A Best Friend Never Say "See You on Top" (in Bahasa)
Pernah aku memutuskan untuk mendekati awan dengan mendaki gunung bersama sahabat-sahabatku. Keputusan ini bukan sekedar pelarian atau menghilangkan jenuhku. Tapi aku merasa bahwa ini salah satu jalan untuk tidak terikat pada stres yang membebani tubuh ini. Sepanjang jalan, jujur aku sangat teribur dengan tingkah laku mereka yang sederhana namun mampu membuatku tertawa. Bahkan jalan setapak yang kecil bersama mereka terasa luas. Apa yang dikatakan orang sebagai sesuatu yang "priceless", mungkin ini salah satunya. Benar memang, bahagia itu sederhana.
Menapaki puncak dengan berhenti dari satu pos ke pos lain memang melelahkan. Apalagi ditambah dengan berat tas dibelakang badan dan stok air minum yang sedikit. Ditambah beban fikiran sedih, tidak jarang aku termenung hingga berefek pada hal yang tak terduga. Tangan terbakar spiritus ketika memasak, bahkan tubuh yang terbungkus mukena pada saat ingin shalat Isya terguling akibat akar tua yang membentang jalan menjadi bahan tertawaan sempurna bahkan bagi diri sendiri hingga encok disana-sini.
Pukul dua dini hari kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Dengan stok air yang menipis, dengan cuaca yang dingin bersama kabut tebal yang juga disertai gerimis yang dibawa kabut. Aku bergetar. Mereka tidak meninggalkanku meski aku tertinggal di belakang. Sesaat kami berhenti lalu melanjutkan kembali. Terkesan agak lambat. Tapi mereka tidak pernah meninggalkanku bahkan untuk jarak 1 meter.
Susah payah kami memanjat tebing kecil dibibir puncak gunung. Aku mulai lelah, mereka tetap membantu. Kami saling bertukar beban hingga pada akhirnya kami sampai ke puncak. Ketika azan Subuh bersahut-sahutan dari satu mesjid ke mesjid. Tubuhku bergetar. Aku mampu samai pada titik ini dan mustahil tanpa mereka. Aku bercerita pada hebusan angin yang menerpa lembut tubuhku. Bahwa aku malu pada diriku sendiri atas ketidakmampuanku yang masih saja belum mencapai mimpi besarku sendiri. Sedangkan satu persatu temanku sudah menapaki kesuksesannya masing-masing. Tiba-tiba aku tersadar hal ini...
Sahabat yang baik, tidak akan meninggalkanmu sendiri diperjalanan lalu hanya menunggumu di puncak yang dia mau. Sahabat yang baik adalah ketika kamu dan dia bersama saling membantu. Apapun kesulitannya, apapun kepahitannya, bahkan suka duka atas rezeki sementara yang diterima. Bukan hanya rendah diri lalu pergi ketika sahabatmu sedikit berada diatas, namun memotivasi pribadi untuk menyambanginya. Toh jika dia sahabat yang baik tidak akan membiarkanmu rontok begitu saja. Bukan juga menjadi tinggi ketika kamu naik setingkat lebih dulu. Ini saatnya kamu diuji untuk kerendahan hatimu saling berangkulan sehingga temanmu mampu menyambangimu. Karena realitanya kesuksesan bukan hasilmu sendiri. Tapi juga bagian dari dukungan para sahabatmu.
Terima kasih untuk persahabatan yang membuatku paham banyak hal. Tuhan mengirimkanku penyemangat yang sangat berharga.
Mantap beut cerita dan analoginya kak.. Jadi teringat supaya tdk melulu sekedar mengumandangkan "see you on top!" sama temen pas lg meet up. Begitu pula semoga sebaliknya.
Ahh jadi rindu kan haha
Pinaaaaaa~
Makin lama makin wow ajha yaa.. Semoga secepatnya sukses @annisazulkarnain :)
Postingan yang membuat adekmu ini semakin menggebu-gebu untuk naik gunung... makasih postingan "menampar" motivasi nur kak punzelll😍
Yuk daki lagi kita dek !!