FILM KETIKA DIPIKIRKAN
Film bagi kehidupan bagai cermin untuk melihat dirinya yang tak pernah dilihat. Setiap orang dengan pengalaman dan pengetahuan yang membentuk dirinya akan memberikan arti tersendiri menurut keutuhan simbol yang ada pada-nya. Namun secara universal sepakat bahwa film merupakan sebuah salah satu media untuk melihat dunia ini.
Pengalaman yang kita jalani sehari-hari bahkan di detik ini pun merupakan sesuatu yang kongkrit dan nyata dan kalau di coba memaknai terkesan rumit se-kali. Kalau karakter moderen mungkin akan memaknainya dengan pola pengolompokan (sudut pandang ini, itu dan sebagainya).
Mungkin itu yang membuat Heidegger mencoba mengeluarkan gagasannya, bahwa hidup ini adalah hasil tafsiran atau menafsir. Tapi gagasan ini jadi sebuah persoalan, ketika gagasan dia masuk ruang sempit, seperti penafsiran terhadap kitab suci. Siapa yang berhak menafsir wahyu yang diturunkan Allah kepada para nabinya?, tentu secara umum wahyu juga butuh akal TEUMA (pengatahuan) untuk memahaminya.
Nah...film juga bisa berubah dirinya menjadi alat perusak (propaganda negatif) jika pengetahuan kita tentang materi yang direkam beserta mengotak-atik plot menurut tafsiran atau keinginan sendiri.
Alangkah bermarwah-nya film ketika lahir punya sebuah ruang penyaksian atasnya. Sebagaimana yang ingin dilakukan oleh Aceh Film Festival hari Senin besok Tgl 19 Februari 2018.
Dimana film bukan lagi milik si pembuatnya, film akan menjadi sebuah realitas baru yang membentuknya dari rekaman kehidupan manusia. Dalam dunia pergerakan maka akan dinamai Film sebagai media Advokasi, kalau di Fakultas Dakwah UIN Ar-Raniry, film adalah sebagai media dakwah. Mungkin sama juga seperti Pramoedya Ananta Toer, karya seperti anakmu, dia bisa membawa kamu untuk mendapat hujatan atau sebaliknya.
Begitulah dunia memberikan respon kepada sesuatu. Tapi Film adalah sebuah akibat bukan sebab, karena dibalik film itu ada sesuatu, dan dibalik sesuatu yang bersifat dunia ada sang pencipta. Jika dengan Steemit ini kita bisa dekat dengan sang pencipta, maka ber steemitlah, jika film adalah untuk membawa kita ke jalan mendapatkan ridha-nya maka berdoalah pada sang pemilik rahman dan rahim untuk bisa terus melahirkan film. Apapun ilmu itu, baik pengetahuan, seni dan filsafat bahwa dibalik semua itu adalah Allah.
Peuwoe TEUMA nibak Po Allahurabbi.
Semacam kangen mendengar pencerahan dari bapak ini. Setiap melihat batik, maka saya akan mengingatmu. Selamat datang.
Akhirnya di Steemit Teuma bersilahturrahmi...hehe
Silahturrahmi kata kata...hehe
Sangat berkesan postingan nya bg. Semoga ke depan kami yang muda bisa lebih peka lagi melihat setiap fenomena yang muncul di sekitar dan di abadikan dalam sebuah plot yang menarik serta mampu memverikan solusi yang menyelesaikan.postingan nya sngat bermakna bg. Salam.