MEMBANGUN EMBRIO DISKUSI SOSIOLOGI FISIP USU #1steemCreated with Sketch.

in #indonesia7 years ago (edited)

20171020_152059.jpg
(Ketika Diskusi Dimulai)

Halo steemian Indonesia. Sudah lama saya tidak sempat menuliskan sebuah postingan untuk dibagikan kepada teman-teman semua sebagai bentuk dari rasa cintaku pada kalian yang saya sayangi semua. Hari ini saya bersama ikatan mahasiswa Sosiologi Fisip USU telah melaksanakan sebuah diskusi yang berbau hal ilmiah, seputar ilmu sosiologi tentunya. Banyak sebenarnya bisa dibagikan kepada teman-teman semua mengenai diskusi yang kami lakukan itu. Sebenarnya diskusi yang kami lakukan ini adalah diskusi yang masih mula-mula, maksudnya baru lahir dengan sistem yang masih sederhana sembari mereka yang terlibat disini, masih dalam kondisi latihan untuk public speaking.

Dalam diskusi sederhana ini kami juga menggunakan perangkat diskusi seperti, narasumber, moderator dan notulen. Hal itu dilakukan supaya jalanya diskusi yang kami lakukan bisa berjalan lancar sesuai cita-cita awal dari kepengurusan kami ini dibentuk. Walaupun diskusi ini dihadiri hanya 14 orang saja, tapi diskusi ini tetap berjalan dengan lancar. Diskusi ini bertemakan tentang pemikiran Sosiolog Klasik Max Weber menegnai “ Tindakan Sosial, Verstehen, Rasionalitas dan Etika Protestan dalam semangat kapitalisme “. Tentunya jika hadir dalam diskusi yang kami dirikan ini sangat bermamfaat bagi orang yang datang, selain akan me-refresh ulang materi kuliah yang sudah berlalu, diskusi ini juga ternyata bisa menajamkan pisau pemikiran kami yang sudah mulai tidak tajam lagi.

20171020_153109 (1).jpg
(Ketika narasumber mulai menyampaikan materi)

Diskusi diawali demgan pertanyaan apa yang dimaksud dengan tindakan sosial. Ketika hal tersebut ditanyakan kepada audiens, saya berpikir jawaban yang tepat yaitu sebuah tindakan yang dilandasi oleh nilai-nilai yang ada di lingkungan masyarakatnya. Tindakan sosial sangat berkaitan dengan rasionalitas pada umumnya, karena sebuah tindakan tak luput dari pertimbangan kepada rezim nilai yang berlaku, serta kenyataan-kenyataan sosial yang berlaku. Sedangkan Verstehen merupakan sebuah kata lain dari “Pemahaman” yang berdiri sebagai sebuah pendekatan yang didirikan oleh manusia untuk mengerti tentang nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kehadiran Verstehen bukan saja hanya menjadi sebuah pendekatan tetapi juga menjadi studi yang mengizinkan para aktornya untuk mengidentifikasi nilai sebagai dasar melakukan tindakan.. Sehingga Verstehen dalam proses perjalanan waktu akan membawa manusia kedalam sebuah tataran rasionalitas yang berkedudukan dalam pikiran seorang manusia. Rasionalitas hasil pemikiran Max Weher kemudian dalam diskusi ini di beberkan menjadi tiga yaitu :

  1. Rsionalitas Instrumental.
  2. Rasionalitas Yuridis.
  3. Rasionalitas Kognitif.

Di antara ketiga bentuk rasionalitas yang diajarkan Max Weber ternyata dalam perjalanannya terdapat kecenderungan saling berlawanan, yaitu seperti bila ada kasus dimana rasionalitas instrumnetal lebih di dahulukan daripada rasionalitas yuridis. Konkretnya yaitu digambarkan dalam sebuah kasus seseorang yang ingin mendapatkan kemudahan dalam memilki akses perekonomian, yang dimana pelakunya menggunakan cara yang cepat tetapi melanggar hukum ataupun prosedur hukum. Dari contoh kasus tersebut dapat kita temukan bahwa rasionalitas Instrumental (Keinginan mendapatkan akses ekonomi melawan jalur hukum) telah bertentangan dengan rasionalitas yuridis (Ketetapan hukum tersebut). Tentunya dengan kondisi tersebut kita juga harus berfikir bahwa sebuah Rasionalitas itu tergantung pada aktor yang menggunakan rasionalitasnya sebagai alat untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan perlu adanya variable kontrol yang membatasi pergerakan rasionalitas instrumental yang mengarha pada hal-hal yang negatif.

Diskusi ini berlangsung selama satu setangah jam, dan ini menyita perhatian saya kepada narasumber yang cukup komunikatif dan beberapa audiens yang sangat antusias untuk bertanya kepada narasumber dan memberi sebuah pendapatnya terhadap materi yang disampaikan oleh narasumber. Diskusi ini di akhiri dengan applause dari orang-orang yang hadir dan mereka ternyata berkomitmen untuk terus melakukan diskusi ini walaupun mereka tidak didampingi oleh orang yang berilmu seperti para dosen kami cintai, tentunya banyak komentar dari beberapa orang terhadap kegiatan ini. Tapi kami dari HMD Sosiologi FISIP USU atau IMASI (Ikatan Mahasiswa Sosiologi USU) akan selalu berbenah untuk mencapai anak tangga tertinggi di puncak menara gading.

Salam Diskusi