Acehnologi Vol 3 Bagian Keenam : Tradisi Intelektual Acehnologi Bab 30 (Kontribusi Keilmuan Alumni Luar Negeri di Aceh)
Pada postingan kali ini, saya akan kembali melanjutkan review buku acehnologi volume 3 karangan bapak Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, PH, D. Bagian keenam tepatnya pada bab 30 tentang Kontribusi Keilmuan Alumni Luar Negeri di Aceh.
Inti dari bab ini adalah untuk melihat bagaimana peran alumni luar negeri dalam masyarakat Aceh. Namun demikian, kajian ini tidak akan menyoroti fenomena hari ini saja, tetapi juga apa yang telah berlaku dalam sejarah pendidikan Aceh. Sehingga kita akan mampu melihat apakah persoalan para alumni luar negeri, murni masalah hari ini atau memiliki kesinambungan sejarah, baik di Aceh maupun ketika bergabung dengan Indonesia.
Tradisi menuntut ilmu keluar negeri memang telah mentradisi di Aceh. Alumni pendidikan luar negeri memang sangat diminati oleh masyarakat Aceh. Buktinya, dalam tradisi masyarakat Aceh, jika seseorang hendak berangkat ke luar negeri, terutama ke Timur Tengah, tidak sedikit para orang tua melakukan syukuran akan keberangkatan anak-anak mereka. Syukuran ini selain sebagai simbol pemberitahuan kepada sanak saudara, juga berfungsi sebagai upaya agar putera-puteri tersebut selamat sampai tujuan dan bisa kembali lagi kedalam masyarakat.
Ketika pulang belajar dari Timur Tengah, mereka kemudian berkiprah dalam masyarakat. Peran mereka sangat dirasakan, karena keluasan dan kualitas ilmu yang mereka dapatkan. Sehingga tidak mengejutkan, tradisi mengirimkan anak-anak belajar ke Timur Tengah, selalu dilakukan oleh masyarakat Aceh.
Dalam hal ini, dayah menjadi tempat transit sebelum dan ketika kembali dari Timur Tengah. Akibatnya, peran yang nyata ini telah menjadi sebuah tradisi atau budaya ilmu yang sangat mengesankan.
Bagaimana dengan tradisi belajar diluar negeri yang non-studi Islam? Disini didapati bahwa penjajah hanya mengkhususkan studi yang amat tinggi diluar negeri bagi kelompok bangsawan Jawa. Mereka disekolahkan ke Belanda, untuk memahami hukum-hukum Belanda. Selain itu, mereka juga dikirim ke Amerika Serikat, untuk memahami ilmu-ilmu ekonomi. Sehingga kemudian setelah mereka kembali dari luar negeri, mereka ditempatkan pada posisi strategis yang kemudian menelurkan sistem berpikir bagi masyarakat Indonesia secara umum.
Acehnologi, pada prinsipnya adalah berusaha untuk menyambut silaturahmi keilmuan antara mereka yang pernah belajar di luar negeri, baik di Timur maupun di Barat, agar lebih memahami ranah-ranah kehidupan rakyat Aceh secara kebih baik. Saat ini era keterbukaan telah memberikan angin baru bagi siapapun untuk menuntut ilmu dimanapun. Dimana tidak perlu lagi adanya dikotomi kelebihan antar satu sama lain sesama alumni. Program beasiswa yang ditawarkan oleh pemerintah bagi anak-anak muda Aceh sebenarnya adalah bibit-bibit unggul untuk memperteguh supaya proses pengenalan terhadap Aceh semakin menguat dan mampu bersaing dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia.