More confident to replace president 2019--Semakin yakin untuk ganti presiden 2019
ENGLISH
Peace be upon you, and Allah mercy and blessings
Reunited with me @febryrmadn
this time the title can be her top comic. why i make it ?? this happens because the policy jokowi during this plus the rise of foreign workers from China who entered into INDONESIA.
This information I take from CNBC INDONESIA.
Jakarta, CNBC Indonesia - This week is a dark week for the domestic stock market. How not, JCI dropped to 6.6% throughout the week to the level of 5919.24.
Selling action is mostly done by foreign investors. Recorded, during this week foreign investors release up to Rp 5.3 trillion of its ownership of domestic stocks. The biggest selling action occurred on Wednesday (25/4/2018) with a value of Rp 1.96 trillion.
Quoting RTI, the following five major shares of the most widely released by foreign investors this week: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk / BBRI (Rp 1.39 trillion), PT Bank Mandiri Tbk / BMRI (Rp 1.16 trillion), PT Bank Central Asia Tbk / BBCA (Rp 674.66 billion), PT Unilever Indonesia Tbk / UNVR (Rp 372.5 billion), and PT Perusahaan Gas Negara Tbk / PGAS (Rp 347.75 billion).
There are two main things that underlie the selling of foreign investors. First, the weakening of the rupiah. During the week, the rupiah weakened 0.07% against the US dollar in the spot market to Rp 13.885. In fact, the rupiah had reached its weakest closing point since January 2016 at the level of Rp 13,918 / US dollar on 25 April.
The weakening of rupiah, which is the result of rising US bond yields, makes rupiah-denominated investment unattractive to foreign investors. The reason is, there is potential for exchange losses that must be borne when converting back investment into US dollars.
Second, the unsatisfactory financial performance of listed publicly listed companies in Indonesia Stock Exchange (BEI), mainly from the financial services and consumer goods sector.
Throughout the first quarter of 2018, BBCA booked a net profit of Rp 5.5 trillion, below the consensus average compiled by Reuters amounting to Rp 5.6 trillion. BMRI posted a net profit of Rp 5.9 trillion, lower than the consensus of Rp 6 trillion. Meanwhile, BBNI booked a net profit of Rp 3.66 trillion, below the consensus of Rp 3.91 trillion.
In the first quarter of 2018, the profit of PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dropped to 6.21% to Rp 1.83 trillion. In the same period in 2017, net profit was recorded at Rp 1.96 trillion. The net profit is far below the consensus of Rp 2.03 trillion.
Based on the openness published on the official page of BEI, the decline in net profit was driven by net sales that fell 0.91% from Rp 10.84 trillion in the first quarter of last year to Rp 10.74 trillion in the first quarter of this year.
The decline was driven by the decline in domestic product sales by 0.84% to Rp 10.13 trillion. Meanwhile, exports also fell 2.20 percent to Rp 609.76 billion.
The performance of banking and consumer goods issuers is often considered as a leading indicator for the condition of the economy as a whole. Because the economy will not be vibrant if not driven by satisfactory performance of banking and consumer goods issuers. Just so you know, more than 50% of Indonesia's economy is shaped by household consumption.
The Central Bureau of Statistics (BPS) is scheduled to release its first quarter economic growth data on May 7. If indeed in the end the growth of Indonesia's economy does not meet expectations, the selling of foreign investors is possible to continue.
Moreover, throughout 2017 JCI has strengthened up to 20%. This means, there are still remaining profits that can be realized by foreign investors
Source: CNBC Indonesia
INDONESIA
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Bertemu kembali dengan saya @febryrmadn
kali ini judulnya bisa kawan-liat dia atas. kenapa saya buat itu ?? hal ini terjadi dikarenakan kebijakan jokowi selama ini ditambah lagi maraknya Tenaga Kerja Asing asal China yang masuk ke INDONESIA.
Informasi ini saya ambil dari CNBC INDONESIA.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini merupakan pekan yang kelam bagi bursa saham dalam negeri. Bagaimana tidak, IHSG anjlok hingga 6,6% sepanjang pekan ini ke level 5.919,24.
Aksi jual banyak dilakukan oleh investor asing. Tercatat, sepanjang minggu ini investor asing melepas hingga Rp 5,3 triliun kepemilikannya atas saham-saham dalam negeri. Aksi jual terbesar terjadi pada hari Rabu (25/4/2018) dengan nilai sebesar Rp 1,96 triliun.
Mengutip RTI, berikut lima besar saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing pada minggu ini: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 1,39 triliun), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 1,16 triliun), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 674,66 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 372,5 miliar), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (Rp 347,75 miliar).
Ada 2 hal utama yang melandasi aksi jual investor asing. Pertama, pelemahan rupiah. Sepanjang minggu ini, rupiah melemah 0,07% terhadap dolar AS di pasar spot ke level Rp 13.885. Bahkan, rupiah sempat mencapai titik penutupan terlemahnya sejak Januari 2016 di level Rp 13.918/dolar AS pada 25 April lalu.
Pelemahan rupiah yang merupakan hasil dari naiknya imbal hasil obligasi AS ini membuat investasi dalam denominasi rupiah menjadi tak menarik bagi investor asing. Pasalnya, ada potensi kerugian kurs yang harus ditanggung kala mengonversikan balik investasinya ke dalam dolar AS.
Kedua, kinerja keuangan yang kurang memuaskan dari emiten-emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), terutama yang berasal dari sektor jasa keuangan dan barang konsumsi.
Sepanjang kuartal-I 2018, BBCA membukukan laba bersih sebesar Rp 5,5 triliun, di bawah rata-rata konsensus yang dihimpun oleh Reuters yang sebesar yang sebesar Rp 5,6 triliun. BMRI membukukan laba bersih sebesar Rp 5,9 triliun, lebih rendah dari konsensus yang yang sebesar Rp 6 triliun. Sementara itu, BBNI membukukan laba bersih sebesar Rp 3,66 triliun, di bawah konsensus yang sebesar Rp 3,91 triliun.
Kemudian, sepanjang kuartal-I 2018, laba PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) anjlok hingga 6,21% menjadi Rp 1,83 triliun. Pada periode yang sama tahun 2017, laba bersih tercatat sebesar Rp 1,96 triliun. Laba bersih tersebut jauh dibawah konsensus yang senilai Rp 2,03 triliun.
Berdasarkan keterbukaan yang dipublikasikan di halaman resmi BEI, penurunan laba bersih perusahaan didorong oleh penjualan bersih yang turun 0,91% dari sebelumnya Rp 10,84 triliun pada kuartal-I tahun lalu menjadi Rp 10,74 triliun pada kuartal-I tahun ini.
Penurunan penjualan tersebut dimotori oleh turunnya penjualan produk dalam negeri sebesar 0,84% menjadi Rp 10,13 triliun. Sementara itu, ekspor juga turun 2,20% menjadi Rp 609,76 miliar.
Kinerja emiten-emiten perbankan dan barang konsumsi memang sering dianggap sebagai leading indicator bagi kondisi perekonomian secara keseluruhan. Pasalnya, laju perekonomian tak akan semarak jika tak didorong oleh kinerja yang memuaskan dari emiten perbankan dan barang konsumsi. Asal tahu saja, lebih dari 50% ekonomi Indonesia dibentuk oleh konsumsi rumah tangga.
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan untuk merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal-I pada 7 Mei mendatang. Jika memang pada akhirnya pertumbuhan ekonomi Indonesia benar tak memenuhi ekspektasi, aksi jual investor asing dimungkinkan untuk berlanjut.
Terlebih, sepanjang tahun 2017 IHSG telah menguat hingga 20%. Ini artinya, masih ada sisa keuntungan yang bisa direalisasikan oleh investor asing
Sumber : CNBC Indonesia
Kalo bisa 2018, ganti aja terosss gk usah tgu 2019 hehhhe :)
Hahaha itulah bg, terlanjut hastagny itu, maunya #GantiPresidenSekarang