Cara Membaca Buku (IV)
Setelah ada buku di tangan, maka saya menganjurkan beberapa hal, sebelum membaca isi buku secara keseluruhan. Ada buku yang perlu dibaca sampai habis, A-Z. Ada juga buku yang dapat dibaca beberapa bagian saja. Ada juga buku yang hanya perlu dibaca saat diperlukan saja, misalnya sedang menulis makalah, artikel, dan buku. Karena itu, pengalaman saya biasanya saya akan membaca sampai tuntas Kata Pengantar dari penulis buku tersebut. Kendati orang jarang melirik bagian ini, bagi saya membaca Kata Pengantar dari penulis sangat penting. Hal ini dikarenakan disitulah kita tahu konteks penulisan buku tersebut oleh pengarang buku.
Jika ada satu penulis buku yang sudah saya koleksi, tentu melalui membaca Kata Pengantar akan memberikan rangkaian karyanya dengan karya-karya sebelumnya. Di situ akan dipahami konteks waktu buku ditulis, siapa pembaca yang dituju, siapa saja yang terlibat dalam penulisan buku, dan siapa saja yang memberikan pengaruh bagi sang penulis. Dengan cara seperti ini, jika anda seorang pemburu dan pembaca buku, akan sangat mudah memahami isi buku dari sisi hasil reproduksi pemikiran seorang intelektual.
Adapun konteks buku di tulis adalah waktu dan tujuan penulis buku. Terkadang buku tersebut ditulis karena ada peristiwa tertentu, respon terhadap masalah dalam kehidupan masyarakat, dan hasil penelitian selama menempuh studi (S-1, S-2, dan S-3). Beberapa buku yang saya temukan dari cara ini seperti ketika membaca karya-karya Fazlu Rahman, seorang pemikir Islam dari Pakistan yang mengabdikan diri di salah satu perguruan tinggi di Amerika. Nama pemikir ini merupakan guru daripada Cak Nur, Ahmad Syafi’i Ma’arif, dan Wan Daud. Dari beberapa pengantar buku Fazlur Rahman saya kemudian paham konteks kepenulisan karyanya adalah proyek Islam di Universitas Chicago, dimana disitu ada Leonard Binder dan Marshal G.S. Hodgson yang mengarang The Venture of Islam. Proyek ini adalah mengandaikan Islam sebagai suatu Peradaban. Kemudian melalui karya Binder saya paham sedikit tentang Islam bagian dari pembangunan.
Jadi, ketika saya membaca karya Rahman saya tidak begitu terkejut, dengan teori-teorinya seperti double movement. Bahkan tidak begitu heran ketika membaca karya-karya Cak Nur selalu ada kata kunci ‘Peradaban,’ ‘Pembangunan,’ dan ‘Sejarah,”dalam setiap karyanya. Judul buku Cak Nur sering menggunakan istilah Peradaban, seperti Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam Dalam Sejarah dan Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemoderenan. Informasi ini saya dapatkan ketika membaca kata pengantar.
Demikian pula, untuk mengetahui Clifford Geertz seorang Weberian saya temukan dalam Kata Pengantar bukunya, The Religion of Java. Jadi, tidak perlu kaget lagi dengan karya-karya Geertz susah-susah memahami karya tersebut. Artinya, ketika kita membaca buku-buku Geertz, sudah dapat membayangkan bahwa dia menguji teori-teori Weber di dalam memahami kehidupan budaya di Indonesia. Jadi, kalau anda sudah mengusai teori-teori di kalangan Weberian, maka sangat dapat dipahami karya-karya Geertz ingin meletakkan “Indonesia Baru” dalam perspektif Weberian. Istilah “Indonesia Baru” juga dapat ditemukan dalam buku The Religion of Java, pada bagian Kata Pengantar.
Hal serupa juga saya lakukan ketika membaca buku Francis Fukuyama, murid Samuel P. Huntington. Karyanya yang sangat fenomenal yaitu The End of History and the Last Man merupakan buku untuk menata tatanan politik setelah Perang Dingin (Cold War). Informasi ini dapat dibaca dalam Kata Pengantar buku ini juga. Jadi, kita bisa meletakkan konteks buku ini dalam rangka memahami dunia setelah Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet.
Informasi konteks dan waktu buku diselesaikan sangat penting. Bagi anda yang baru mulai gemar membaca tidak salahnya membaca Kata Pengantar untuk mengetahui konteks buku disajikan. Inilah mengapa terkadang Kata Pengantar itu sangat penting. Terlebih lagi, jika Kata Pengantar itu ditulis oleh orang yang ahli di dalam bidangnya.
Dalam Kata Pengantar juga disebutkan siapa target buku tersebut. Kalau anda tidak paham akan isi buku, bukan karena anda bodoh atau tidak kritis, melainkan buku tersebut bukan dikhususkan untuk anda. Akan tetapi tidak salahnya membaca buku ini, sehingga anda boleh jadi sebagai audien baru bagi penulis buku tersebut. Biasanya penulis profesional akan menulis kepada siapa buku ini disajikan. Penekanan ini boleh jadi secara langsung ditulis atau secara tidak langsung.
Sebagai contoh, jika anda peminat studi Perbandingan Agama atau Studi Agama, maka buku-buku K. Armstrong dapat dibaca. Kalau anda membidangi bukan ilmu tersebut, maka tidak perlu bersusah payah untuk membaca buku-buku karya Armstrong. Kalau anda bukan bidang keilmuan Studi Agama, tentu akan agak sulit memahami karya-karya sarjana ini. Hampir semua buku-buku yang terbit diluar negeri memiliki Kata Pengantar yang lengkap bagi kita untuk mengetahui konteks kehadiran buku tersebut ditulis. Harus diingat pula bahwa Kata Pengantar itu berbeda dengan Pendahuluan. Kita akan membahas tentang Pendahuluan Buku di bagian yang lain.
Satu hal yang cukup penting adalah mengetahui kepada siapa saja yang terlibat dalam penulisan buku. Biasanya penulis akan menyebutkan siapa saja yang sangat membantu proses penelitian dan penulisan karya mereka. Biasanya, saya akan mencermati nama dan lembaga mana saja yang terlibat dalam penulisan buku tersebut. Ini akan memudahkan kita untuk mengetahui isi dan kisi buku yang akan dibaca. Biasanya, kalau diketahui nama dan lembaga yang berjasa, kita akan cepat menebak kemana arah buku tersebut dituju.
Biasanya yang baru memulai membaca buku akan agak sulit. Tetapi, tidak salahnya juga membaca Kata Pengantar. Sebagai contoh, ketika saya membaca karya Prof. Nourouzzaman Ash-Shiddiqi (anak daripada Prof. Hasbi Ash-Shiddieqy) yang berjudul Fiqih Indonesia, tampak di dalam Kata Pengantar bahwa Prof. Nourouzzaman ingin memperjelas pemikiran ayahnya. Bahkan, dalam Prof. Mukti Ali dalam Kata Pengantar juga menyebutkan hal yang sama. Jadi, secara garis besar buku Fiqih Indonesia akan mendudukan Prof. Hasbi dalam dataran pemikiran fiqih di Indonesia.
Demikian pula, ketika saya membaca buku-buku Charles Taylor, disitu saya menemukan nama Isaiah Berlin. Pada awalnya, tidak perhatian saya pada sarjana yan disebutkan terakhir. Dalam Kata Pengantar, Charles Taylor menyebutkan Isaiah Berlin sebagai mentornya. Setelah itu, saya mencoba memahami Charles Taylor melalui sejarah ide-ide yang pernah dikembangkan oleh Isaiah Berlin. Disadari atau tidak, bagi saya menemukan nama-nama orang di Kata Pengantar, terkadang membawa saya pada kajian-kajian lanjutan, baik menambah semangat membaca buku, maupun menulis buku.
Karena itu, Kata Pengantar itu juga akan memberikan informasi tentang siapa sesungguhnya yang memberikan pengaruh pada penulis buku. Sehingga, kita akan sedikit mudah memahami isi karya-karya penulis tersebut. Pengalaman saya menemukan nama Isaiah Berlin telah membuka kajian baru saya tentang filsafat Barat, walaupun saya bukan bidang ilmu tersebut. Ini semua berawal dari cara saya membaca buku yang saya mulai dari memahami Kata Pengantar.
Bersambung….
Padat membahana prof @kba13
Ta surah bacut bacut Aduen.
Salam kenal ya
Lon di aceh utara
Ngon tulong vote lon saboh
Kpn2 lon vote gata jino adak lon vote rugo vote hana hasil
Sangat menginspirasi. Thanks Prof @kba13
Syukran Ustazi. Ini adik adik kita yang mau membaca buku.
Geuthee bg. Telat lahee steemit...meudeh that mudah cara berguru sama prof.
Mantap bang....Loen alumni Sapen shit bang KBA. Hehehe
kami baca dengan seksama sembari praktek sederhana.. Syukran
Makasih Bang. Semoga ada manfaatnya...
Ternyata begitu ya Prof? Saya sering sekali melewatkan kata pengantar. Sepertinya saya harus membiasakan untuk membaca pengantar dari buku yg saya baca. Terima kasih infonya.
Inspiratif selalu, guree @kba13