[Nonton Gak Yah?] Benyamin Biang Kerok (2018) Movie Review
Seperti biasa, utk film remake gue selalu nonton dulu originalnya biar ada perbandingan (misal: Tiga Dara - 1956 vs Ini Kisah Tiga Dara - 2016, The Wizard of Oz - 1939 vs Oz the Great and Powerful - 2013, Flatliners - 1990 vs Flatliners - 2017, dan lain sebagainya). Tak terkecuali untuk Benyamin Biang Kerok yg rilis di awal tahun ini, yg merupakan remake dari film berjudul sama produksi tahun 1972 (hampir 1/2 abad yg lalu, wow!) Namun karena kesibukan, eksekusi ternyata kebalikan dari rencana: gue nonton yg sedang tayang di bioskop dulu, baru kemudian sempat nonton originalnya di DailyMotion.
Berikut ulasan sekaligus perbandingan setelah menonton keduanya menurut gue:
Benyamin Biang Kerok (2018)
Sutradara Hanung Bramantyo seperti sengaja tidak menonton versi originalnya, atau dia menonton tapi ingin membuat "Hanung version" hasil interpretasinya sendiri. Nyaris tidak ada kesamaan alur cerita antara 2018 dengan 1972 (which is good, I love "original" remake!), kecuali bahwa 1) tokoh utamanya bernama Pengki yg suka menggoda wanita, dan 2) terdapat sebuah original track yg liriknya juga sudah diubah, disesuaikan dengan zaman.
Sebagai penyuka karya-karya Mas Hanung (Catatan Akhir Sekolah - 2005, Soekarno: Indonesia Merdeka - 2013, 2014 - 2014, Rudy Habibie - 2016, dan Kartini - 2017 beberapa di antaranya) jujur aja menurut gue, ini bukan "one of the best"-nya Beliau. Terutama karena setelah menyaksikan versi Mas Hanung, gue nyaris tidak mendapat "feel" bahwa Pengki adalah seorang Biang Kerok, hanya "a spoiled kid". Berbeda dengan pada versi original 1972, "feel" itu sangat gue rasakan kuat. Alih-alih. saking lepasnya film ini dari tema "Biang Kerok", gue malah merasa film ini adalah perpaduan dari sinetron Si Doel Anak Sekolahan dengan action flick macam Dark Knight dan Mission Impossible.
Reza Rahadian yg tidak perlu diragukan lagi totalitasnya dalam melakoni peran-peran biopik, menurut gue kali ini salah fokus ke figur seorang Benyamin S, bukan Pengki. Banyak gestur dan mimik muka yg dibuatnya di sini adalah khas seorang Benyamin Suaeb di karya-karya sinematik lain. bukan khas Pengki si Biang Kerok yg adalah tokoh utama di film ini. Bahkan lebih jauh, kalau boleh menilai, Reza sedikit "overdid it" di sini sampai-sampai tokoh Pengki yg diperaninya malah terkesan "terbelakang" (mentally retarded), khususnya eksekusi di scene-scene musikalnya . Padahal Pengki si Biang Jerok seharusnya hanya sekedar usil, nakal, dan suka main-main; bukan terbelakang.
Di luar dugaan, yg menyelamatkan film ini dari keterpurukan justru adalah 2 aktor/aktris senior legenda Tanah Air, yaitu H. Nurul Qomar (yg kabarnya kini menjabat sebagai Rektor di sebuah universitas di Brebes) dan pesinetron aktif Meriam Bellina.
Qomar, yg satu-satunya karyanya yg gue ingat adalah sebagai "Qomar" di komedi situasi Lika-Liku Laki-Laki dua dekade yg lalu, bersama rekan groupnya Empat Sekawan - Derry, Ginanjar, dan Eman; sukses bermain watak memerankan tokoh antagonis boss mafia "Said" pada film ini. Begitu apiknya Beliau memerankan peran ini, membuat gue tidak bisa tidak mensejajarkannya dengan spesialis antagonis level Ray Sahetapy atau Pong Harjatmo. Sementara Meriam Bellina, yg langganan peran ibu-ibu galak cerewet dan pandai menyumpah, kembali sukses membawakan kembali lakon spesialisasinya itu dalam wujud ibunda dari Pengki, yg digambarkan sebagai wanita paling berkuasa di Ibukota.
Tanpa kedua karakter ini, Said dan Nyak-nya Pengki, gue rasa Benyamin Biang Kerok garapan Mas Hanung ini akan kehilangan gregetnya, bak sayur tanpa garam. Bergabungnya beberapa komika (istilah KBBI untuk "stand-up comedian") dan aktris senior Lidya Kandou (yg melakukan "dosa" yg sama dengan Reza di film ini: agak over-act) pun tidak mampu menyelamatkan film ini. Walaupun rating 3.5/10 (66 votes) di imdb agak keterlaluan menurut gue, tapi rasanya apa yg sudah gue jabarkan di atas sedikit-banyak bisa memberikan gambaran penyebabnya.
Benyamin Biang Kerok (1972)
Film besutan Nawi Ismail lima dekade yg lalu ini memiliki plot yg lebih enak diikuti, tidak semrawut, dan yg paling penting satu konteks dengan judulnya yaitu "Biang Kerok". Menceritakan kenakalan seorang supir pribadi, Pengki, yg kerap membuat jengkel majikannya sekeluarga dan segudang perilaku tidak bertanggungjawab yg dilakukannya (menumpuk hutang di warung bakso, terus-menerus mengerjai dan menipu uang majikan, merayu dua perempuan di saat yg bersamaan --dengan berpura-pura sebagai sang majikan) rasanya tiada kata lain dalam Bahasa Indonesia yg lebih cocok disandang tokoh Pengki di film ini selain "Biang Kerok" (trouble maker). Dan tidak ada aktor lain yg bisa memerankannya selain dan sebaik Bang Ben.
Untuk sebuah film dengan sentuhan musikal, lagu-lagu dan lirik di dalam film original 1972 ini menurut gue juga lebih baik (lebih lucu dan memorable) dari remake-nya yg lebih modern. Lagu "Biang Kerok" dibawakan lebih apik oleh Benyamin S walau sendirian dan dengan setting outdoor seadanya (di tepi jalan, hanya ditemani mobil Mercy kepunyaan sang majikan), jika dibandingkan dengan versi yg dibawakan oleh Reza Rahadian di tengah keramaian (background dancers) dengan setting malam festival. Namun tentu saja, jika dibandingkan total seluruh lagu yg dibawakan dalam kedua film berbeda generasi ini, gue tetap lebih mem-favorite-kan versi yg sekarang, yg lebih modern aransemen musiknya dan nge-flow koreografinya.
KESIMPULAN (TLDR version: too long, didn't read)
Benyamin Biang Kerok (2018)
Pros:
- Aransemen musik dan koreografi tari yg modern menjadikan sisi musikalnya "Sangat OK".
- H. Qomar dan Meriam Bellina di luar dugaan menjadi "penyelamat" film ini
Cons:
- Sutradara Hanung Bramantyo ingin menciptakan versinya sendiri, original lepas dari versi tahun 1972.
- Reza Rahadian salah fokus jor-joran mempersonifikasi sosok Benyamin, dan bukan Pengki
- Alur cerita semrawut seperti gabungan Si Doel Anak Sekolahan dengan Dark Knight dan Mission Impossible
Skor: 5/10 (skippable, nonton kalo ada waktu/uang lebih aja)
Benyamin Biang Kerok (1972)
Pros:
- Plot sederhana, dan tema "Biang Kerok" sangat terasa dari awal hingga akhir film
- Benyamin S mengeksekusi perannya sebagai Pengki dengan sempurna, bahkan ikonik
Cons:
- Aransemen musik sesuai standard masa itu, koreografi nyaris tidak ada
- Terlalu banyak kata makian ("brengs~k!", "sial~n!", dan "setan!" yg tiada habisnya, bahkan "bangs~t!")
Skor: 7/10
Kami telah upvote ya..
Terimakasih upvote-nya :)
Sneaky Ninja Attack! You have been defended with a 3.05% vote... I was summoned by @raycovers! I have done their bidding and now I will vanish...Whoosh
You got a 15.18% upvote from @upmyvote courtesy of @raycovers!
If you believe this post is spam or abuse, please report it to our Discord #abuse channel.
If you want to support our Curation Digest or our Spam & Abuse prevention efforts, please vote @themarkymark as witness.
You got a 15.42% upvote from @ipromote courtesy of @raycovers!
If you believe this post is spam or abuse, please report it to our Discord #abuse channel.
If you want to support our Curation Digest or our Spam & Abuse prevention efforts, please vote @themarkymark as witness.
You got a 3.41% upvote from @buildawhale courtesy of @raycovers!
If you believe this post is spam or abuse, please report it to our Discord #abuse channel.
If you want to support our Curation Digest or our Spam & Abuse prevention efforts, please vote @themarkymark as witness.
Mantap genre post remake filmnya. Menarik untuk kita coba nih. Terima kasih telah memberikan contoh.
Iya gan, yuk sama2 ramaikan Steem Indonesia :D
saya telah upvote ya
Trims upvote-nya!
Iiii reza rahardian sukaa bangett..
yokk nonton kak
Hayoookkk ditonton terus komen lagi ya! :D
This post has received gratitude of 1.88% from @appreciator courtesy of @raycovers!