Belajar Dari Cara Berdagang Rasulullah Walau Apapun Profesi

in #indonesia7 years ago

sukses-berdagang-ala-nabi-muhammad.jpg

Dalam Al-Mughni , ada sebuah hadits menyatakan bahwa, “hendaklah kalian berdagang, karena berdagang sembilan dari sepuluh pintu rezeki (Hadits No. 1576). Sangat terlihat bahwa, berdagang atau berbisnis merupakan upaya terbaik dalam mencari rezeki dan apalagi Rasulullah saw adalah seorang pedagang.

Namun, tidak semua punya kemampuan berdagang dan jalan hidup tidak semua jadi pedagang. Ada berbagai macam-macam profesi di dunia. Cara Rasulullah saw berdagang memang sangat luar biasa, meskipun Rasulullah saw adalah pedagang, tapi cara berdagangnya seakan-akan tak hanya terbatas untuk menjadi pedoman cara berdagang, bahkan banyak nilai-nilai yang sangat penting dari cara berdagang Rasulullah saw yang bisa kita terapkan meski apapun profesi kita. Walaupun dalam tulisan ini menjurus ke dalam unsur-unsur karya tulis atau hal-hal yang berkaitan dalam potingan pada blog-blog.

  1. Dasar utama niat Berdagang Rasulullah saw adalah Lillahi Ta’ala
    Mengawali segala profesi dengan niat karena Allah Ta’ala itu sangat penting dan itulah yang paling berpengaruh. Yang sering kita tahu, orang yang mencari rezeki di jalan Allah Ta’ala demi menafkahi keluarganya, bila orang tersebut meninggal dalam keadaan bekerja maka, maka dinilai sebagai mati syahid. Bahkan, bila dari awal sudah berniat Lillahi Ta’ala, potensi kita berbuat curang juga akan berkurang. Paling kurang sebelum kita menuju ke tempat kita bekerja yang menjadi pembuktian kita menjalankannya karena Allah dengan membaca doa
    Bismillah tawakkal tu ‘alallah

  2. Rasulullah Jujur dalam Berdagang dan tidak melakukan penipuan.
    Perilaku jujur pastinya sangat penting dalam segala hal. Terutama sekali bagi kita yang merupakan suka berbagi cerita, menulis karangan ilmiah, blogger dan lain-lain, tentunya kejujuran yang bisa kita lakukan yaitu tidak melakukan upaya plagiasi seperti menyalin hasil pemikiran serta usaha orang lain yang menarik-menarik demi mengejar viewer dan voter (sudah jauh dari niat Lillahi Ta’ala), meletakkan salinan tersebut pada tulisan kita, sehingga kesannya itu adalah hasil karya kita. Perilaku tersebut bukan hanya sebatas tidak jujur, bahkan banyak yang mengatakan hal tersebut adalah kejahatan intelektual. Mungkin, bila hal tersebut bisa kita atasi dengan membubuhi nama atau pemilik karya tersebut.

  3. Rasulullah selalu berupaya menjual barang yang berkualitas dan bagus.
    Bila dikaitkan dengan masalah karya tulis, atau isi postingan yang kita buat, sesuatu yang berkualitas ialah suatu yang mempunyai manfaat untuk intelektual, motivasi, hiburan, informasi dan lain sebagainya. Manfaat dalam berhibur mestinya harus jauh dari unsur kebohongan, serta jauh dari cerita sia-sia, perkataan sia-sia. Karena, Rasulullah sangat tidak menyukai hal seperti itu. Selain harus berkualitas, tentu hal lain yang harus kita perhatikan pula adalah menjauhi hal-hal yang merupakan hal-hal yang tidak disukai oleh Nabi, meskipun itu tidak menjurus ke haram. Namun, hal tersebut tetap berpengaruh.

  4. Rasulullah Menjual Barang yang ada pada dirinya sendiri.
    Maksudnya ialah, barang tersebut ada pada dirinya sendiri. Bila orang meminta menjual suatu barang, barang tersebut ada atau diberikan langsung kepada Rasulullah. Intinya adalah memperjelas suatu barang. Adapun kita yang merupakan penulis atau sebagainya, diusahakan hasil curahan isi hati sendiri, meskipun ada satu dua hal yang bukan milik otak kita, maka kita perjelas siapa pemilik tulisan atau postingan tersebut.

  5. Rasulullah dalam berdagang mengambil keuntungan sewajarnya dan tidak meremehkan dagangan orang lain.
    Salah satu cara menghargai tulisan orang lain adalah membacanya. Sering dari kita hanya membaca judul sudah menarik kesimpulan. Hal seperti itu sudah termasuk meremehkan. Dalam mengambil keuntungan, mestilah bagi kita para blogger harus merasa puas meskipun kecil dalam penguntungan. Sehingga, kita tidak akan terus main tipu demi keuntungan yang besar.

  6. Tidak melupakan ibadah.

Banyak hal lain yang dapat diambil hikmah dari cara berdagang Rasulullah apapun profesi kita. Di sini, hanya saya jelaskan apa yang menjadi hal yang pernah dirasakan orang dan saya menyimpulkannya.

Demikianlah, semoga menjadi bacaan yang baik.

@rijaelkhaer