Novel Durhaka Milik Eka Kurniawan itu Bernama; O

in #indonesia6 years ago (edited)

imageSumber

Dari 482 halaman, Eka Kurniawan menghabiskan lembar demi lembar novel terbarunya, O, cuma untuk menulis riwayat hidup dan konflik yang dialami masing-masing tokoh di dalamnya. Memang itu gaya Eka, sudah terlihat sejak dalam; Cantik Itu Luka dan novel Lelaki Harimau. Tetapi dalam novel O, Eka membuka terlalu luas ruang bagi periwayatan tarikh para tokoh di dalamnya. Hasilnya, bandul besar ceritanya tidak lagi berpusar pada O sebagai tokoh utama saja. Atau kisah-kisah atau semua drama yang dialami para tokoh dari awal hingga akhir, juga tidak punya kaitan sama sekali dengan narasi tokoh utama. Semua jalan sendiri-sendiri. Hasilnya, O hanyalah sebuah karya yang kebetulan ditulis oleh seorang Eka, yang berisi kumpulan cerita-cerita dan para tokoh yang memainkan kisahnya masing-masing dan mengakhiri hidup dengan cara masing-masing.

Eka membuka tirai ceritanya lewat Entang Kosasih, seekor monyet yang tengah bergelantungan di sebatang dahan pohon sambil memegang revolver dan mengacung-ngacungkan moncongnya ke arah Sobar, seorang polisi yang terlalu baik di tengah kehidupan penuh para bajingan. Dari sini dimulailah cerita itu, Entang Kosasih memiliki ambisi, ia ingin menjadi seorang manusia, dan itu ingin ia buktikan dengan pertama-tama menembak seorang manusia. Meski konon, telah ada seekor monyet zaman dahulu yang berhasil menjadi manusia, tetap saja masyarakat monyet menertawakan kehendak konyol Entang Kosasih itu. Namun impiannya terselamatkan karena dia punya pacar, namanya O. O sadar bahwa impian pacarnya hanyalah tolol belaka, gila dan impossible. Akan tetapi kekuatan cinta yang menderu-deru dari dalam dadanya, membuatnya tak berdaya dan percaya saja pada mimpi konyol Entang Kosasih.

Entang Kosasih seraya bergelantungan dari dahan ke dahan, melepaskan suatu tembakan terarah yang meluncur deras ke arah rekannya Sobar, Joni Simbolon, Joni terjerembab, tubuhnya jatuh menubruk tanah, sebutir peluru bersarang di antara dua alisnya. Ia tumpas seketika. Demi melihat rekannya mati, Sobar memburu Entang Kosasih, dan menembaknya dengan cara yang sama seperti yang dialami Joni Simbolon. Entang Kosasih mati, dan jasadnya lenyap, tak pernah ditemukan. Para monyet dan O sendiri meyakini bahwa Entang Kosasih telah berhasil menjadi manusia. Sejak itu, dimulailah petualangan O meretas jalan kegetiran, untuk menjadi manusia, dengan satu tujuan, agar bersatu kembali dengan Entang Kosasih.

Sampai di situ, petualangan O menjadi manusia, dihentikan mendadak. Lantas Eka menyorot Sobar, dari kehidupannya sebagai polisi, hingga skandalnya dengan Dara. Dara seorang gadis cantik di tengah bobroknya wajah pemukiman itu, sekaligus teman kumpul kebo Toni Bagong, seorang bandit di kawasan itu. Sobar kemudian jatuh cinta pada Dara. Drama antara Sobar, Dara dan Toni Bagong pun dimulai. Kemudian lampu sorot berpindah pada Dara, dan tentu saja kita diajak tenggelam dalam berhalaman-halaman masa lalu Dara. Berhenti di sana, tiba-tiba layar kembali berpindah pada O, O kini telah menjadi pemain topeng monyet, ia meyakini pintu menjadi manusia salah satunya adalah bergabung dalam orkes topeng monyet. Di sana ia berkenalan dengan Kirik, seekor anjing kurap yang berkelana mencari ibunya yang telah mati. Eka kemudian memperkenalkan Kirik dengan panjang lebar, nyaris satu bab. Sirkus monyet itu dipimpin oleh Betalumur, laki-laki ini digambarkan seolah seperti hidup hanya untuk mabuk, makan dan tidur. Riwayat Betalumur pun tayang nyaris tanpa batas, dibandingkan tokoh lain, ia adalah tokoh yang kisahnya paling akhir khatam. Betalumur mati sebagai babi ngepet yang dibantai orang-orang. Kematian Betalumur menutup novel O.

Ada banyak tokoh dalam novel ini yang disorot begitu lama. Ada Rini Juwita, seorang istri pecinta anjing, yang tega menjebak suaminya -yang akibat trauma masa lalu, suaminya begitu memusuhi anjing- agar diserang dan terbunuh oleh anjing besar. Kemudian Mimi Jamila si banci, dan Entang Kosasih versi manusia. Mereka semua, kehadiran para tokoh ini nyaris tidak bersentuhan sama sekali dengan ambisi besar O yang ingin menjadi manusia. Mereka dihadirkan begitu saja oleh Eka, memainkan kisahnya masing-masing. O sendiri gagal memenuhi impiannya, tak pernah bersatu dengan Entang Kosasih, ia bahkan mati dengan sebab yang begitu sepele, diinjak oleh seekor anjing besar. Sudah begitu saja. Sobar dan Dara lari ke kampung halaman si gadis, mereka berenang ke sungai dan berubah menjadi ikan. Melihat itu, Toni Bagong murtab, ia memuntahkan selongsong megazin penuh peluru ke arah dua ikan itu, mereka berdua, Sobar dan Dara mati sebagai ikan.

Satu hal yang menarik dari novel O dan ini canggih, adalah kisah cinta Sobirin dan Astuti. Sesungguhnya kisah mereka klise belaka, seperti cerita cinta dalam kebanyakan film murahan; seorang laki-laki jatuh cinta pada seorang gadis, namun orang tua si gadis tidak merestui. Sobirin anak pesantren, bersama-sama temannya, ganti-berganti mengaji Al-Qur'an tiap malam di surau. Astuti sebagaimana warga kampung lainnya terbiasa mendengar suara orang mengaji itu sebagai pengantar tidur. Akan tetapi bagi Astuti, hanya satu suara yang selalu benar-benar ingin ia dengar lantunannya. Ia akan meriang jika semalam saja alpa mendengar suara itu. Ia jatuh cinta dengan suara itu, juga kepada pemilik suara itu, yang bahkan belum ia kenal sama sekali. Tapi ia memang jatuh cinta, dengan sebenar-benarnya. Jadilah Astuti ingin mengaji, orang tuanya mengundang santri ke rumah untuk mengajar anak gadisnya mengaji. Kiyai pesantren mengutus Sobirin. Ketika bertemu, keduanya bahkan telah terbakar oleh api asmara. Sejak awal Sobirin mulai jatuh hati pada Astuti. Tak banyak cara yang bisa ia lakukan selain berdoa dan membaca Al-Quran di surau. Di sanalah, hingga dinihari Sobirin melantunkan firman Tuhan, setiap malam, dengan nada sedih dan lirih sarat kerinduan. Ia sengaja membaca surat Yusuf, ditujukan khusus kepada Astuti. Ada pesan dalam setiap nadanya. Sobirin berbicara melalui lantunan surat Yusuf dengan Astuti. Awalnya tidak paham, lama kelamaan akhirnya Astuti mengerti juga maksud surat Yusuf yang terus diulang-ulang Sobirin tiap malam. Begitulah hingga kedua orang tua Astuti menjodohkannya dengan pria lain, Sobirin tetap menunggu di surau yang sama, bersetia mengaji surat yang sama sampai ia tua dan membuta. Astuti sendiri jadi gila, dan tua. Dan ia waras kembali ketika mendengar suara pengajian kekasihnya. Mereka menikah kembali di usia tua, dalam tua, buta dan setelah gila.

Hanya itu, tak ada yang istimewa dari novel O milik Eka ini. Dibandingkan dengan karya Eka sebelumnya, novel ini begitu buruk kualitasnya. Seolah novel O ini dipaksa lahir secara prematur. Bahkan jika dibedah dengan serius, alih-alih dikatakan sebagai novel, buku ini lebih pantas disebut kumcer. Buku ini adalah anak durhaka Eka Kurniawan, ia meruntuhkan sama sekali wibawa seorang Eka. Tak ada nilai apapun dari buku ini. Saya membayangkan, betapa enaknya jadi Eka, bisa bikin sebuah novel tapi isinya kumcer.

Sort:  

Congratulations @miswarnjong! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 1 year!

Click here to view your Board

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!

Congratulations @miswarnjong! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 2 years!

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking

Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!