Yang Ikhlas Tak Pernah Kalah

in #indonesia6 years ago

headshot hayat.jpg
Oleh: Hayatullah Pasee

Pada penghujung tahun 2017, sebuah lembaga yang bergerak di bidang pengelolaan minyak dan gas membuka lowongan pekerjaan. Mengingat ada formasi yang sesuai dengan keahlian dan pengalaman penulis di bidang kehumasan, maka tak menunggu lama langsung memasukkan berkas secara online.

Setelah lulus verifikasi berkas, ada beberapa tahapan ujian yang harus dilewati yaitu; uji kemampuan umum, Bahasa Inggris, psikotes, wawancara, dan Bahasa Inggris professional. Singkat cerita, penulis sampai pada ujian psikotes.

Di ruangan tersebut ada ratusan peserta yang sudah siap mengikuti tes, termasuk saingan penulis yang mengambil formasi sama bidang Humas. Ketika hendak pelaksanaan ujian, salah seorang peserta laki-laki lupa membawakan pensil 2B untuk mengisi lembaran jawaban.

Penulis melihat laki-laki itu sangat risau dan panik. Kebetulan ia duduk di sebelah kiri penulis. Saat itu sempat terpikirkan bahwa biarkan saja ia tidak punya pensil 2B agar dia tidak akan lulus, supaya berkurang saingan untuk merebut posisi tersebut.

Namun penulis tidak berpikir demikian. Penulis berpikir bahwa bukan pada pensil itu nasib baik dan buruk seseorang, melainkan semua ketentuan Allah Swt. Akhirnya penulis mematahkan pensil yang penulis miliki menjadi dua. Bagian bawah untuk diri sendiri, sedangkan bagian atas penulis berikan kepada laki-laki itu.

Ia pun tampak begitu bahagia. Dari tatapannya ia merasa tertolong dengan pensil patah tersebut. Kami pun sama-sama mengikuti ujian hingga selesai. Namun beberapa hari kemudian, kami melihat pengumuman kelulusan tahapan psikotes tersebut, justru penulis yang lulus, padahal baru pertama ikut ujian tersebut, sedangkan laki-laki itu belum mencukupi nilai untuk melangkah ke tahap berikutnya.

Meskipun pada pengunguman kelulusan akhir penulis belum berkesempatan lulus di formasi tersebut, namun penulis belajar satu hal pada tahap ujian psikotes tadi, bahwa tidak perlu takut kalah dengan membantu saingan kita dalam mengikuti proses kompetisi.

Kita tidak tahu, mungkin saja penulis juga tidak lulus pada tahapan itu, dengan kebaikan memberikan pensil patah kepada saingan tadi membawa kebaikan kepada penulis sendiri. Jika kita yakini sebenarnya itu janji Allah Swt bahwa ketika kita meringankan beban orang lain, maka Allah akan meringankan beban kita.

“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan, maka Allah Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat.” (HR Muslim).

Kita kadang miris melihat fenomena politik menjelang pelaksanaan pesta demokrasi, baik itu pemilihan legislatif maupun eksekutif. Antar tim sukses mencari cara untuk menjatuhkan lawan politik. Antar kandidat saling menjelekkan dan merusak alat peraga kampanye satu sama lain.

Andai kita sadari bahwa Allah telah menentukan kalah dan menang seseorang, kita hanya diminta untuk berusaha dengan cara-cara yang bijak. Jika memang Allah menentukan kita yang menang, tanpa menjatuhkan orang pun kita tetap akan menang.

Mungkin saja Allah telah menentukan kita menang, namun karena kita memilih jalan yang salah, sehingga penyebab kemenangan kita ternodai dengan kecurangan. Andai kita melakukan proses tersebut dengan penuh santun, maka yang kita peroleh pun akan mendapat keridaan dari Allah Swt.

Kebanyakan kita takut orang lain lebih hebat dari kita, sehingga enggan menolongnya. Begitu juga dalam bersedekah, terkadang kita begitu sulit memberi bantuan karena khawatir yang akan kita bantu akan menjadi lebih baik.

Padahal Allah sendiri juga berjanji dalam Alquran: "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan dari orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (Karunia Nya) lagi Maha Mengetahui,". (QS Al Baqarah ayat: 261).

Maka jangan pernah takut kalah atau miskin karena membantu orang lain, justru Allah akan membuat kita kaya dengan kebaikan yang kita lakukan. Kaya tidak hanya dihitung dengan banyak harta, tetapi ketika Allah berikan kita kekayaan hati dan kesehatan keenam pancaindra kita, itulah kekayaan yang sesungguhnya.[]
logo s.jpg

Sort:  

Congratulations @hayatullahpasee! You received a personal award!

1 Year on Steemit

Click here to view your Board

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!