"Jangan Lupa Oleh-oleh Ya"

in #indonesia7 years ago (edited)

Ketika akhirnya 'publik' tahu saya ke Jogjakarta pada hari ini, serentak semesta rekan-rekan, mahasiswa, dan kolega buat koor yang sama : 'Jangan lupa oleh-oleh ya'.

IMG_20171020_160627.jpg

Koor ini seperti ketika saya pada awal 2000 masih mahasiswa Pascasarjana di Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Jika sedang melakukan perjalanan ke luar kota, beberapa teman menyatakan kalimat yang sama: Jangan lupa oleh-oleh.

IMG_20171020_160237.jpg

Mungkin awal 90an hingga awal 2000an hal itu masih masuk akal. Masa-masa itu perjalanan ke pulau Jawa dari Aceh masih menjadi peluang mendapatkan keberagaman souvenir atau barang etnik seperti kalung, kaos, kain bahan, sepatu, gelang, dll.

Namun sejak 5-7 tahun lalu dunia global benar-benar telah menemukan jantungnya di daerah seperti Indonesia. Dunia telah berlari cepat dan waktu dan tempat memadat. Demikian pula biaya transport pun semakin murah.

IMG_20171020_155506.jpg

Pernah suatu ketika saya ke Jakarta dan berbelanja di pusat grosir termurah di Indonesia yaktu Blok A Tanah Abang. Saya bawa dengan riang daster batik ke istri saya. Ternyata dengan barang yang sama dia bisa beli di toko di Batuphat dengan margin 5 ribu rupiah. What price is this?

IMG_20171020_123513.jpg

Belum lagi jika kita melihat keajaiban ekonomi digital/maya saat ini. Ada pelbagai 'Tanah Abang' dan 'Mangga Dua' virtual seperti Tokopedia, Lazada, Shopee, Bukalapak, dll yang kita dengan cepat menekan tuts di telepon genggam sehingga bisa memesan barang dengan pelbagai kualitas dengan hitungan lebih murah dibandingkan kita beli ke sebuah tempat dan habiskan waktu berkeliling toko.

IMG-20171020-WA0026.jpg

Kita sedang berada di situasi ekonomi yang menghisap dunia dalam satu koneksi yang rapat. Space and time are crushing right now. Dunia barang telah mencair dalam diri kita. Kita adalah pasar itu sendiri.

Itu juga salah satu lucunya media sosial saat ini. Ketika saya posting di whatsapp saya akan ke Jogja, ada 100 orang yang melihat status itu dan 16 orang memesan oleh-oleh. Jika saya pergi membeli oleh-oleh itu tak cukup 16 orang, karena di rumah ada 15 orang: anak, istri, ibu, adik, dan keponakan yang akan mengatakan mana jatah mereka.

Screenshot_20171020_215714.jpg

Kan lucu jika saya tenteng belanjaan dan orang terdekat di keluarga pun tak terbawa. Lagi pula, aslinya saya bukan tukang belanja. Akan banyak yang ganjil baik dari model hingga harga jika saya berbelanja.

Untuk tradisi feodal agraris hal seperti itu biasa dilakukan oleh tuan tanah untuk keluarga dan tim pekerja inti di perkebunannya. Itu agar kesetiaan terbentuk dan kepatuhan terjaga. Namun di masa sekarang jika hal itu dilakukan hanya melanjutkan patronase kultural. Saya tak kuasa menjadi seperti kaum feodal ala masa lalu.

Jika pun saya membeli oleh-oleh, saya hanya akan beli untuk seorang teman yang dulu sama-sama kuliah di Jogjakarta. Ia sangat tergila-gila pada Gudeg, sehingga Gudeg kw3 di Banda Aceh pun enak di lidahnya. Alangkah senang jika saya membeli Gudeg satu kendil untuknya, sehingga ia bisa membagi ke keluarga dan bercerita bagaimana ia bisa sangat jatuh hati pada Gudeg. Karena sebagian kisah itu ada saya disana.

Jadi, stop minta oleh-oleh. Saya akan pulang dengan oleh-oleh lain lagi, yaitu up date pengetahuan dan strategi mengajar yang harus semakin baru. Buah dari diskusi dengan mantan dosen-dosen pascasarjana dulu dan teman-teman baru.

Itu lebih josss

20 Oktober 2017


ANTRO.gif

Sort:  

Jangan lupa oleh oleh ya..

Iya, ngga bakal lupa, pasti saya beli...tapi bukan buat kamu!

Hahaha....

Lho, kirain S2 nya di IAIN, rupanya di Sadhar. Saya kuliah S1 di Sadhar juga lho. Magister IR dan budaya ini kampusnya di mrican kan ya?

Oleh oleh jangan lupa kanda ya.

Hahahaha..... Salam buat orang Yogja terutama Gubernur yang baru dilantik.

Oleh-oleh juga bisa jadi sedekah... Hehehe...

Oleh2 kadang sangat merepotkan utk dicari, dibawa, diantar dan dibagikan. Kira2 hrs diberikan kpd siapa saja agar tercapai keadilan dan beradap. Oleh2 juga sering juga ditolak oleh "kantong". 😀

Ya.....honor 1 juta, oleh2 2 juta....hahah.. Itu contoh buruk .... Dont try this at home

☺️☺️☺️