Review Nagabumi 1 Jurus Tanpa Bentuk

in #indonesia4 years ago

Novel 763 halaman karya Seno Gumira Ajidarma ini mengusung kisah seorang pendekar yang tak bernama pada zaman Kerajaan Mataram berjaya. Kisah dunia persilatan yang sangat kental dan rumit dengan detail, seorang penulis mengisahkan pendekar berumur seratus tahun yang sedang semedhi diusik untuk "gerah" dalam keheningannya. Seorang pendekar yang memutuskan untuk menjauhi dunia persilatan, dunia para pendekar mencari kesempurnaan dengan bertarung antara hidup dan mati.

Pendekar tak bernama yang tidak pernah perduli dengan nama yang harus dimilikinya, tidak lagi juga memiliki keinginan tentang dunia luar tapi ia dipaksa untuk kembali menjejaki tapak yang sudah ditinggalkannya. Hanya untuk satu sebab, kenapa ia harus diusik dalam semedhinya. Sebuah kenyataan karena ia tidak hanya difitnah dan dikejar-kejar. Selain dicari banyak pendekar yang mencari kesempurnaan tapi juga ia dijadikan seorang buronan Kerajaan Mataram.

Pendekar tanpa nama inipun mengingat kembali apa yang salah dengan dirinya di masa lalu hingga ia harus dicari-cari bahkan menjadi seorang buron 10000 keping emas. Perasaan tak adil karena tak tahu menahu sebab dirinya dicari-cari dalam keadaan hidup dan mati untuk diserahkan sebagai penjahat membuatnya mulai mengingat lagi masa kecil sebagai anak dari lembah kedung yang diasuh pasangan pendekar dari lembah kedung.

Bagaimana akhirnya ia mulai mengembara diusia remaja sampai terjadi lika-liku hidup selama pengembaraan. Pengembaraan yang tak hanya mengembara di seluruh wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram tapi juga menyebrang lautan. Tidak hanya Yavabumipala tapi juga sampai ke negri sebrang menjelajahi bumi di seberang pulau nun jauh.

Cerita yang sangat menegangkan dan mengharu biru. Seorang anak remaja yang memulai pengembaraannya yang memaksanya banyak ikut campur dalam masalah orang lain demi nama keadilan. Artinya juga menjadi masalah baginya setelah mengalami gempuran permusuhan dari pendekar lain seperti Naga Hitam.

Berkat pengajaran yang baik dari pasangan pendekar yang sudah mengasuhnya sejak kecil yang membuat pendekar tanpa nama berhasil melewati segala ujian dalam pengembaraan. Dan berkat seorang biksu yang tak dikenal yang membuat dirinya memiliki perubahan besar dalam ilmu silatnya. Pengembaraannya sebagai seorang pendekar ia jalani bahkan sampai ke negri Funan.

Ini cerita silat yang luar biasa. Tidak biasa menurut saya. Ada beberapa cerita silat yang saya baca memang semua menarik. Apalagi jika pernah membaca kisah wiro sableng, di masanya cerita silat satu ini sangat populer. Di masa sekarang jika novel bercerita tentang dunia persilatan seperti kisah wiro sableng tentu akan menjadi kisah biasa. Dan kisah-kisah seperti itu belum tentu sanggup masuk dan bersaing dipasaran.

Pernah ada novel karya Arswendo Atmowiloto tentang kisah seorang pendekar juga, tapi dipadukan dengan sejarah kerajaan pada masa itu. Menjadikan kisah pendekar lebih hanya sekadar menarik tapi juga berpengetahuan yang luas bagi penulisnya. Karena tidak hanya kata mudah dalam mencari sumber cerita, referensinya tentu harus sesuai sejarah.

Begitu pula penulis Seno Gumira Ajidarma, ia tak hanya cukup piawai tapi sangat. Kisah Nagabumi 1 tidak hanya detail cerita silat tapi detail sejarah kerajaan Mataram pada masa itu. Dari tahun sampai siapa yang memerintah dan pencapaian apa saja seperti cerita dimulainya pendirian candi borobudur di masanya. Kisah agama hindu dan budha masuk di bumiyavapala yang sanggup berdampingan dan damai di kalangan rakyat awam yang ternyata dimanfaatkan pemegang kekuasaan.

Seno Gumira memang gila, pikir saya. Entah rutuk saya... Membaca Nagabumi 1 membuat saya mengulang-ulang untuk mengerti. Saya takut jika tidak paham detail cerita akan mempengaruhi pemahaman saya untuk menikmati isinya. Tapi, novel ini butuh pengetahuan tingkat tinggi dan konsentrasi penuh bagi saya. Tak hanya detail sejarah kerajaan Mataram tapi juga tentang budha dan detail candi borobudur yang sangat menarik. Jadi sayang untuk dilewatkan begitu saja. Setelah setengah perjalanan dalam membacanya saya paham, kisah ini tak hanya fiksi tapi filsafat juga ada didalamnya.

Mungkin itulah kelebihan penulis, dan mungkin karena itulah ia dikenal sebagai penulis dengan reputasi tulisan yang baik. Tak hanya sekadar menulis tapi memberi pengetahuan yang sangat berat. Hanya untuk catatan kaki saja lebih dari sepuluh lembar dan daftar bacaan untuk tercapainya kisah Nagabumi 1 ini teramat panjang tepatnya banyak buku yang sudah dilahapnya. Dan, saya sebagai pembaca sangat iri dengan kenyataan itu karena saya meyakini hanya untuk riset saja butuh bertahun-tahun untuk sebuah maha karya. Saya acungkan jempol dan tepuk tangan bangga karna penulis Indonesia tak hanya tentang kisah cinta anak remaja metropolitan saja yang sanggup bersaing memajang karyanya di toko buku bergengsi, atau tak hanya kisah horor saja yang sanggup berebutan bertengger di rak toko buku. Ternyata kisah dunia persilatan yang tidak banyak diminati penulis melambai di deretan atas rak saat saya menyisir buku-buku untuk saya pinang.

Kekurangan dari novel ini hanya satu, penulis seolah asik sendiri dengan pengetahuan filsafatnya. Ia menceritakan banyak hal dalam benaknya, misal seperti kisah Raja Milinda dan Nagasena. Saya banyak ketar-ketir ketinggalan dalam memahaminya. Banyak tentang catatan-catatan yang sebenarnya tidak adapun cerita tetap lengkap, tapi ada membuat segala detail tampak "too much" bagi saya.

Novel tebal dengan harga tidak sampai duaratus ribu ini sangat tebal dan termasuk murah. Tentu tidak ada kerugian untuk masuk list pembelian bagi siapapun penikmat cerita silat. Apalagi dikisahkan oleh seorang penulis kawakan.
IMG_20200822_200739.jpg

IMG_20200822_200533.jpg