Haruskah Berpendidikan Tinggi? Tidak!

in #indonesia7 years ago

steemir1503a.PNG

Sesuai dengan judul, itulah simpulan tulisan ini. Yang ingin saya sampaikan sesungguhnya adalah alasan dibalik simpulan tersebut. Dimulai dari pertanyaan, apakah berpendidikan tinggi itu? Jawaban mudahnya adalah dilihat dari gelarnya. Jika seseorang bergelar doctor, pasti dia berpendidikan tinggi. Tapi apa makna gelar tersebut? Dalam konteks keindonesiaan, gelar pendidikan dapat menjadi kebanggan, level dan pangkat. Dalam jabatan pemerintah, gelar doctor tentu lebih dihargai dibandingkan master, terlebih hanya lulusan SMA. Setidaknya dalam struktur gaji ada nilai lebih untuk unsur level pendidikan. Asumsi public juga menilai, semakin tinggi pendidikan, dengan melihat gelarnya, semakin pintar orang tersebut, semakin berharga keberadaannya. Semakin berharga dapat bermakna, semakin bergelar si mbak, semakin dia memilih jodoh yang pendidikannya minimal sama. Si mas juga demikian. Itu contoh saja.
Tetapi apakah semakin tinggi pendidikan, semakin dapat menyelesaikan masalah hidup kita? Oh tidak! Hidup selalu bermasalah jika dianggap masalah. Tetapi hidup adalah tantangan jika berpikir positip. Selama nafas ini masih ada maka tantangan selalu ada. Dan pendidikan tinggi justru menumbuhkan semakin banyak keinginan. Semakin banyak keinginan, semakin banyak tuntutan untuk dipenuhi! Masalah to?

Meskipun berpendidikan tinggi akan mngundang banyak masalah, tetapi banyak orang berbondong-bondong masuk universitas hanya demi mendapat pengakuan berpendidikan tinggi. Karena peminatnya banyak, maka status berpendidikan tinggi dijadikan barang jualan. Jadilah kita jumpai orang-orang berpendidikan tinggi yang memiliki kekuasaan mengelola hak public tetapi berkemampuan ala kadarnya bahkan sekaligus menjadi parasit negri karena bukti pendidikannya dari beli! Beli (gelar) tidak harus ambil sertifikat, kasih duit, done! Hal tersebut biasanya dilakukan dengan skema halus; prosedural, tapi orang lain yang menyelesaikan.

Jadi yang penting sebenarnya adalah pendidikan yang baik, bukan pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi dapat dibeli dan terbukti tidak menjamin pengetahuan, ketrampilan dan amanahnya seseorang. Pendidikan yang hanya S3 (SD, SMP, SMA), tetapi jika pendidikannya berkualitas, bisa jadi dia mengalahkan kualitas seseorang yang bergelar doctor yang diperoleh dari hasil nembak dari universitas kelas ruko. Pendidikan yang baik, tidak selalu diperoleh dari lembaga pendidikan resmi karena semesta kita ini sesungguhynya adalah universitas kehidupan. Kita tinggal memilih jenis pengetahuan/ketrampilan apa yang diminati, sesuai passsion. Ada semua kok.

Pesan tulisan ini: sukses tidak harus pol sekolahnya

Sort:  

suka dengan closingnya :D

yup, maksudku agar jangan ada yang berburu pepesan kosong

Maksud dari pepesan kosong Pak @manoegra?