Rapat Khanduri Pesta Perkawinan (DUK PAKAT)
Hallo Steemian semua ...
Aceh punya banyak tradisi, salah satu tradisi yang masih ada dibeberapa tempat di Aceh adalah Rapat Khanduri Pesta Perkawinan (Duk Rapat). Rapat ini dilakukan oleh pihak keluarga mempelai wanita atau mempelai pria, tergantung kasus yang terjadi saat itu. Pihak keluarga mengundang ahli famili dan juga warga desa semuanya untuk mendengarkan rencana pihak keluarga mempelai akan khanduri yang diadakan. Pihak keluarga menyampaikan hal hal seperti tanggal diadakan pesta, tehnis pelaksanaan, besarnya biaya, banyaknya tamu dari pihak mempelai lawan, kerabat, ahli famili dan warga desa.
Setelah semuanya jelas, maka diadakan acara kumpul uang dari para undangan dan dihitung secara terbuka biar semua tahu jumlahnya. Dan terakhir ditutup dengan acara makan minum sesuai kemampuan keluarga mempelai. Istilah dari acara ini "Ceupet Rhung Ghob mangat Diceupet Rhung Geutanyo". Maksudnya bantu saudara kita sekarang biar mereka membantu kita nantinya. Uang yang terkumpul bisa mencapai puluhan juta sehingga pihak mempelai tidak terlalu banyak mengeluarkan uang untuk acara pestanya.
Apakah ini sesuai dengan syariat Islam yang masih kental di Aceh? Kalau ditinjau dari sisi musyawarah dan mufakat tentu tradisi ini sangat baik untuk dilaksanakan, namun kalau dilihat dari sisi pihak keluarga kaya atau miskin maka tradisi ini kurang baik. Sesuai pengalaman saya ikut duk pakat baik didesa saya sendiri maupun dibeberapa desa yang berbeda, saya melihat bila dilakukan pada keluarga mempelai kaya maka ramai yang datang dan sumbangan pun lebih banyak namun giliran pada keluarga mempelai miskin maka tidak banyak yang memghadiri, jumlah sumbangan pun lebih sedikit. Ini sangat bertentangan karena kenapa kita "menimbun gunung yang memang sudah tinggi" seharusnya kita bantu keluarga mempelai yang miskin agar mereka bisa khanduri seperti orang kaya juga. Bahkan ada yang hanya mau ikutan sepanjang anak anaknya masih belum kawin, ketika semua anaknya sudah menikah maka ia pun tidak mau datang lagi untuk acara duk pakat ini.
Akibat beberapa hal yang terjadi di masyarakat desa tentang masalah ini maka banyak desa sudah meninggalkan tradisi ini biar tidak terjadi ketimpangan dan bersedih hati keluarga yang miskin. Namun ada juga desa desa yang terus mempertahankan tradisi ini dengan pendekatan agama sehingga penerapannya lebih mudah dan berhasil baik. Bisa mengcover antara keluarga miskin dan keluarga kaya, apakah anaknya masih belum nikah atau semua sudah nikah, yang tua dan yang muda, sama sama bersatu.
Ini hanya tulisan sebagai hasil renungan saat santai sore hari minggu ...
Mohon maaf bila ada yang tersinggung, masih belajar menulis ...
Jangan lupa follow @badruddin69 upvote dan terimakasih