Sarjana Indonesia; Kemana Kami Harus Pergi?
Detik berganti kemenit, Menit berganti ke jam, jam berganti kehari, hari berganti ke bulan, bulan berganti Ketahun. Tidak terasa tanggal 23 Agustus tahun 2017 sudah berlalu dan sebentar lagi akan berjumpa dengan tanggal 23 Agustus tahun 2018, iya tahun 2018! Saat itulah saya terpikir ternyata sudah satu tahun ijazah dan gelar Sarjana Sains Terapan (SST) saya miliki teman-teman.
Namun, seakan Negara tempat kelahiranku ini menjadi aneh di pikiranku teman-teman, seakan ijazah S1 atau S2 bahkan S3 tidak ada harga lagi di negara ini. Kenapa begitu? Iya begitu.
Pengalaman demi pengalaman dalam mencari kerja hampir setahun ini membuatku lelah dan sedih tapi tidak membuatku putus semangat teman-teman. Mencari kerja kesana sini tapi selalu saja gagal dengan persyaratan yang menurut saya adalah persyaratan mendholimi putra-putri bangsa ini, setiap anak bangsa yang melamar kerja selalu harus bersedih dengan persyaratan "harus memiliki pengalaman minimal 2-5 tahun dan ditambah harus menguasai bahasa Inggris bekerja dinegara sendiri." ini persyaratan dholim teman-teman.
Disatu sisi perusahaan pasti tahu, bahwa para pelamar ini adalah manyoritas mahasiswa yang baru saja menyelesaikan pendidikannya, yang pasti belum pernah bekerja sebelumnya (tidak punya pengalaman kerja), tapi kenapa mereka harus membuat persyaratan harus memiliki pengalaman kerja minimal 2-5 tahun.
Disinilah, kita anak bangsa bisa menyadari bahwa perusahaan dalam menerima tenaga kerja bukan bertujuan untuk merekrut anak bangsa yang baru lulus dari pendidikannya dan mengurangi pengangguran, tapi perusahaan sedang bersaing dengan perusahaan lain dalam merekrut tenaga kerja yang sudah berpengalaman dari satu perusahaan ke perusahaan lain.
Bila ini terus terjadi, kemana anak bangsa ini harus pergi. Setiap tahun lebih dari seribu lulusan sarjana di wisudakan di setiap Universitas, apakah mereka semua harus buat usaha sendiri atau harus mencari pekerjaan ke Negara lain walaupun nyawa taruhannya.
Pemerintah, coba buka mata hati dan pikiran mu!
Kenapa kami anak bangsa sangat susah mencari kerja di negara kami sendiri, kalau tidak ada saudara didalam dan tidak mahu nyogok kami tidak diterima.
Pemerintah, apakah kami anak bangsa Indonesia harus mengubah identitas kami menjadi warga negara Asing, sehingga pemerintah menyediakan pekerjaan untuk kami dengan gaji 15/bulan?
Kemana kami harus mengungkapkan kesedihan hati kami para sarjana Indonesia?
(Curahan Hati Sarjana Indonesia Dari Aceh, Muhammad Sabil,SST)
Bersabarlah, usaha dan doa insyaAllah