Asamnya Sambal Ikan Bakar di Desa One-One, Takengon
Saya mengetahui tempat ini ketika mengunjungi kabupaten ini awal tahun lalu. Rasa lapar melilit menghantarkan saya ke tempat ini. Pak Husni, warga asli Takengon, menuntun arah jalan. Rupanya lokasinya lumayan jauh dari pusat kota.
Jalan menuju One-One lumayan sempit. Melewati tebing perbukitan dan pinggiran Danau Lut Tawar. Tapi perjalanan ini begitu saya nikmati. Sebab dari lintasan tebing, saya bisa melihat hamparan Danau Lut Tawar yang tenang. Perbukitan yang hijau dengan kabut bergelantungan di pucuk-pucuk pohon.
Desa One-One terletak di tepi Danau Lut Tawar, maka tak heran ada beberapa warung ikan bakar yang berhadapan langsung dengan danau tersebut. Butuh pikiran yang tenang, saya dan rombongan memilih di salah satu warung yang berhadapan dengan danau. Lebih seru lagi, sebab beberapa pondoknya berada tepat di atas air. Dari sana saya bisa melihat pemandangan lebih leluasa. Termasuk melihat rumah-rumah apung tempat penangkaran ikan dan perahu-perahu kecil nelayan yang sedang berlayar.
Seperti namanya, menu utama warung di sini adalah ikan bakar. Ikan-ikan ini merupakan hasil penangkaran pemilik warung. Ukurannya besar-besar. Butuh beberapa waktu menunggu makanan terhidang, sebab pengunjungnya ramai sekali. Karena memilih pondok lesehan, saya menyempatkan guling-guling melepas penat. Beberapa teman yang lain sibuk berfoto-foto dengan latar danau dan perbukitan.
Rasa lapar ini akhirnya lunas ketika pelayan warung membawa hidangan ikan bakar berlumur bumbu kecap. Aromanya enak sekali. Harum! Makin enak sebab disediakan tumisan daun labu Jepang. Tumisannya sih, biasa aja. Tapi berhubung ini kali pertama saya mencoba tumisan daun labu Jepang, rasanya begitu nikmat! Sepuluh mangkuk tumisan daun labu seketika habis kami lahap.
Ada sesuatu menarik dari hidangan ikan bakar di One-One, yaitu sambalnya. Jujur, awalnya saya sempat heran saat pelayan membawa sambal berwarna ungu. Ini kali pertama saya lihat sambal berwarna layaknya gincu. Teman-teman yang lain juga keheranan.
“Ini sambal terong belanda,” jawab si pelayan saat saya tanya.
“Coba rasa, rasanya enak,” lanjutnya lagi.
Dan benar! Rasanya eenaaakkk sekali! Sangking enaknya saya sempat googling di internet kepingin tahu cara buatnya. Rupanya sambal ini terbuat dari terong Belanda dengan campuran cabe dan terasi. Rasanya nano-nano. Pedas dan sedikit asam kecut yang berasal dari buah terong belanda. Sangking lahapnya, saya pun lupa mengabadikan semua hidangan ikan bakar. Hadeuh!!
Berwisata kuliner di One-One lumayan menyenangkan. Selain bisa melihat danau, tepat di depan warung tersusun sawah-sawah mungil milik warga. Suasananya sangat kontras. Bahkan, saya melihat beberapa ayam kalkun yang mondar mandir di pekarangan warung. Hal lumrah terlihat di Takengon, selayak melihat kuda yang memamah rumput di jalan-jalan desa.
Ah, Takengon, begitu menyenangkan.
Ikan Bakar One-one memang hana lawan,
kunyanggg...
omen mangat that nyan @ferhatmuchtar
Mangat thaaatt.
Sangking mangat jih lupa foto.
Hehehe
aku kemarin pas ke takengon bukan ke one-one....tapi ke yang arah gua pukes itu....lupa namanya, sampe sana hujan pula, nggak bisa naik perahu di danau...
Ujung Paking ya Han?
ahaaaa iyaaa. Ujong Paking....