You are viewing a single comment's thread from:

RE: Actualizing FAMers in Steemit: Writing! | Aktualisasi FAMers di Steemit: Menulis! |

in #indonesia7 years ago

Setiap kebutuhan manusia sesuai tingkatan yang diteorikan oleh Abraham Maslow saya dapat dari menulis. I found it form writing. Writing about everything. I remember that, pertama kali saya merasa sangat dihargai ketika menulis Adalah sewaktu guru wali kelas MIN dulu mengirim saya mewakili sekolah untuk ikut lomba mengarang tingkat SD se kabupaten aceh Utara pada tahun 1989. Waktu itu saya menang dan ada rasa puas, Bahagia, serta pengakuan dari guru waktu itu sangat membekas, malah gak hilang-hilang sampai saya lulus.

Setelah itu saya merasa bahwa menulis itu seperti jadi candu. Segala macam bentuk tulisan saya coba, mula dari cerpen, puisi, dan opini. Setelah hampir 30 tahun dan saat ini semua berubah apalagi setelah maraknya teknologi informasi. Perkembangan yang saya rasa menjadi titik balik kegiatan menulis saya adalah ketika bergabung dengan FAMe chapter Lhokseumawe.

Manfaat yang paling saya rasakan adalah pertama bertemu dengan para pengajar (tutor) yang sangat luar biasa. Mereka bersedia mengajar tanpa imbalan. Apa tidak luar biasa namanya? Kemudian bertemu dengan semua teman FAMe yang punya semangat dan tujuan yang berbeda-beda. Pertemuan dengan tutor dan teman-teman itu secara tidak langsung membuat pikiran saya semakin terbuka lebar dan pengetahuan juga semakin bertambah.

Perubahan yang saya rasakan setelah ikut kelas FAMe banyak, salah satu diantaranya adalah tulisan saya yang telah jadi selalu saya edit sendiri secara berulang-ulang. Ternyata ini penting seperti yang disampaikan oleh @teukukemalpasya sewaktu beliau memberikan materi. Disamping itu, @ayijufridar juga memberi perubahan kapada saya dalam kelas FAMe, terutama materia tentang Steemit. Semua orang butuh apresiasi, kalau tulisan kita ditolak media massa, arahkan saja ke Steemit. ada apresiasi kok disana, begitu kira-kira kata bang Ayi.

Apa yang harus diperbaiki ke depan? Menurut saya adalah praktek, terutama bedah tulisan. Setiap pertemuan FAMe sebaiknya para peserta tidak datang hanya untuk dengar-dengar saja, tapi mereka sudah mempersiapkan tulisan untuk dibahas besok, walau cuma satu paragraf.
Terus untuk tutor, sedapat mungkin agar menstimulasi peserta agar mangan malu-malu menunjukkan tulisannya sopaya dapat dibaca dan dibahas bersama.

Begitulah yang saya rasa setelah hampir 4 bulan bergakung di FAMe.

Bravo FAMe!

Sort:  

Waduh, @faisalsyuib kirim komentar saat sudah tutup warung. Padahal, komentarnya bagus sekali. Tapi, saya sangat mengapresiasi responnya yang indah. Ini hanya "kejutan" kecil saja bagi anggota FAMe di seluruh Aceh, hehehehe...

Saleum literasi @faisalsyuib. Saya upvoted saja komentar bagusnya.

Hahaha
Hana pupu bang ayi, setidaknya bisa dibaca oleh anggota FAMe Lhok terutama bagian ‘bawa contoh tulisan di pertemuan FAMe’

Beutoi Bang @faisalsyuib. Nyoe memang keu ta meukhem-khem sabe droeteuh di FAMe, hehehehe....