Saree dan Pusat Jajanan Keripik Ubi

in #indonesia6 years ago

imagePasar Saree berada di Kecamatan Lembah Seulawah, Aceh Besar, yang berjarak sekitar dua jam perjalanan dari Banda Aceh, awalnya dikenal dengan jajanan tape ubi, yang seakan-akan menjadi oleh-oleh wajib bagi siapa saja yang kebetulan melintas. Kini, keripik ubi telah menggeser keberadaan tape yang sempat legendaris di sana.

Saree merupakan kawasan pasar yang berdiri di sepanjang pinggir jalan Banda Aceh-Medan, dengan lapak-lapak kayu yang menjual berbagai penganan ringan seperti tape ubi, keripik ubi, kerupuk kulit, buah-buahan seperti jeruk, bengkuang, ketela dan beberapa lainnya termasuk jagung dan kacang tanah.

Kawasan ini dulunya merupakan tempat pengembangan transmigrasi asal Pulau Jawa yang ditempatkan di kaki bukit yang berada di sepanjang Aceh Besar, khususnya Lembah Seulawah. Maka tidak heran bila awal munculnya pasar Saree justru karena kemunculan tranmigrasi di sana. Sehingga para pedagangpun kala itu didominasi oleh etnis Jawa yang karenanya yang dijual pun penganan ringan yang lebih ngjejawani ketimbang Aceh.
image
Tape yang berkembang di Aceh adalah tape ketan yang dijual di berbagai warung kopi. Demikian juga keripik, orang Aceh tempatan, sejauh pengetahuan saya membuat keripik pisang baik untuk dimakan sendiri maupun untuk dijual. Bilapun ada yang membuat keripik ubi, hanya sebatas untuk mengisi kekosongan waktu.

Kehadiran tranmigrasi selalu diiringi dengan meluasnya kebun ubi. Karena salah satu ilmu yang dibekali kepada para tranmigran adalah bercocok tanam ubi serta mengolahnya menjadi ragam penganan ringan. Selain itu di Jawa orang juga mengonsumsi ubi sebagai pengganti nasi di musim paceklik. Ubi olahan itu disebut gaplek. Jangan tanya soal rasa, karena setiap etnis memiliki keunikan budaya dan perbedaan selera. Tapi oleh beberapa teman Jawa yang saya miliki, mereka mengaku rasa gaplek tidak enak, makanya hanya dimakan ketika musim susah makanan pokok.
image
"Gaplek makanan di musim paceklik (susah) dan rasanya tidak enak. Hanya dinikmati oleh orang susah (miskin) dan dikukus saja, untung bila ada dicampur dengan gula dan kelapa kukur. Biasanya disantap begitu saja setelah dikukus," terang teman saya.

Kembali ke soal awal, bahwa lama kelamaan, keripik ubi yang awalnya tidak begitu dilirik, kini justru telah menggeser dominasi tape ubi. Sekarang semua kios menggelar keripik dalam karung plastik berukuran besar, dan tape justru semakin tidak terlihat, dan diletakkan di sudut-sudut.
image
Hal ini diawali dengan kehadiran dapur keripik di pinggir jalan. Calon konsumen bisa melihat langsung proses pengolahan langsung ubi menjadi keripik. Tentu selain bisa melihat langsung, ini menjadi tontonan yang menarik perhatian pelintas. Munculnya dapur keripik di pinggir jalan semakin melahirkan trust bagi konsumen bahwa keripik itu dikelola secara alami.

Well, bila Anda sedang melintas di sana, maka silahkan berhenti sejenak di dapur keripik, sembari memilih jenis keripik yang akan dibeli, Anda bisa menikmati kegiatan penggorengan keripik yang super panas itu.

Sort:  

Karap tip malam sang meulingkeue saree

@farizalm, hahaha. Dulu Saree menawarkan kesejukan alami, kini panas yang menyengat.

Sesungguhnya perubahan itu bagian dari tanda-tanda hidup tgk @muhajir.juli

Yayayaya, hana bantah.

Halo @muhajir.juli, terima kasih telah menulis konten yang kreatif! Garuda telah menghampiri tulisanmu dan diberi penghargaan oleh @the-garuda. The Garuda adalah semua tentang konten kreatif di blockchain seperti yang kamu posting. Gunakan tag indonesia dan garudakita untuk memudahkan kami menemukan tulisanmu.Tetap menghadirkan konten kreatif ya, Steem On!