Bukankah Mencari Kerja Juga Termasuk Kerja
Ada suatu pertanyaan menghantui anak-anak muda di dunia. Di dalam rumah, di sekolah, di jalan-jalan, kerap orang-orang bertanya;
Kapan kerja?
Mau kerja apa?
Dari orang tua, kawan, pacar, hingga mantan. Suatu dilema, yang didasarkan pada anggapan umum bahwa kehidupan ideal dimulai dari sekolah, lalu kerja, lalu menikah hingga akhir usia. Mereka yg tidak mengikuti jalur ini, diniscayakan gagal dalam kehidupan.
Satu kawan saya hampir diputus oleh pacarnya karena tak bisa menjawab pertanyaan ini. Padahal, sekiranya ia dapat menjawab, Bukankah mencari kerja juga termasuk kerja?
Kerja telah menjadi bagian yg tidak dapat dipisahkan dari kita, atau lebih tepatnya, manusia adalah makhluk pekerja. Lalu, apa yg harus dipenuhi agar suatu tindakan dapat disebut kerja?
Bukankah pada dasarnya, selama badan kita bergerak, kita sedang kerja?
Dalam garis hidup ideal lahir-sekolah-kerja-nikah-mati, kerja diandaikan sebagai yang membuat seseorang dapat menjamin masa depannya. Dan kalau beruntung, ia dapat menjadi sukses, dari miskin menjadi kaya. Benarkah?
Semakin tua, kita semakin paham dengan sendirinya bahwa ungkapan orang miskin itu miskin karena malas , itu hanya omong kosong belaka. Kaya dan miskin tidak ditentukan oleh upaya-upaya individu. Ini adalah relasi niscaya dari satu sistem tertentu yg tetap menjaga hirarki kaya-miskin, yg ditopang oleh relasi-relasi tertentu. Sebagaimana banyak dari kita yg beragama tertentu karena orang tuanya, kita juga menjadi kaya dan miskin karena orang tua dan relasi-relasi kita.
Nice
Hello @sayutimajid, apa kabar? Sudah kami upvote..