Candi Belahan Di Gunung Penanggungan, Jawa Timur
Sejak mulai menginjak remaja aku begitu menyukai gunung menikmati alam, ketika dipuncak gunung bukan rasa penaklukan terhadap gunung atau rasa petualangan yang terpuaskan tetapi rasa penyatuan dengan alam seolah saling menyapa dan saling bercanda. Alam akan memperlakukan kita sebagai sahabat selama kita memperlakukan alam sebagai sahabat, alam telah memberikan sangat banyak terhadap kita.
Pada beberapa waktu yang lalu, aku berkesempatan menyapa gunung Penanggungan, serasa menyapa sahabat lama, kenangan masa masa ketika masih sangat muda, bercanda diatas puncak Penanggungan, bersama sama menyambut matahari setelah tidur kelelahan berselimutkan halimun, bersama menikmati kehangatan yang diberikan matahari, sinarnya menguak kegelapan malam menyuguhkan panorama yang indah untuk sarapan pagi. Alam tak henti hentinya memberi segala daya keindahan dan kekayaan yang dimiliki, karena cintanya kepada manusia dan kepatuhannya kepada Sang Pencipta.
Gunung Penanggungan, penuh cerita, baik cerita rakyat atau pun cerita geologi. Rakyat bercerita gunung itu jauh terpisah dari induknya. Ketika dalam perjalalan dari India ke pulau Jawa dalam proses pemindahan gunung Mahameru, gunung yang merupakan puncak Mahameru terjatuh dan menjadi Gunung Penanggungan. Sedang Mahameru ditempatkan di ujung timur pulau Jawa, mereka menyebutnya gunung Semeru. Aku merasa ada keterikatan dengan gunung ini, aku mengakrabi gunung semeru. Aku kecil di sana menjadi kampung halamanku, tapi aku tumbuh dan besar di kaki dan lereng Gunung Penanggungan yang mengasuhku, mengenalkanku dunia dan alam.
Banyak legenda tentang gunung ini, Raja-raja jaman dahulu begitu menghomati dan begitu mempercayai, banyak harta kekayaan yang dititipkan kepada gunung ini untuk dijaga. Dari lereng hingga puncak di enuhi titipan masa lampau dari para raja raja yang besar, jejak mereka masih dapat terlihat hingga sekarang salah satunya adalah candi Belahan
Sesungguhnya candi ini merupakan petirtaan atau pemandian istri raja Airlangga, juga merupakan pertapaan terakhir dari raja Airlangga. Dan konon beliau moksa di tempat tersebut mengingat makam Raja Airlangga sampai sekarang belum bisa diketemukan.
Patung pada petirtaan berupa patung kedua istri raja yaitu Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan yang digambarkan dalam patung Dewi Sri dan Dewi Laksmi sedang patung raja Airlangga sendiri digambarkan sebagai Dewa Wisnu menunggangi Garuda tersimpan di museum Trowulan Jawa Timur.
Pada petirtaan atau candi Belahan, kedua istri raja digambarkan sebagai Dewi Sri dan Dewi Laksmi yang merupakan Dewi kesuburan bumi dan dewi Laksmi adalah dewi kemakmuran. Menurut kepercayaan Hindu banyak gelar gelar untuk kedua dewi ini baik Dewi Sri maupun Dewi Laksmi.
Pada candi Belahan patung dewi Laksmi memancarkan air pada payudaranya dan ditampung di kolam di depannya, penggambaran ini melambangkan kemakmuran dan kesuburan berupa air yang memancar dari payudara mereka air merupakan sumber kehidupan dan kesuburan tanah juga air merupakan lambang kemakmuran pada perdagangan melaui sungai terutama sungai Berantas dan pelabuhan pelabuhan disekitaran Surabaya.
Sumber mata air berada tidak jauh dari candi,dan dialirkan kecandi melaui parit kecil yang dialirkam melalui saluran dibelakang patung dan di aliran kepayudara patung.
Air yang mengalir di candi Belahan sejak dulu dimanfaatkan penduduk sekitar untuk memenuhi kebutuhan memasak,mandi dan bahkan mencuci. Aku masih ingat dengan jelas ketika dulu saat masih SMP sering bermain di tempat ini, mandi beramai ramai bersama teman teman bercampur dengan penduduk setempat setelah capai mencari juwet - dalam bahasa indonesia lebih dikenal dengan jamblang. Saat sekarang untuk mencuci sudah dilarang di kolam candi.
Air dari sumber ini kwalitasnya sangat baik sehingga dapat diminum secara langsung tanpa direbus.Banyak pengunjung dari jauh yang memang kusus datang mengambil air untuk dibawa pulang. Banyak kepercayaan mereka terhadap air ini,seperti bisa membuat awet muda dan menyembuhkan penyakit, memang segar sekali rasa air ini, aku pun meminumnya tanpa ragu, karena dulu pun sudah sering meminumnya tanpa maksud dan tujuan apa apa karena memang menggoda untuk diminum dan cuci muka setelah menempuh perjalanan.
Candi ini tidak pernah mengalami pemugaran masih seperti yang dulu hanya ada penambahan pagar dan pintu masuk. Pada latar belakang patung merupakan susunan bata merah yang ukuranya lebih besar dari bata merah umumnya tetapi umum untuk bangunan candi di seputaran kaki penanggungan masih ada beberapa candi yang dibangun dengan bata merah.
Ada banyak sekali situs situs sejarah diseputaran dan di gunung Penanggungan dari raja raja besar pulau jawa, Raja Airlangga adalah raja yang besar,begitu menghormati,menghargai alam,mencintai rakyatnya berusaha memakmurkan mereka dapat dilihat dari karya karya yang ditinggalkan, pelabuhan untuk jalur perdagangan, bendungan untuk pencagahan banjir dan pertanian,kecintaan terhadap sastra berupa peninggalan karya karya sastra pada jamannya juga kecintaan penghormatan terhadap istri istrinya tergambar pada kedua patung di candi belahan itu yang digambarkan sebagai dewi dewi, tentu bukan sebatas penggambaran begitu saja tentunya kedua wanita itu tentu sesosok yang luar biasa. Mereka begitu menghargai dan bangga terhadap bangsa dan negaranya, alamnya, rakyatnya dan budayanya, jaman terus bergulir, budaya terus berubah, masihkah kita mempunyai rasa bangga dan menghargai bangsa ini dalam mengarungi sang waktu.
Matur suwun,
Seneng bacanya... :)
Ho..oh
Nggak pernah diajak ke sana!
Ntar sama @kakilasak diajak kok :)
Klasik ya?