Mus dan Gerakan Meuripe untuk Sesama
PRIA muda ini baru saja meninjau lokasi pembangunan rumah duafa di Kecamatan Tanah Luas, Kabupaten Aceh Utara, Jumat (11/8/2017).
Dialah Musfendi. Koordinator Lembaga Peduli Duafa Aceh (LPDA) itu baru berusia 29 tahun. Namun, sejak tahun 2009 lalu, warga Desa Blang Asan, Kecamatan Syamtalira Aron, Kabupaten Aceh Utara itu mulai mencanangkan gerakan sosial meuripe (patungan) di wilayah itu.
Sepanjang 2009 hingga kini, puluhan masyarakat sakit telah dibantu oleh Musfendi. Gerakan meuripe yang digagasnya awalnya tak mendapat respon publik. Seiring waktu, Musfendi menerapkan transparansi pengelolaan dana sumbangan dari warga.
“Sekarang-sekarang ini sudah banyak donatur tetap. Saya bersyukur banyak yang bergabung dan menyisihkan uangnya. Kami patok ndak usah banyak, Rp 5.000 saja per bulan per orang itu sudah sangat membantu masyarakat kita,” terang pria lajang ini.
Ide awal membangun gerakan sosial ini berasal dari pengalaman pribadi Musfendi.
Dia bercerita, ketika kecil ayahnya meninggal dunia saat dia berusia dua tahun, enam tahun berikutnya ibunya menyusul sang ayah kembali memenuhi janji pada sang pencipta.
Setelah itu, dia dibesarkan oleh sang nenek dengan segala keterbatasannya.
“Ibu saya pernah sakit parah, tapi tak ada uang, di situ keluarga bingung bagaimana caranya berobat. Bahkan, empat bulan ibu terbaring di rumah tanpa ada uang untuk dibawa ke rumah sakit,” kenangnya melambung ke peristiwa masa lampau.
Saat sekolah, Musfendi bahkan nyaris putus sekolah karena tak ada biaya, bukan itu saja penderitaannya semakin lengkap karena neneknya tak mampu membelikan seragam sekolah. “Ini yang mendasari saya membuat gerakan sosial ini,” terangnya.
Dia juga mengajak anak muda lainnya menjadi relawan. Praktis tak ada gaji untuk para relawan itu. Semangat meuripe yang dibangun ditanamkan dalam jiwa para relawan. “Bahwa membantu sesama itu menyenangkan,” terangnya.
Berbagai cara penggalangan dana dilakukan, melalui media sosial hingga mengajak para dermawan menyumbangkan uangnya untuk membantu orang lain. “Misalnya, kita foto seorang anak penderita kanker, lalu kita kirimkan pada para dermawan ini. Jadi, uang yang diberikan khusus disalurkan untuk pasien ini, tidak untuk yang lain,” sebutnya.
Sepanjang tahun ini, Musfendi telah membawa 50 pasien dari berbagai penyakit ke rumah sakit. “Mulai dari penyakit kulit ekstrem, kanker, dan lainnya. Kami membantu biaya pendampingan untuk keluarga yang menjaga, termasuk biaya obatnya. Pasiennya beragam dari berbagai kabupaten/kota di Aceh,” sebutnya.
Pria berambut ikal yang kerap mengenakan peci ini juga mengumpulkan dana untuk membangun empat rumah kaum duafa di Aceh Utara. “Donatur kami juga dari berbagai daerah di nusantara, bahkan ada tenaga kerja Indonesia di Hongkong yang menjadi donatur tetap. Kami juga kerap menggalang dana lewat platform kitabisa.com,”sebutnya.
Musfendi juga memberikan beasiswa bagi anak yatim dan piatu. Setiap tahun ajaran baru dia berbelanja ke pasar, membelikan kebutuhan seragam sekolah, sepatu hingga buku tulis untuk dibagikan pada puluhan anak yatim piatu di kabupaten itu.
“Saya berharap, gerakan meuripe ini bisa terus didukung publik. Pertanggungjawaban keuangan saya publis lewat website lpd-aceh.org,” pungkasnya.
VOTE | REESTEM | FOLLOW @MASRIADI
Jika teman-teman semua memberikan dukungan positif kepada beliau, saya harap anda bisa melakukan itu dari sekarang. Sepengetahuan saya, beliau hadir di steemit beberapa minggu yang lalu dengan tujuan menambah income amalan untuk penggalangan dana bantuan. Dan yang saya lihat setiap postingan beliau selalu sepi, jika memang teman-teman sekalian benar support, saya raya followed-lah beliau @musfendi dari sekarang.
Pesan kepada penulis | Tolong di edit postingan ini dan menautkan id-akun @musfendi
Ide awal membangun gerakan sosial ini berasal dari pengalaman pribadi Musfendi.
Dia bercerita, ketika kecil ayahnya meninggal dunia saat dia berusia dua tahun, enam tahun berikutnya ibunya menyusul sang ayah kembali memenuhi janji pada sang pencipta.
Setelah itu, dia dibesarkan oleh sang nenek dengan segala keterbatasannya.
Saya kenal anak ini
Pria berambut ikal yang kerap mengenakan peci ini juga mengumpulkan dana untuk membangun empat rumah kaum duafa di Aceh Utara. “Donatur kami juga dari berbagai daerah di nusantara, bahkan ada tenaga kerja Indonesia di Hongkong yang menjadi donatur tetap. Kami juga kerap menggalang dana lewat platform kitabisa.com,”sebutnya.
Musfendi juga memberikan beasiswa bagi anak yatim dan piatu. Setiap tahun ajaran baru dia berbelanja ke pasar, membelikan kebutuhan seragam sekolah, sepatu hingga buku tulis untuk dibagikan pada puluhan anak yatim piatu di kabupaten itu.
“Ibu saya pernah sakit parah, tapi tak ada uang, di situ keluarga bingung bagaimana caranya berobat. Bahkan, empat bulan ibu terbaring di rumah tanpa ada uang untuk dibawa ke rumah sakit,” kenangnya melambung ke peristiwa masa lampau. bagian ini sangat sedih
Semangat Bg Mus harus menjadi inspirasi bagi kita semua, "ternyata berbagi itu menyenangkan" ungkapan yang penuh dengan nilai-nilai keiklhasan dan ketulusan.
Salam Gerakan Sosial, semoga gerakan-gerkan sosial akan semakin berkembang di Aceh.
mantap
Pria seperti bang mus lewat postingan @masriadi, harus selalu kita dukung dalam melakukan kegiatan sosial, sehingga ia tidak sendirian. Semoga kisah bang Mus mampu menginspirasi kita semua, sehingga tergerak hati untuk melakukan hal serupa, minimal di lingkungan kita.
betul
Saya sangat mengenal Musfendi..
Kerja kerasnya yang Lilla Taala tanpa mengharapkan pamrih.
Biar musfendi mempunyai pekerjaan sendiri, tetapi beliau meluangkan waktu untuk membantu kaum dhuafa.
Sungguh besar pengorbanan beliau..
Yang lain bukan harus di tiru, tapi wajib untuk ditiru.
Saleum meusyen @amryksr