I Want Back Into That Time
Aku Ingin Kembali Ke Masa Itu
There is no great time in life other than childhood. Times without any burden in life. It does not occur to the minds of political, social and economic issues. This is the time when the enjoyment of life can be felt wholeheartedly without burden and pain. Childhood is the time when everyone wants to come back when the burden of life is so terrible. Children enjoy life as it is, without the influence of matter or luxury. Simplicity also makes happy, though the toy is made up of rubber bands and marbles. Children only make themselves happy even though life is deprived and they do not care.
Tiada masa paling indah dalam hidup ini selain masa kanak-kanak. Masa-masa tanpa ada beban dalam menjalani kehidupan. Tidak terlintas di pikiran isu-isu politik, sosial dan ekonomi. Inilah masa dimana kenikmatan hidup dapat dirasakan sepenuh hati tanpa beban dan derita. Masa kana-kanak adalah masa setiap orang ingin kembali ketika beban hidup dirasa sangat menyesakkan dada. Anak-anak menikmati hidup apa adanya, tanpa pengaruh materi ataupun kemewahan. Kesederhanaan juga membuat bahagia, walau mainan terdiri dari karet gelang dan kelereng. Anak-anak hanya membuat dirinya bahagia walaupun hidup serba kekurangan dan mereka tidak perduli.
When you see the children play a flicker of desire to return to the period. Where the burden of life is not a burden of the mind. Children wait for the night to change into the afternoon just to play and play. Playing is the way they live happily, without feeling the burden of life. They patiently wait for one hope, and hope is made a reality even though it must be plunged into a filthy river. As an adult, the night becomes a time of contemplation, will the journey of tomorrow be as expected. Daylight becomes the right moment to make the reflection material a reality. Patience becomes something boring, hard work does not bring results as expected makes us live in despair.
Ketika melihat anak-anak bermain terlintas keinginan untuk kembali ke masa tersebut. Dimana beban hidup bukan menjadi beban pikiran. Anak-anak menunggu malam berganti siang hanya untuk bermain dan bermain. Bermain adalah cara mereka hidup bahagia, tanpa merasakan beban kehidupan. Mereka sabar menunggu demi satu harapan, dan harapan dijadikan kenyataan walaupun harus mencebur diri ke sungai yang kotor. Ketika dewasa, malam dijadikan waktu merenung, akankah perjalanan hari esok sesuai harapan. Siang menjadi saat yang tepat menjadikan bahan renungan menjadi kenyataan. Kesabaran menjadi sesuatu yang membosankan, kerja keras tidak membawa hasi sesuai harapan menjadikan kita hidup dalam keputus asaan.
There is no fundamental difference between the urban child and the village child. Their goal is just to be happy during the day and rest at night. Their dreams are always the same that is happy during childhood. The only difference is between the city and the village. In the village, children can just plunge themselves into rivers, play mud and sometimes play rain. The kids in the city may be just playing factory-made toys and are dressed up every day. However, whatever they do is just for the purpose of being happy. Adults can never do that. When the night, think about the journey of life tomorrow. Will food clothing sufficed or the threat of deficiency will occur. When the day is tired and desperate always accompany all day. How this life does not become a burden.
Tidak ada perbedaan mendasar antara anak kota dengan anak desa. Tujuan mereka hanya untuk bahagia di siang hari dan istirahat di malam hari. Mimpi mereka selalu sama yaitu bahagia selama masa kanak-kanak. Yang membedakan hanyalah tempat antara kota dan desa. Di desa, anak-anak bisa langsung mencebur diri ke sungai, bermain lumpur dan terkadang bermain hujan. Anak-anak di kota mungkin saja hanya bermain mainan buatan pabrik dan setiap hari berpakaian rapi. Namun, apapun yang mereka lakukan hanya untuk tujuan bahagia. Orang dewasa tidak akan pernah bisa melakukan hal tersebut. Ketika malam, memikirkan perjalanan hidup hari esok. Akankah sandang pangan tercukupi ataukah ancaman kekurangan akan terjadi. Ketika siang kelelahan dan putus asa selalu menemani sepanjang hari. Bagaimana caranya hidup ini tidak menjadi beban.
Finally, I'm tired ... If only childhood could replace someone who would love to come back. Several years ago, acid was really happy. Live without burden, without political, social and economic issues. Live without state rules that dwarf thoughts and creativity. Life is full of burden, hard work does not also make life sufficient. Gifted children make a sense of wanting to go back to play and reach for happiness. Daily day just happy without any burden of life. I want to go home and go back to those times.
Akhirnya, aku lelah... Andai saja masa kanak-kanak bisa dikembalikan pastilah ramai orang ingin kembali. Beberapa tahun silam, itulah sebenarnya bahagia. Hidup tanpa beban, tanpa isu-isu politik, sosial dan ekonomi. Hidup tanpa aturan-aturan kenegaraan yang membonsai pikiran dan kreatifitas. Hidup penuh beban, kerja keras tidak juga membuat hidup berkecukupan. Anak-anak telah membuat rasa ingin kembali bermain dan menggapai bahagia. Hari perhari hanyalah bahagia tanpa ada beban kehidupan. Aku ingin pulang dan kembali ke masa-masa tersebut.