Bangsa Indonesia Dalam Puberitas Kedua

Hello steemian. Apakabar anda sahabat semua. Semoga dibulan magfirah ini sahabat masih sehat dan tetap dengan kegiatan positif.

Kembali dengan saya @hestibold dalam suatu sharing "Bangsa Ku Dalam Puber Kedua."

Mengapa saya pilih judul ini? Mengingat di usia yang ke 74 tahun merupakan bukan usia yang muda lagi bagi sebuah bangsa,namun dalam berdemokrasi masih saja menumpahkan darah dan air mata. Semoga ini adalah puberitas terakhir bagi bangsa yang kita cintai ini memberi kesedihan yang dalam bagi rakyat yang semesti hak-hak nya terlindungi dalam sebuah negara merdeka.

KERUSUHAN Mei 1998

Indonesia tercinta oleh semua rakyat, yang sebagian besar rakyat masih hidup dibawah garis kemiskinan, merupakan sebuah entitas yang diseragamkan,dimulai pada tahun 1945 dibawah pimpinan Presiden Sukarno. Kepemimpinan sukarno yang bertahan hanya sekira 20 tahun sahaja adalah masa awal yang meletakkan pondasi kebangsaan untuk semua syku bangsa yang disatukan dalam negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada tahun 1965 kepemimpinan Sukarno berakhir, dan digantikan oleh Pemerintahan Pembangunan dimotori oleh Golongan Karya, dibawah Presiden Soeharto, dengan pembangunan segala bidangnya yang bergerak lambat namun kondusif, dan pemerintah menjamin hajat hidup orang banyak. Pemerintahan ini bertahan selama hampir tiga puluh tahun, dan berakhir pada tahun 1998, yang runtuh lewat people power yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat, terutama mahasiswa dan masyarakat yang menuntut dibukanya kran demokrasi yang berujung pada amandemen UUD 1945, yang intinya adalah membatasi masa kepemimpinan presiden terpilih. Dalam demontrasi yang terjadi untuk menuntut perbaikan, ratusan orang demonstran luka-luka, dan sekitar tiga orang demontrans dari mahasiswa tewas, kerusuhan ini dikenal dengan tragedi semanggi.

Selanjutnya setelah rezim pembangunan Bapak Soeharto lengser, maka kepemimpinan negara dilanjutkan oleh wakil presiden saat itu yaitu Bapak BJ. Habibie. Tidak lama kemudian maka diadakan pemilu pertama dalam masa reformasi, dan terpilih lah Kiyai Abdurrahman wahid dan Megawati sebagai presiden dan wakil preside. Masa ini kebelakang merupakan priode puberitas pertama bangsa indonesia.

Fase selanjutnya merupakan kepemimpinan hasil demokrasi yang diantara yaitu masa Kyai Abdurrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudoyono (Dua Priode),dan Bapak Joko Widodo.

Sampailah pada pemilu tahun 2019 ini, kembali bangsa ini mengalami puberitas kedua. Pemilu Pilpres dan Caleg yang telah berlangsung pada tanggal 17 April 2019, dan telah diumumkan pemenang oleh KPU pusat pada tanggal 22 Mei 2019, keluar sebagai pemenang pemilu yaitu Bapak Joko Widodo dan Kiyai Makruf Amin. Pemilu ini di sinyalir terjadi banyak kecurangan, dan menimbulkan antipati terhadap kerja KPU pusat.

Mulai tanggal 21,22,23,dan 24 Mei 2019 telah terjadi demontrasi terhadap Bawaslu dan KPU untuk menyingkapi sinyalir kecurangan. Demontrasi yang mulanya berlangsung damai, akhirnya menjadi kerusuhan sekala besar di ibukota Jakarta, akibat dari pihak kepentingan disinyalir telah menunggangi expresi kegiatan demokrasi rakyat tersebut. Dalam demontrasi itu juga telah memakan banyak korban, seperti yang telah dilaporkan lewat portal berita online, ada sekira 200 demonstran luka-luka dan 8 orang pejuang demokrasi gugur bersimbah darah.

KERUSUHAN 22 MEI 2019

Sangat lah disayangkan, ketika unjuk rasa ini harus jatuh korban dikedua pihak, pihak keamanan dan mayarakat demonstran, sementara pintu yang sesuai prosedur hukum untuk menindak lanjuti sinyalir kecurangan KPU telah dibuka lebar. Semoga ini adalah puberitas yang terakhir bagi demokrasi bangsa indonesia.

Salam Damai Indonesia Ku.

By,
@hestibold