Cerpen: Ada apa dengannya?
Kring…kring alarm berbunyi pertanda hari telah pagi…
Terlihat gadis kecil yang masih tertidur lelap di ranjang nya. krek …pintu kamar terbuka, terlihat seorang perempuan yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya dan membangunkan si gadis kecil yang masih tidur “Desti bangun nak….ini sudah pagi sudah waktunya kamu ke sekolah’’ujarnya, si gadis itu terkejut dari tidurnya dan langsung turun dari ranjang kasurnya “Ma udah jam berapa, kenapa Desti telat di bangunin??’’ tanyanya sambil melihat-lihat jam wekernya.
“ Ini udah ke tiga kalinya mama bangunin kamu!, kenapa akhir –akhir ini kamu telat bangun? Apa yang kamu lakukan tiap malam ini Desti, dan keliatannya setiap hari kamu capek sekali” tanya mama, Desti terkejut jangan jangan mamanya tahu tentang apa yang dialaminya, karena hampir setiap malam dia merasakan pusing yang di sertai mimisan yang berlebihan “Oo….itu gak ma, kan Desti setiap malamnya belajar’’pintanya sambil memikirkan alasan apa lagi yang akan dia jawab kalau mama nya terus bertanya “yasudah kalau gitu cepat mandi nanti bisa telat ke sekolah, papa sudah menunggu dari tadi!’’seru mamanya “Iya ma’’
Desti pun langsung ke kamar mandi, sehabis mandi dia pun langsung bersiap siap untuk ke ruang makan. Sesampainya di ruang makan mama dan papanya sudah menunggu “Morning pa,ma’’ sapanya dengan senyuman yang manis “Morning juga sayang’’ jawab papanya sambil tersenyum melihat gadis kecilnya itu yang selalu ceria setiap harinya, tiba tiba papanya heran melihat wajah gadis kecilnya hari ini pucat sekali tidak seperti biasanya.
“Desti sakit ya?’’ Tanya papanya heran “Ahh…. Engak kok pa cuma gak enak badan aja’’ jawabnya dengan cemas, takut akan rahasianya terbongkar. dia takut membuat kedua orang tuanya cemas dan dia juga tidak ingin melihat keduanya merasa sedih, “benar ?’’tanya papanya yang semangkin cemas “Iya pa, masak Desti bohong” pintanya semakin takut dan langsung mengalihkan pembicaraan, “Pa, Desti ingin diantarin papa!’’ pintanya sambil menebarkan senyuman manisnya, “lho emangnya kenapa kalau diantarin sama pak Rudi?” Tanya papanya
“Ah papa, kan Desti kangen diantarin papa!’’ pintanya lagi, “ Iya iya hari ini papa yang antarin Desti sampai ke sekolah,’’ jawab papanya sambil tersenyum melihat anak satu satunya itu dengan sifat manjanya .
Sesampainya di sekolah, Desti pun berpamitan pada papanya “Pa, Desti masuk dulu ya….’’ pintanya “Iya.. belajar yang rajin ya” ujar papanya, “Iya pa’’ jawab Desti. “Dah…..’’ kata papanya yang sudah berlalu pergi… Desti tersenyum terharu melihat papanya yang selalu sayang padanya dan dia takut akan kehilangan kedua orang tuanya ataupun mereka akan kehilangannya, dia pun mulai melangkah menuju ke gerbang sekolahnya, dari kejauhan dia melihat dua sahabatnya yang selalu setia menunggunya. Tata dan Miska sahabat karib yang selalu setia kepadanya “Hai Miska…Tata” sapa Desti dari kejauhan. Desti menuju kearah mereka. “Hai Desti! Tumben hari ni telat” tanya Miska.
“Aduh Miska, ini bukan yang pertama kalinya Desti telat, tapi udah berkali kali” ujar Tata. Sambil melihat Desti dengan heran.
"Emangnya kamu sekarang sering tidur telat ya? Sampai-sampai setiap hari ke sekolah kamu keseringan telat begini, biasanyakan kamu yang paling cepat ke sekolah dari pada kami” ujar Miska, sambil menggaruk –garuk kepalanya, Desti pun memikirkan apa yang akan di jawabnya……. Tiba tiba dia merasakan pusing lagi, dan sesuatu itu keluar lagi dari hidungnya.
“Eh…. Miska, Tata aku ke kamar mandi dulu ya …’’ pintanya sambil menutup hidungnya dengan tissue yang selalu siap sedia di tangannya, Desti pun berlari menuju ke kamar mandi.
“Iya …. Jangan lama-lama ya, bentar lagi bel akan berbunyi” ujar Miska sambil berjalan ke kelas.
“Kenapa sih Desti belangkangan ini sering ke kamar mandi mendadak?” tanya Tata dengan heran
“Mungkin dia kebelet pipis” ujar Miska, sambil menarik tangan Tata dan langsung masuk ke kelas.
Teng…teng... bel pun berbunyi, bertanda waktu masuk kelas sudah tiba. Desti pun bergegas dari kamar mandi dan langsung masuk ke kelas.
“kenapa lama sekali sih?” tanya Tata penasaran.
“Ah gak kok… tadi aku ke….’’ gak sempat ngomong tiba-tiba guru pun datang. Dan ini adalah kesempatan Desti agar tidak menjelaskannya lagi. Mereka pun mengeluarkan buku pelajarannya masing-masing. Bu Eriska guru matematika yang paling Desti senangi dan yang paling baik baginya, rupanya tidak bisa hadir dan di gantikan oleh bu Rita.
Bu Rita menggantikan bu Eriska, hanya untuk mencatat apa yang di amanahkan bu Eriska, sehabis beliau mencatat, beliau memerintahkan kepada murid-murid untuk mencatatnya. Tiba-tiba Desti merasakan pusing, lagi-lagi darah itu keluar lagi dan matanya juga tak dapat melihat dengan jelas apa yang ada di papan tulis, akhirnya dia pun meminjam catatan Miska yang duduk di sampingnya sambil mengucek-ngucek matanya.
Waktu pun berlalu 60 menit pertanda pelajaran matematika sudah berakhir dan akan di gantikan dengan pelajaran olahraga. Kebetulan hari ini adalah hari mereka untuk belajar bermain voly.
“Desti yuk kita ganti seragam olahraga, aku sudah tidak sabar lagi ingin bermain voly’’ ujar Miska
“Iya… yuk kita ke ruang ganti nanti telat” pinta Tata. Merekapun keluar dari kelas dan langsung menuju ke ruang ganti, dengan kepalanya yang masih terasa pusing, Desti tidak ingin menampakkan kepada kedua sahabatnya itu. Dan mereka pun masuk ke ruang ganti, lekas mengganti seragamnya masing-masing mereka langsung berlari ke lapangan. Karena Desti dan Tata belum begitu pandai dalam bermain voly, mereka hanya menunggu giliran, karna akan di ajarkan satu persatu cara melemparkan bola voly oleh pak Fendi.
Tiba-tiba sesaat sebelum giliran Desti untuk belajar memukul bola, dia merasakan lagi sesuatu yang keluar dari hidungnya dia pun langsung berlari ke kamar mandi dengan perasaan cemas disertai takut, “kenapa sekarang, kenapa sekarang darah ini keluar lagi aku sudah tak tahan, aku takut ya Allah apa yang akan terjadi dengan diriku, berikan hamba kesembuhan, dan kekuatan” suara hati kecilnya yang menangis tak sanggup menahan lagi. Air matanya pun menetes sederas-derasnya tak seperti biasa.
Karena Desti lama sekali di dalam kamar mandi dan sebentar lagi gilirannya untuk belajar memukul bola, maka Tata pun pergi untuk memanggilnya, “Desti...desti yuk ke lapangan bentar lagi giliranmu” ujar Tata.
“Iya..iya..bentar’’ jawabnya dan langsung membersihkan hidung dan mukanya agar tidak terlihat kecemasan yang ada, Diapun membuka pintu.
“Aduh.. kamu lama sekali sih, yuk bentar lagi giliranmu” ujar Tata.
“Iya ni udah siap kok’’ pinta Desti dengan perlahan-lahan berjalan menuju ke lapangan, karna pusing yang menyerangnya dan juga penglihatannya semakin buram, Bruk…Desti pun terjatuh. Dengan terkejut Tata langsung memalingkan mukanya kebelakang betapa terkejutnya ketika ia melihat Desti jatuh tepat dibelakangnya.
“Desti…..desti kamu kenapa? bangun des…!” Tata pun meminta pertolongan pada Miska juga kawan-kawan, untuk memanggilkan perawat yang ada di klinik sekolah. Setelah Desti dibawa ke klinik, perawat itu langsung menelpon papa dan mamanya Desti karena keadaannya semakin parah.
30 menit kemudian, papa dan mama Desti tiba di sekolah. Betapa terkejutnya mereka melihat anak satu-satunya yang tergeletak di ranjang klinik dengan wajah yang sangat pucat.
“Desti kenapa bu? Dia kenapa?” Tanya papanya dengan hati yang cemas.
“Maaf pak, sepertinya Desti mengindap penyakit pendarahan di pernafasan yang sudah menginjak stadium 4” ujar perawat klinik.
“Emangnya dari sejak kapan dia mengindap penyakit ini bu? Sepertinya kemarin dia sehat-sehat saja, dia pun tidak pernah menceritakannya kepada saya.” Tanya papanya. Kecemasan papanya pun semakin menjadi-jadi.
“Iya mungkin, dia tahu kalau dia sedang sakit, tapi dia tidak ingin diketahui oleh orang-orang yang disayanginya dan orang-orang sekitarnya”.
“Jadi maksud ibu, Desti merahasiakan ini semua dari kami?” Tanya mamanya Desti.
“Mungkin ini adalah rencananya dari awal agar tidak diketahui oleh orang lain”. Pinta perawat klinik. Tiba-tiba suasana menjadi hening saat mata kecil Desti terbuka dengan lemas.
“Pa, ma Desti sayang kalian, maafkan Desti bila tidak memberi tahu hal ini kepada kalian, Desti takut membuat kalian sedih” suara kecil Desti yang lembut itu membuat semua menangis.
“ Kenapa Desti.. kenapa?” Tanya mamanya sambil bercucuran air mata.
“ Maaf ma, pa Desti sayang kalian” ucapan Desti pun terhenti, dengan nafas terakhirnya…”
“ Desti…desti bangun nak! Papa mama juga sayang Desti” ujar keduanya sambil menangis untuk terakhir kalinya melihat buah hati tercinta mereka. Ruang itu pun penuh dengan desakan tangis para murid dan sahabat Desti, Miska dan Tata tak bisa menahan tangisan mereka. Pertemuan terakhir mereka dengan Desti sahabat yang mereka sayangi…
“selamat jalan kawan semoga engkau mendapatkan tempat yang terbaik disana”.
TAMAT
Tulisan ini ditulis oleh : Mustika hanum
Untuk kegiatan Sosial
NOTE, Sebahagian penghasilan/pendapatan dari akun ini akan digunakan untuk kegiatan Sosial