KEMENANGAN BUTUH USAHA
Nama Saya Rahmat Saputra akrab dipanggil Rahmat, ada juga yang memanggil Putra. Saya lahir di Keumala pada tanggal 09 April 1995. Saya anak pertama dari empat bersaudara, adik saya bernama Juanda Sapura, Raifan Agis Saputra dan Randi Octa Saputra. Ayah berprofesi sebagai sopir dan ibu hanya seorang ibu rumah tangga.
Saat masih kecil, saya tinggal di Desa Sagoe Kecamatan Keumala Kabupaten Pidie. Saat umur 6 tahun saya mulai sekolah di salah satu Taman Kanak-kanak (TK) di Kecamatan Banda Sakti. Setelah itu saya melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Banda Sakti. Saat saya masih duduk di kelas 2 SD, orangtua saya bercerai karena ayah saya menikah dengan wanita lain. Sejak itulah saya mulai kehilangan kasih sayang dari orangtua. Ayah saya yang sudah pergi merantau dan menetap di kota istri keduanya, ditambah lagi dengan kepergian ibu yang merantau ke luar negeri. Sejak saya berumur 10 tahun saya tinggal dengan nenek (orangtua ayah) di desa Keumala bersama adik saya yang masih berumur 5 tahun. Saat kelas 6 SD saya pindah sekolah ke SD Negeri 2 Keumala yang jaraknya hanya 100 meter dari rumah nenek. Alasannya karena nenek tidak mampu membiayai sekolah saya, karena untuk ke sekolah saya selalu naik transportasi umum dengan waktu tempuh ±30 menit dari Desa Keumala Sagoe ke Kecamatan Banda Sakti.
Saat libur semester ganjil, terdengar kabar bahwa ibu saya sudah pulang dari perantauan. Ibu saya berada di Lhokseumawe, beliau tidakpun pulang ke Desa Keumala untuk menjenguk saya dan adik saya. Setelah satu minggu kabar itu terdengar, saya dan adik pergi ke Lhokseumawe bersama paman. Setelah bertemu dengan ibu, saya dan adik saya tidak mau pulang lagi ke Desa Keumala, karena saya tidak suka dipindah ke sekolah kampung. Kemudian saya pindah sekolah ke SD Negeri 7 Tanah Pasir tempat kelahiran ibu saya dan saat itu saya sudah duduk di kelas enam (6) semester genap. Pada sat itu saya berhasil Lulus dengan peringkat I dengan nilai 8,23.
Saya melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Lhokseumawe. Pada saat itu kami pindah ke Lhokseumawe. Saya pernah menjabat sebagai ketua OSIS SMP Negeri 3 Lhokseumawe selama dua peiode. Saya pernah menjadi juara kelas berturut-turut dari kelas VIII s.d kelas IX dan saya selalu mendapat beasiswa dari sekolah. Pelajaran favorit saya adalah matematika. Saya juga pernah mendapat juara II lomba pidato antarkelas. Saat masih belajar di SMP saya pernah bekerja di pabrik pembuat tempe yang tidak jauh dengan rumah. Saya tidak ingin menyusahkan ibu yang saat itu bekerja sebagai buruh cucian dari rumah ke rumah. Setiap pukul 7.00 WIB. pagi ibu sudah berangkat kerja dan baru pulang selepas azan zuhur. Saya bekerja di pabrik pembuatan tempe setelah pulang sekolah. Saat gajian awal bulan saya selalu memberi sebagian gajian saya untuk ibu dan sebagian lagi saya simpan untuk keperluan sekolah. Walaupun saya terlahir dari keluarga sederhana, saya tidak suka belas kasihan orang.
Saat saya duduk di bangku kelas IX saya tidak lulus ujian try out, saya sangat kecewa. Dari sekian banyak siswa kelas IX hanya satu siswa yang lulus yaitu teman sebangku saya. Kemudian guru matematika menyuruh semua siswa IX untuk mengejakan lagi soal try out matematika lengkap dengan penyelesaiannya dan dijilid seperti makalah. Alhamdulillah, saya menjadi siswa yang pertama selesai mengerjakan soal tersebut dalam waktu satu minggu dan mendapat nilai 98. Hasil kerja saya tersebut ditandatangani oleh kepala sekolah sebagai aprsiasi dari kepala sekolah dan beliau meminta fotokopi tugas saya untuk disimpan diperpustaan sekolah. Mulai saat itulah, setiap masuk pelajaran matematika saya disuruh mengajari teman sekelas menyelesaikan soal try out matematika selama 7 kali pertemuan. Saya lulus dengan peringkat II dari seluruh siswa SMPN 3 Lhokseumawe dengan nilai 8,49.
Pada saat yang sama, ayah saya pergi ke Lhokseumawe dan meminta rujuk kembali dengan ibu. Setelah mereka rujuk, kami pinda ke Meulaboh karena ayah sudah kerja menetap disana. Saya melanjutkan sekolah di SMA Negeri 3 Meulaboh. Saat dudk di kelas X saya pernah mendapat peringkat kelas dan wali kelas menawarkan saya untuk pindah ke kelas inti yang saat itu saya duduk di kelas X-4. Saya menolak untuk pindah ke kelas inti karena kelas intin ada kelas sore dan saya tidak kendaraan untuk pergi kelas sore.
Saat kelas IX saya pernah menjabat sebagai ketua OSIS SMAN 3 Meulaboh selama satu periode.Saya termasuk orang yang aktif dalam berorganisasi dan saya pernah mengikuti perkemahan pelajar di Banda Aceh mewakili sekolah saya. Sejak saya duduk dibangku kelas IX ekomoni keluarga saya mulai terpuruk, sehingga kami harus pindah rumah karena tidak sanggup menyewa rumah. Kami pindah ke Kec. Samatiga yang berjarak ±11 KM dari sekolah saya. Kebehasilah butuh perjuangan, memang benar. Semenjak saya pindah ke Kec. Samatiga setiap pagi saya harus mencari tumpangan pengguna jalan yang menuju ke Kota Meulaboh. Karena tidak ada bus sekolah yang melintas di jalan tersebut. Saat pulang saya sering pulang jalan kaki, terkadang memberanikan diri untuk minta tumpang pada mobil dum truck yang arah ke Kec. Samatiga. Keadaan terus berkelanjutan sampai saya tamat SMA. Namun, saat Ujian Nasional (UN) saya numpang tinggal di rumah teman sekolah semala satu minggu supaya setiapnya saya tidak telat untuk mengikuti UN. Saya lulus SMA peringkat II di sekolah dengan nilai 8,40.
Cita-cita saya ingin menjadi guru matematika. Dengan keadaan seperti ini saya sempat mengurungkan niat untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi tapi Allah berkehendak lain. Saya lulus SMPTN di Universitas Malikussaleh namun saya tidak menjalankannya karena lulus tanpa bidikmisi. Kemudian saya mengikuti tes mandiri di Politeknik Negeri Lhokseumawe sebagai calon mahasiswa bidikmisi. Saat ikut tes mandiri dilaksanakan dalam gedung autitorium Politeknik Negeri Lhokseumawe. Pada saat itu saya meyelusuri setiap ruang dan saat itulah saya sadar bahwa semua calon mahasiswa memakai sepatu, hanya saya seorang diri yang memakai sandal. Saat ujian tes berlangsung salah seorang panitia menghampiri saya, dia bertanya “Mengapa saya memakai sandal?”. Saya menjelaskan bahwa saya tidak punya sepatu karena sepatu sekolah SMA saya sudah bolong dan tidak layak pakai lagi. Mendengar penjelasan saya, dia mengizinkan saya untuk menglanjutkan tet. Saya lulus di Politeknik Negeri Lhokseumawe Jurusan Teknik Sipil. Setelah mengetahui hal tersebut, saya langsung mengabari ibu yang saat itu masih di Meulaboh. Kemudian keluarga saya pindah lagi ke Lhokseumawe kecuali ayah karena kerja.
Saya pengguna aktif media sosial Facebook. Suatu hari saya membaca status pengguna facebook sedang membutuhkan tenaga kerja sebagai jasa pengetikan yang berlokasi di Krung Mane. Walaupun jaraknya sangat jauh dengan tempat tinggal, saya pergi ke Krueng Mane. Saya bertemu dengan Muhammad Zaki yang akrab dipanggil Zaki sang pemilik usaha jasa pengetikan. Saat itu perkulihan belum aktif dan saya tinggal di Krurng Mane di rumah Zaki selama satu bulan. Berbekal kemampuan mengoperasikan komputer saya mendapat tawaran pekerjaan sebagai operator sekolah di SD Negeri 19 Sawang. Walaupun saya menerima tawaran sebagai operator sekolah namun saya tatap bekerja sebagai jasa pengetikan.
Saat perkuliahan sudah aktif saya harus bolak-balik ke Krueng Mane untuk menyelasaikan pekerjaan. Senin s.d Jum’at saya kuliah, sabtu minggu saya kerja di Krueng Mane. Sejak semester III saya sudah menetap di Krueng Mane karena saat itu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Pada tahun 2014 saya pindah tempat kerja ke SD Negeri 25 Sawang. Selama saya menjadi operator sekolah saya pernah membuat aplikasi penerimaan siswa baru yang dapat mempermudahkan pekerjaan operator sekolah lainnya. Saya juga pernah membuat aplikasi rapor kurikulum 2013 untuk Kecamatan Sawang. Saat ini menjabat sebagai ketua Forum Komunikasi Operator Sekolah (FKOS) Kecamatan Sawang.
Tahun 2016 saya dinyatakan lulus dengan gelar Ahli Madya (A.Md) Jurusan Teknik Sipil di Politeknik Negeri Lhokseumawe. Berbekal ijazah DIII, saya pernah melamar pekerjaan sebagai kondektor PT. Kereta Api Indonesia di Jakarata Selatan dan saya dinyatakan tidak lulus tes. Saya memutuskan untuk lanjut kuliah Sarjana Teknik Sipil di Universitas Almuslim, namun penerimaan mahasiswa lanjutan tidak bisa daftar lagi karena sudah terlambat. Saya sempat menganggur selama 6 (enam) bulan, bukan menganggur kerja tetapi menganggur sebagai mahasiswa.
Pada tahun 2017, saat pendaftaran di Universitas Almuslim dibuka saya mendaftar sebagai mahasiswa baru jurusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (PGSD) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Alasan saya mengambil jurusan PGSD karena saya sudah 5 tahun bekerja di pendidikan dan saya sudah nyaman dengan pekerjaan tersebut. Saat kuliah di Universitas Almuslim saya anggota Lembaga Pers Mahasiswa Suara Almuslim (LPM-SA) yang bergerak di bidang jurnalistik dan saya juga anggota Badan Eksekutif mahasiswa (BEM) FKIP. Selama saya bergabung di LPM-SA saya pernah membuat tulisan berupa berita yang dimuat di web LPM-SA dan beberapa cerpen yang saya muat di blog pribadi. Saat semester I saya mendapat IP 3.88.
Saat ini saya sudah semester II, selama semester II saya pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Pengambdian Masyarakat yang dibimbing oleh Fackrurrazi, M.Pd. Saat ini juga saya masih bekerja sebagai operator sekolah. Walaupun saya bekerja, namun bagi saya pendidikan lebih utama.
Saat ini saya menabung untuk biaya pembangunan rumah pada september 2018 sebagai hadiah untuk ibu, karena sampai saat ini kami belum memiliki rumah. Kami hanya tinggal di rumah kontrakan. Semoga apa yang saya rencanakan dapat tercapai sesuai keinginan saya. Saya berusaha agar bisa lulus di Universitas Almuslim dengan predikat Cumlaude.