Is It Become a Real?
(based on my dream story)
Devin, itulah namanya. Lelaki yang baru berulang tahun ke-17 ini, mendapatkan hadiah besar di hari ulang tahunnya. Siapa sangka dari semua tamu undangan perayaan ulang tahunnya, ada satu yang menarik perhatiannya.
"Dev, kamu kenapa?" tanya Yanta, teman dekat Devin
"darah, kepalanya hampir copot" ujar Devin ketakutan sambil melihat ke arah tersebut
"ha?" Yanta bingung, dia berpikir temannya ini hanya asal bicara saja, siapa sangka kalau detik itu juga lelaki tampan itu pingsan di tempat
"DEV!"
Namanya Devin, Devin Ginsar. Remaja yang baru naik kelas 3 SMA ini benar-benar mendapatkan kejutan yang tidak diduganya sama sekali. Bahkan tidak diharapkan, tidak difikirkan sama sekali olehnya. Entah kenapa, di ulang tahunnya yang ke-17 ini, mata batinnya terbuka, dan ini sama sekali bukan anugerah untuknya. Ini kutukan.
'kriing..kriing..krii-'
"hmm.. AAHHH!!!" Devin masih kaget. Pastinya karena ini hari pertama dia bangun setelah pingsan
Hari ini seharusnya dia masuk sekolah, tapi karena sedang tidak sehat jadinya dia tinggal di rumah. Ini bukan keputusannya tentu saja, kedua orangtuanya sepakat agar dia tidak sekolah sementara mereka pergi kerja. Maksudnya tentu saja baik, agar di hari pertama ulang tahunnya Devin merasa lega. Tapi siapa yang tau bahwa ini hari paling buruk bagi Devin, saat bangun tidur saja dia sudah dikejutkan dengan sepasang mata merah yang mengintip di balik jendelanya. Hanya saja mata itu sangat besar dan hampir memenuhi jendelanya. Mata siapa yang sebesar itu?
31 Juni 20xx. Hari pertama baginya melalui hari yang sangat buruk di hidupnya, hari yang membuatnya bergetar sepanjang hari. Devin keluar dari rumahnya, karena takut dia memutuskan untuk melihat matahari yang bersinar terang di luar. Saat menyusuri lorong sekitar, sosok panjang seperti tiang listrik mengekorinya. Dengan rambut pendek sama dengan Devin tapi tangannya sampai bawah lututnya, tingginya sekitar 3 meter. Pupilnya yang berwarna hitam pekat menutupi seluruh permukaan matanya, hidungnya sedikit mengeluarkan darah sementara mulutnya yang besar terus menganga seakan tidak bisa tertutup lagi, dan liurnya yang merah menghiasi sekitarnya.
"DAAA...PAAATTT" suaranya yang serak membuat Devin kaget dan menjauh darinya
Devin ingin teriak, sangat besar. Tapi ternyata, selain sosok yang tinggi tersebut, ada sosok yang lebih banyak dari perkiraan.
"LEEBIIHHH..BANYAAKKK! DIII..LUAARRR!!!"
Devin berlari, melewati kadal yang telah terpotong tubuhnya, merangkak mengikuti Devin dan tersenyum menampakkan deretan giginya yang tajam dan penuh darah. Devin berusaha untuk tidak melihat sekitar dan terus berlari, tapi pandangannya terus saja didatangi sosok yang mengerikan.
Devin sampai di rumah, dia masuk lalu mengunci pintu. Dia berusaha naik ke tangga dan masuk ke dalam kamarnya saat seorang anak meminta sesuatu padanya.
"AAIIIRRR" tangannya penuh dengan luka bakar sementara wajahnya putih pucat sampai uratnya juga kelihatan
"AAARRGHHH!" Devin benar-benar kesal sekarang dan berlari melewati anak tersebut dan masuk ke kamarnya
'buam!' pintu dibanting oleh Devin
"ini tidak terjadi ini tidak terjadi, tidak terjadi!" sepasang mata besar masih di sana, menatap wajah Devin
Devin lari dan menutup tirai kamarnya lalu mematikan lampu, dia menutupi dirinya dengan selimut dan berusaha tidur di kasurnya. Devin terus memejamkan matanya berharap dia bisa cepat tidur karena langkah kaki yang mendekati kamarnya makin terdengar. Devin bergetar, ketakutan dengan keadaan sekitar dan saat dia memejamkan matanya sekali lagi. Dia sudah tertidur.
"HUAAHH" Devin terbangun dari tidurnya, jam menunjukkan pukul 06.25am
"Deviin bangun!!" Devin terkejut, mendengar suara Ibunya diluar sana
Dia turun dari kasur dan turun menuju ruang makan untuk bertemu kedua orangtuanya.
"a-aku harus sekolah, bukan?" tanya Devin gugup
"iya, kamu pikir karena semalam ulang tahunmu jadi tidak sekolah?" balas Ayahnya tersenyum
Benar, inilah kenyataan yang diharapkan Devin sejak malam ulang tahunnya. Semuanya hanya mimpi! Ya, mimpi! Devin berteriak senang dan langsung bersiap-siap untuk sekolah. Dia memanggil Yanta sahabatnya yang kebetulan rumah mereka bersebelahan untuk berangkat sekolah bersama. Yanta bingung melihat Devin sangat ceria pagi ini. Mereka berjalan menyusuri lorong, jalan tercepat ke sekolah.
Sementara yang tidak mereka sadari, sosok setinggi 3 meter melihat mereka dengan pupil hitam pekat yang menutupi seluruh matanya.
"HEEHHH HEEE"
To the question in your title, my Magic 8-Ball says:
Hi! I'm a bot, and this answer was posted automatically. Check this post out for more information.
UPVOTE! https://steemit.com/news/@bible.com/6h36cq