Memuliakan Diri

Muliakan diri sendiri. Agar orang lain juga memuliakan kita. Juga muliakan orang lain. Agar orang lain memperlakukan kita dengan hal yang sama.

Memuliakan diri sendiri dengan menjaga diri. Menjaga diri dari segala hal yang nista. Memelihara kehormatan diri sendiri. Tutur kata, sikap, tingkah laku, semua itu perlu pembiasaan pada hal-hal yang mulia.

Betapa banyak orang yang terjerumus dalam jurang kenistaan. Hanya karena tidak mampu mengontrol anggota tubuh yang tidak bertulang, lidah yang tidak terpelihara dapat menjerumuskan pemiliknya pada serendah-rendahnya derajat. Sebaliknya orang yang manpu mengontrol apa yang akan diucapkan akan menjadi orang yang mulia.

Sikappun demikian. Orang yang sikapnya santun akan menjadi contoh bagi banyak orang, sikapnya menjadi acuan, baik dalam rumah tangga ataupun dalam lingkungan yang lebih luas. Syukur-syukur bila sikap kita hari ini menjadi acuan bagi generasi mendatang. Alangkah mulianya Rasulullah dalam bersikap, bermuamalah, sehingga sampai kapan pun akan terukir indah dalam sejarah.

Sangat disayangkan, ketika kita melihat satu dua orang yang punya paras cantik ganteng, tapi kehidupannya dipenuhi oleh noda nista. Terserah apapun alasannya, menggadaikan kehormatan untuk sebuah alasan klasik, yaitu alasan ekonomi. Lalu kehormatannya dihargai dengan sebuah ponsel keluaran terbaru, atau sebutir berlian. Semua materi itu tidak dapat mengembalikan kehormatan yang ternoda.

Biar hidup sederhana. Selagi kemulian dan kehormatan dapat terpelihara dengan baik. Dua kedudukan itu susah untuk diraih kembali bila kedua terlepas dari seseorang. Materi kadang bisa membuat seseorang mulia dan punya kehormatan semu. Tapi materi itu tidak selamanya singgah dan menetap pada diri seseorang.

Muliakan diri kita dengan selalu menjaga kehormatan, sikap, tingkah laku dan tutur kata. Karena bila kemulian itu minggat, susah dia akan kembali.