[ENG]
The steemans wherever you are. Today I will convey an information about the location of historical tourism located in the village of Kuta Krueng, Samudra, North Aceh District. A safari that I did to the royal palace complex famous Samudra Pasai throughout Sumatra.
Samudra Pasai in the nomenclature of Indonesia or Samudra Pase is one of the great archipelago of the famous archipelago around Sumatra and even the world. There are a number of historical sites in the former kingdom of Samudra Pasai. According to information from Abi Kutakarang in charge of guarding one of the complex kerangka Samudra, Sulthanah Nahrasyiah there are 12 sites sites located in Geudong, Samudra, one of which is the grave site Sulthanah Nahrasyiah. For those visitors who have not been to the Royal Ocean royal complex can take a land route from the eastern side to the Geudong market center, then turn right into Beuringen village, Samudra subdistrict, North Aceh district. Within a few kilometers we have found a complex in the beuringen village in which sulthan malikussaleh's tomb is located. Walking again a few kilometers to the beach we will find a complex in Kuta Krueng village that is the tomb complex of Sulthanah Nahrasyiah and his father. These two complexes have been restored and received care from the district government of North Aceh. However the maintenance effort from the government is very, very minimal and impressed no maintenance, no public facilities, no clean water and other facilities needed by visitors.
The picture above shows us two grave monuments, the tomb of Sulthanah Nahrasyiah and the grave of his father Sulthan Zainal Abidin Ra-Ubabdar. Looking at these two monuments we can confirm that this is the grave of Sulthanah Nahrasyiah. But the belief is quite the opposite that it is not a tomb, it is then Sulthanah Nahrasyiah is on the left in the picture that is tied with a cloth of putuh. Meanwhile in the picture to the right of the grave Sulthan Zainal Abidin Ra-Ubabdar. Both monuments are made of marble to commemorate the Almalikah Al Mu'azhamah (Queen of the Great Nahrasyiyahbinti Sulthan Zainal Abidin and monument to remember his father Sulthan Zainal Abidin bin Sulthan Ahmad bin Sulthan Muhammad bin Al Malik Ashalih.
In connection with the reign of Sulthanah Nahrasyiyah ruled until his death in 831 Hijriah coincided with the year 1428 AD. Writing the year frame in this paper refers to the description of Abu Kutakarang and is contained in the book Pocket History of Ocean Ocean pasai. However, in the book Wanita Utama Nusantara in the Trajectory of History, Ibrahim Alfian mention the order of the year of the death of Sulthanah Nahrasyyah in 832 Hijriah coincided with the year 1428 AD. The difference is only in the mention of the year hijriah only, while the year BC same.
So steemian dear, hopefully my friends can provide feedback on this paper in particular and input to the government to pay attention and help pengeawatan the site in earnest.
Thank you for reading through.
[IND]
Para steemian yang terhormat. Hari ini saya akan menyampaikan satu informasi mengenai lokasi wisata sejarah yang berada di desa Kuta Krueng, Samudra, Kabupaten Aceh Utara. Sebuah safari yang saya lakukan ke kompleks kerajaan Samudra Pasai yang terkenal di seantero Sumatera.
Samudra Pasai dalam nomenklatur Indonesia atau Samudra Pase merupakan salah satu kerajaan besar nusantara yang terkenal di seantero Sumatera dan bahkan dunia. Ada sejumlah situs sejarah di bekas kerajaan Samudra Pasee. Menurut keterangan dari Abu Kutakarang yang bertugas menjaga salah satu komplek kerakaan Samudra, Sulthanah Nahrasyiah ada 12 lokasi situs yang berada di Geudong, Samudra, salah satunya adalah situs makam Sulthanah Nahrasyiah.
Bagi para pengunjung yang belum pernah ke Lokasi komplek kerajaan Samudra dapat menempuh jalur darat jika dari arah timur sesaimpai di pusat pasar Geudong, lalu belok kanan menuju desa Beuringen, Kecamatan Samudra, Kabupaten Aceh Utara. Dalam jarak beberapa kilometer saja kita sudah menemukan sebuah komplek di desa beuringen yang di dalamnya terdapat makam sulthan malikussaleh. Berjalan lagi beberapa kilometer ke arah pantai kita akan menemukan sebuah komplek di desa Kuta Krueng yaitu komplek makam Sulthanah Nahrasyiah dan ayahnya. Dua komplek ini sudah dipugar dan mendapat perawatan dari pemerintah kabupaten Aceh Utara. Namun upaya pemeliharaan dari pemerintah sangat-sangat minimal dan terkesan tidak ada pemeliharaan, fasilitas umum yang tidak ada, air bersih tidak ada dan lain-lain fasilitas yang dibutuhkan oleh pengunjung.
Gambar di atas memperlihatkan kepada kita dua monumen makam, yaitu makam Sulthanah Nahrasyiah dan makam ayahnya Sulthan Zainal Abidin Ra-Ubabdar . Melihat dua monument ini kita bisa memastikan bahwa itulah makam Sulthanah Nahrasyiah. Namun keyakinan itu justru sebaliknya bahwa itu bukanlah makam, justru maka Sulthanah Nahrasyiah berada di sebelah kiri pada gambar yang terikat dengan kain putuh. Sementara itu pada gambar sebelah kanan makam Sulthan Zainal Abidin Ra-Ubabdar. Kedua monument tersebut terbuat dari marmer untuk mengenang Almalikah Al Mu’azhamah (Ratu yang dipertuan agung Nahrasyiyahbinti Sulthan Zainal Abidin dan monument untuk mengenang ayahnya Sulthan Zainal Abidin bin Sulthan Ahmad bin Sulthan Muhammad bin Al Malik Ashalih.
Berkaitan dengan pemerintahan Sulthanah Nahrasyiyah memerintah sampai wafatnya pada tahun 831 Hijriah bertepatan dengan tahun 1428 Masehi. Penulisan rangka tahun pada tulisan ini merujuk kepada keterangan Abu Kutakarang dan terdapat dalam buku saku Tinggalan Sejarah Samudra pasai. Namun dalam buku Wanita UtamaNusantara dalam Lintasan Sejarah, Ibrahim Alfian menyebutkan rangka tahun wafatnya Sulthanah Nahrasyyah pada tahun 832 Hijriah bertepatan dengan tahun 1428 Masehi. Perbedaannya hanya pada penyebutan tahun tahun hijriah saja, sementara tahun masehi sama.
Demikian steemian yang budiman, semoga teman-teman dapat memberikan masukan atas tulisan ini khususnya dan masukan kepada pemerintah untuk memperhatikan dan membantu pemeiharaan situs tersebut dengan sungguh-sungguh.
Terima kasih sudah membaca sampai selesai
Pak @asnawi, buat tag juga history dan traveler mungkin pak.
Gimana caranya?
Taruh di keynote pak, kata kunci,itu baru 3, indonesia, aceh, nashiriyah. Edit post bisa kok pak. Saran sy, jgn taruh kata kunci indonesia di awal, karena tdk jd acuan utama
Di tambah histori dan educational pak @asnawiabbas di hesteknya
Saran dari saya pak, tambahkan #travel dan #History. Supaya pembaca yang suka Travel dan Sejarah dapat mengetahuinya, agar bapak lebih mendapatkan reward dalam postingan. hehe
Mohon bantuan gimana caranya...
Postingan yang bagus dan bermanfaat pak @asnawiabbas
Tambahkan Informasi Tempat dan Rinciannya pak, lalu harus ada juga bahasa indonesianya setelah tulisan bahasa inggris pak.
Kemudian tambahkan juga logo Komunitas Steemit Indonesia pak.
Bacaan yg sungguh bermanfaat.
Congratulations @asnawiabbas! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes received
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Bagus pak Asnawi, saya tidak ada saran karena apa yang telah teman-teman sampaikan itu sudah mewakili semuanya.
Terus semangat pak, kerena di sini kita bisa merdeka dalam berkarya.
Siap, dengan karya kita merdeka
Semoga pemerintah lebih memperhatikan sejarah2 yang ada di daerah geudong terutama sejarah keislaman kerajaan samudera pasai
Benar bang, sangat butuh perhatian penguasa kebijakan
Congratulations @asnawiabbas! You received a personal award!
Click here to view your Board
Congratulations @asnawiabbas! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!