, belum ku cuci. hampir setiap hari, jika ku rindu aku tidur dengan baju kaos putih mu itu. bau keringat khas badan mu, membuat ku selalu mengingat kenangan ketika kau cuti bekerja dan bersamaku disini. bahkan sebelum aku berangkat kerja ke rumah sakit, aku sengaja menggantungkan baju kaos mu di belakang pintu, supaya bau aroma badan mu menyeruak mengisi setiap jengkal kamar ini. selain baju kaos mu, hari-hari menjelang keberangkatan mu sebelum meninggalkan kamar ini, aku juga sengaja mengganti seprey tempat tidur kita. Itu agar supaya aku bisa lebih lama menghirup baumu menempel di kasur ini. bahkan hampir sebulan setelah kau pergi aku tak berniat mengganti dengan siprey yang lain. bau memang obat ampuh mengusir rindu. tidak mengusir, hanya sekedar menghalau. Karna Sejatinya ia selalu datang menghampiri. 

Aku memang berharap kau segera pulang. tentu saja untuk melunasi rindu ku. rindu yang selama ini ku pendam. rindu itu akan segera menumpuk. "dugaan ku rindu ini hampir penuh, oh! tidak ia sudah penuh, Mmm!! ku rasa sudah meluap-luap". tapi,  aku tak mau engkau merasa bersalah atas rindu ini, rindu yang sangat membunuh ku. rongga hidung ku rasanya tak mampu lagi menghirup udara. 

Ya, aku butuh kamu disini. Bantu aku bernafas. setidaknya, oksigen yang enggan mendekati ku Itu akan sedikit takut jika kau ada disini. dan aku bisa menghirupnya dengan bebas. apakah aku egois dengan rasa rindu ini? Tentu saja iya, sebab ku tahu kau juga merasakan rindu yang sama. pun kau pergi berlayar untuk mencari rezeki yang sudah di limpahkanNya di atas muka bumi ini. untuk menafkahi keluarga kecil mu ini, aku dan buah hati kita. aku sangat faham Itu.

Ada sebuah harapan dalam lamunan ku di pagi yang dingin ini. bahwa semua nya akan berubah. kehidupan seperti yang kita jalani ini akan berubah. kau akan bersama ku disini, di kamar ini. tidak akan pernah meninggalkan ku lagi. aku berharap seperti itu. berharap kau bisa selalu mencicipi masakan ku. sekarang aku lagi giat-giat nya belajar memasak makanan kesukaan mu. gulai Paku ( Pakis), duh begitu sederhananya Itu, tapi agak rumit ku meracik bumbu nya. aku belajar memasak nya dari ibu. topless bumbu rempah-rempah sudah lumayan penuh dan berbaris rapih sekarang di dapur. semenjak aku punya hobi baru, tepatnya mancari perhatian mu lewat masakan-masakan ku nantinya ketika kau Berada disini. 

Bersambung. . .