Akhir Permusuhan SIDON dan SITALA Meureudu
SIDON dan SITALA
Bagi yang sering mengunjungi atau singgah di Kota Meureudu Kabupaten Pidie Jaya untuk menikmati secangkir kopi atau menikmati makanan siang atau kuliner lainnya, mungkin kita akan berjumpa dengan 2 (dua) orang yang menghampiri sambil menadahkan tangannya sambil berkata “bi peng sibe.., bi peng sibe” (Indonesia : minta uang seribu). Jangan heran atau bingung ketika melihat penampilannya yang mungkin berbeda dengan para peminta atau pengemis lainnya. Mereka sering di panggil dengan nama SIDON dan SITALA oleh masyarakat. Untuk warga Meureudu, kedua sosok ini tidak asing lagi, karena tiap hari mereka selalu hadir di seputaran kota meureudu.
SIDON dan SITALA masih dalam ikatan saudara keluarga. SITALA adalah keponakan dari SIDON. Keduanya tinggal di Desa Rhieng-Krueng Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya. Keduanya mempunyai kekurangan layaknya orang normal, khususnya dalam perkembangan tumbuh kembangnya. Namun, bukan berarti mereka tidak waras (Maaf: gila). Mereka Hidup Normal sama seperti orang normal lainnya, bisa berbicara, mendengar dan melakukan aktifitas seperti biasanya. Namun dari sisi perkembangan, mereka mengalami kekurangannya. Penulis tidak mempunyai gambaran secara detail bagaimana sejarahnya sehingga mereka mengalami kekurangan tersebut.
Sejak dulu, aktifitas keduanya sering pergi ke kota meureudu (kami menyebutnya : kide merdu) untuk mencari seseorang yang bisa memberikan uang untuk membeli nasi atau rokok. jika bisa dikatakan, pergi pagi pulang malam hari. Dulu, Keduanya sangat senang ketika mendapatkan uang lima ratus, seribu atau seratus rupiah. Karena dengan uang tersebut, sudah cukup untuk bisa beli satu batang rokok dan secangkir kopi. Untuk nasi, kebiasaannya ada orang yang baik hati mentraktirnya ataupun disuruh kerumah langsung. Salah satu hal yang buat kurang bagus, keduanya sering diganggu oleh beberapa orang walaupun hanya untuk berbuat iseng atau bercanda saja, khususnya oleh kalangan anak-anak dan Remaja. Dengan kata lain, orang lain suka buat usil terhadap keduanya karena sikapnya yang lucu. Apalagi SIDON yang langsung bisa marah kalau ada yang suka mengganggunya. Jika SITALA orangnya akan lucu ketika berbicara. Namun, dibalik keusilan tersebut, rasa sayang tetap ada terhadap keduanya.
TIDAK AKUR
Hal unik yang coba penulis gambarkan dari keduanya adalah mereka tidak akur atau cocok ketika melakukan suatu aktifitas. Jika dalam suatu kedai kopi atau toko ada SITALA, maka SIDON akan marah-marah atau jengkel. Demikian juga SITALA akan marah-marah jika bertemu langsung dengan SIDON dalam suatu tempat, biasanya di kedai kopi. Kesimpulannya, mereka tidak kompak atau saling berbeda pendapat dalam suatu hal (Bahasa Aceh : Sabe Hana Pas). Akibatnya keduanya sering dibuat keisengan oleh orang lain. Penulis teringat sekali, usia penulis pada saat masih jenjang SMP dan SMA (20 tahun yang lalu) sering juga melakukan keisengan terhadap keduanya dengan beberapa teman, rasanya tidak pas jika berjumpa mereka tidak mengusilinya. Kebiasaan dan aktifitas ini berlanjut setiap saat. Bagi orang Meureudu, nama SIDON dan SITALA sudah menjadi terkenal dan suatu kebiasaan berjumpa dengan mereka untuk memberikan uang, rokok atau dalam bentuk lainnya kepada mereka. Tidak akur, saling bermusuhan antara SIDON dan SITALA ini berlangsung sejak lama bahkan sampai sekarang.
PERMUSUHAN YANG HILANG
Suatu hal yang membuat sedih adalah kebiasaan mereka berdua yang seringkali menghisap rokok. Akibatnya, kini kondisi fisik dan kesehatan keduaya menjadi menurun. SITALA kini menderita suatu penyakit yaitu HIPERTENSI dan DIABETES (asumsi orang). Akibatnya SITALA kini sering terjatuh ketika berjalan. Sering orang menyuruhnya untuk pulang istirahat dengan memberikan uang atau makanan. Namun, SITALA tetap saja tidak mau pulang ataupun balik kembali ke kide merdu ketika ada yang mengantarnya kerumah.
Kondisi SITALA yang sering sakit ini membuat pamannya SIDON jadi kasihan. Sikap saling tidak kompak atau akur keduanya menjadi hilang ketika SITALA menderita sakit. Suatu ketika pada suatu hari, kondisi SITALA mendadak sakit, dengan berbaik hati SIDON merangkul tangan keponakannya untuk diajak pulang agar tidak jatuh di jalan. Suatu pemandangan yang buat orang semuanya terharu dan gembira. Ketidak kompakan, saling memusuhi dan tidak akur keduanya, hilang oleh rasa kasihan dan ikatan persaudaraan ketika salah satunya menderita sakit. Sungguh rasa kasihan yang luar biasa ditunjukkan pamannya SIDON terhadap keponakannya SITALA.
Kisah ini suatu fakta yang terjadi, bukan karangan penulis. Namun, dalam kisah ini memang masih sedikit yang penulis ceritakan perihal keduanya. Kisah yang dapat kita ambil dari SIDON dan SITALA ini adalah suatu permusuhan, pertikaian dan ketidakkompakan akan hilang ketika salah satu nya mendapat musibah atau sakit. Coba kita berbalik dengan seseorang yang hidupnya normal, apakah kondisi demikian akan tercipta atau terjadi. Jika SIDON dan SITALA yang kondisi-nya kekurangan, namun masih muncul rasa kasihan nya, bagaiman dengan kita yang normal.
Update info
Hari ini, tanggal 19 Januari 2018, ketika penulis menceritakan kisah ini, penulis mendapatkan informasi dari akun FB : Kanda Agus Meureudu, bahwa kondisi SITALA lagi sakit dan terjatuh di kide Meureudu dan kondisinya lagi diberikan perawatan di RSU Pidie Jaya. Sebelum jatuh sakit, Kanda Agus sudah mengantarnya pulang kerumah, namun SITALA balik lagi kekide dan akhirnya terjatuh. Dalam perawatannya SITALA tubuhnya terus bergetar, keringat dingin mulai keluar. Ada satu kata keluar dari mulutnya "
“Toh ie suum dua neuk B. Agus" (Bahasa Indonesia : minta air hangat sedikit B. Agus).
Semoga sehat kembali TALA (kutipan komentar Kanda Agus di FB-nya).
SEMOGA ALLAH SWT berikan kesembuhan terhadap SITALA.
Penulis
Ridwan Merdu
aminnnn
Terima kasih
Anti tokoh yang dapat diteladani. Melalui mereka alam mengajarkan kita... Saat ceramah-ceramah di mimbar tidak lagi seperti kita harapkan. Cepat sembuh pembelajaran!
Semoga,, karena normal, tidak seperti mereka.
Innalillahi wainnailaihi raji'un