Kamu Bilang
Sejak pertengakaran semalam, aku masih belum bisa berpikir jernih bagaimana mungkin kamu bisa begitu mudahnya mengakhiri hubungan yang sudah lama kita jaga. Kamu memintaku untuk menyerah saja, jangan berjuang apa-apa lagi. Aku masih mencoba mencerna kata-katamu diujung sana melalui panggilan suara. Kamu seperti menghela napas panjang, entah apa yang kamu lelahkan aku tak tahu. Aku bertanya banyak hal mengenai kamu disana. Tapi, kamu enggan untuk berbicara banyak.
Kamu bilang, sulit menemukan kenyamanan denganku lagi. Meski kamu sudah berusaha, namun rasanya tetap terasa asing. Aku tercekat, bagaimana mungkin bisa dengan mudahnya berubah? Padahal aku dan kamu sudah melewati banyak hal sulit dan bisa dikatakan tak mudah, tapi bukankah kamu terlalu cepat mengangkat tangan menandakan kamu menyerah?. Aku mendengar bahwa disana kamu menemukan kenyamanan baru dan kupikir perasaanmu sudah tak ada padaku lagi. Tunggu sebentar, ini begitu sulit untuk kupahami.
Kamu bilang, mungkin ini karena faktor jarak. Tapi, bukankah kita berkali-kali menguatkan komitmen yang sudah kita bangun? Lalu kamu buang kemana kata-kata yang katanya akan selalu menungguku? Aku tahu, jarak adalah halangan yang berat untuk sebuah hubungan, bisakah kamu sedikit saja percaya padaku? Ini akan berlalu dengan mudah jika kamu yakin. Percayalah, berjuang sendirian itu takkan berhasil.
Kamu bilang aku hanya beban yang terus menerus menghantuimu. Bagaimana mungkin kamu mampu berkata kejam seperti itu? Padahal aku tak pernah ingin menjadi bebanmu, justru sebaliknya aku ingin meringankan segala hal yang membuat hidupmu terasa berat. Berbagilah denganku, meski hanya sekadar keluh kesah yang mungkin sudah berulang kamu ucapkan. Karena kamu tidak sendirian, ada aku disini.
Aku memang pernah salah, tak begitu memperhatikanmu berlebih, tak memiliki banyak waktu berdua, tak romantis seperti pasangan kebanyakan. Hingga kamu berpikir bahwa kamu berjuang sendirian dan tak melihat keseriusanku. Sungguh, kamu salah besar. Aku hanya tak tahu harus bagaimana mengatasi rasa yang bergejolak setiap kamu menatapku. Rasa yang membuatku hampir gila karena merindukanmu dan rasa candu ingin memelukmu.
Kamu bilang, jangan memaksa karena semakin ditekan hatimu akan semakin menolak. Lalu aku harus apa? Melepasmu begitu saja dan pergi seperti yang kamu inginkan? Ah gila, bagaimana bisa aku begitu mudah melepas sedangkan kamu yang selalu buatku merasa utuh, kamu salah satu alasanku untuk tetap tersenyum, dan kamu juga yang mampu membuatku merasa nyaman tanpa kemana-mana.
Ah, sudahlah. Aku menyerah meski hatiku ingin tetap tinggal. Nikmati waktumu yang katanya ingin bebas dariku. Semoga harimu baik-baik saja. Jika itu mau mu, aku akan pergi. Dan ku mohon jangan memanggilku kembali. Sebab, kali ini aku takkan menengok ke belakang lagi.
Salam hangat,
finally, you came back to me! 😂 it's not as you said.
Lagi marahan ya?
Ini cuma fiksi bang hehe
Congratulations @sfa! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes
Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP