Tradisi Berguru Di Aceh

in #indonesia7 years ago

IMG_20180606_175718.jpg
#wwwgoolecom

Kali saya akan mereview kembali karya Pak KBA tentang trdisi berguru di Aceh.
Di Aceh istilah untuk mencari ilmu adalah jak meudagang (pergi berdagang). Sepintas istilah tersebut memperlihat bahwa seseorang ingin melakukan aktufitas perekonomian atau berjualan. Adapun istilah untuk berdagang orang Aceh menyebutnya dengan Kara meukat. Agaknya istilah ini mirip dengan bahasa Arab yaitu miqat, bermakna berhenti sebentar. Hal ini disebabkan, dalam disebabkan dalam trdisi perekonomian orang Aceh, kegiatan jual beli hanya terjadi pada satu hari dalam seminggu. tradisi ini dikenal dengan istilah uroe gantoe atau uroe peukan.

Bab ini tentu saja bukan menanggapi bagaimana dunia pendidikan modern. Namun kajian ini ingin melihat tradisi meugure ( berguru) di Aceh, dapat dikatakan bahwa trdisi berguru memang menjadi satu nafas kehidupan rakyat orang Aceh. Karena seseorang dianggap berguna Dan berfungsi dalam masyarakat, jika orang tersebut pernah berguru pada seorang ulama atau guru, baik di dayah maupun di madrasah. Tradisi ini memang tidak hanya monopoli orang Aceh saja, tetapi juga dalam setiap masyarakat di Nusantara, dimana tradisi berguru tidak dapat dihindarkan.

Di Aceh tradisi berpikir seperti ini, misalnya dapat ditemukan dalam pemikiran Hamzah fansuri halaman 860.
Disebutkan bahwa kata ada, memiliki tujuh makna secara metafisik (makro kosmis) Dan mistik (mikro kosmis) pertama ada Yang menjelaskan Kata maujud Yang memiliki dua wilayah yaitu dzahir Dan batin. Kedua, ada Yang menjelaskan konsep mahiyah. Ketiga, ada Yang menjelaskan konsep huwiyyah. Keempat ada Yang menjelaskan tentang konsep jiwa. Kelima menjelaskan konsep ayn. Keenam menjelaskan mutlaq. Dan terakhir menjelaskan konsep zat.

Namun karena tradisi Aceh adalah tradisi intelektual Yang amat agresif. Make fasa fasa pencarian spirit intelektual terus dilakukan. Namun hal tersebut, tidak lagi pada dataran membahas persoalan peradaban. Karena pasca Hamzah fansuri, Aceh tidak diberikan lagi kesempatan sama sekali untuk menghasilkan peradaban. Dengan Kata lain trdisi intelektual diarahkan untuk menahan pemikiran atau dampak dari peradaban luar yaitu peradaban Barat dan peradaban jawa. Dapat dikatakan bahwa pada level peradaban, salah satu faktor kejumudah dunia pendidikan di Aceh adalah karena kehilangan spirit intelektual.

IMG_20180606_175653.jpg
#wwwgoolecom
Persoalan mendasar dalam memahami dunia pendidikan di Aceh adalah karena kehilangan arah orientasi. Dunia pendidikan tidak lagi berorintasi menuju pada kesalahan individu atau kesalahan sosial Yang merupakan titik maupun dari mikro kosmos. Sehingga warna pendidikan Yang tidak memilki orientasi ini diisi oleh sistem berpikir Yang tidak menciptakan pemikir.

Karena itu, dunia pendidikan di Aceh bukanlah tradisi Yang berdiri sendiri, melainkan memiliki kaitan sejarah. Hubungan inilah Yang telah terputus selama ratusan tahun. Saat ini, seolah olah pendidikan Aceh merupakan satu pengalaman baru Yang terkoyak dari spirit Yang ada pada orang Aceh sendiri. Proses pemilahan dan pemilihan orientsi pendidikan dalam dunia intelektual di Aceh, telah menyebabkan negri ini tidak mampu lagi menemukan jati diri ke Aceh an.