Teror di Rumah Kami (Bagian I)

in #indonesia7 years ago

DSC_2284 (2).JPG

Setiap kali menyiram tanaman di halaman samping dan belakang, saya kerap menemukan kodok-kodok yang melembabkan diri di semak atau bahkan secara berani 'leyeh-leyeh' di dalam pot. Saya biarkan saja. Saya pikir, biarlah, mungkin mereka sudah hidup lebih dulu di sini. Tanah tempat rumah kami berdiri, tadinya memang rawa. Jadi, kami yang pendatang. Tak tahu diri kalau saya mengusik mereka.

Kami bisa hidup rukun.

Kodok-kodok itu sepertinya, menangkap pesan damai saya. Setiap saya ke halaman belakang menyiram tanaman, mereka akan bergeser sedikit, menyingkir ke semak dan mengerti kalau saya tak suka mereka mengganggu tanaman.

Kami memang hidup rukun.

Ketika saya melahirkan Shafiya, anak-anak kodok pun mulai lahir. Setiap hujan turun, mereka akan bernyanyi sahut-sahutan. Kodok-kodok di halaman rumah saya mulai ramai. Saya berkenalan dengan anak-anak kodok yang melompat-lompat. Tapi dasar anak-anak! Anak-anak kodok itu tak sekalem ibu-ibu mereka. Anak-anak kodok itu lebih lincah dan terkadang ‘maaf’ kurang ajar. Saya sering kaget karena mereka bisa saja tiba-tiba melompat ke arah saya, melompati jendela dan akhirnya berhasil masuk ke dalam rumah. Ibu-ibu mereka pasti lupa mengajarkan sopan-santun!

Saya mulai merasa terancam. Terlebih ketika mereka mulai berani menapak di kamar mandi kami. Saya tak nyaman melakukan aktivitas di kamar mandi dengan mata-mata kodok mengawasi. Maka, saya ambil serokan sampah, saya angkat tubuh anak kodok itu dan saya buang ke luar.

“Jangan berani-berani lagi masuk ke rumah!” pesan saya dengan nada ancaman. Si anak kodok gemetar. Ibu kodok yang melihat tak menjawab, namun saya tahu ia tak senang anaknya dikasari. Kedamaian yang kami sepakati terancam. Memang benar, ini tanah leluhur mereka. Tapi saya juga sudah mengeluarkan uang untuk membeli tanah dan rumah di sini. Kalau mau protes, protes saja pada pihak developer atau pemerintah yang mengizinkan pembangunan di kawasan sini.

Lalu, mereka hilang. Semuanya. Ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak kodok.

Hari ke hari, saya tak lagi menemukan mereka di halaman samping dan belakang. Mereka tak ada di pot-pot tanaman, atau di semak-semak. Awalnya saya merasa aneh. Namun lalu saya senang. Saya menang.

Hingga, pagi tadi…..

Ketika saya menjemur, mata saya bertubrukan dengan sepasang mata lain yang mengintai…. Sekian detik, saya bengong. Detik selanjutnya saya terbirit, meninggalkan kain yang hendak saya jemur. Sepasang mata itu tampak licik. Mata itu milik seekor ular!

(Bersambung)
Sort:  

Ya ampun, Kak, aku udah ngira ini cerita horor 😂😂😂 Btw, kalau Kk diteror kodok, aku diteror kucing. Mereka berkeliatan di halaman rumah sampe suka numpang pup segala huhuhu

Aish... kucing sih suka gitu ya. Lucu sih tapi kalau pup sembarangan jadi enggak asik lagi

ular apa, Cobra ya?

Tunggu jawabannya di bahian kedua hahaha

Rumah Aini sering diteror tikus, Kak. Di loteng ada dia, di kolong tempat tidur pun kadang-kadang ada. Hiks..

Cob pelihara kucing Aini..

paling sebel sama tikus. tapi belakangan tiba2 tikus menghilang dari rumah, ntah apa sebabnya.

ular, rumah kakak di Banda aceh pernah juga dimasuki ular. dikejar ... sama sepupu, tiba2 menghilang. udah dibongkar semuanya, tetap nggak ketemu. Ngeri.