Let’s save our children world through volunteering!! (English-Indonesia)

in #indonesia7 years ago

The article is about my volunteering experience in the community where I’m living in Langsa district, Aceh Province, Indonesia. I did community volunteering last month with the children as the main participants. The volunteering activity was held in Kampung Telaga Tujuh, main coastal areas in Langsa Municipality. The village itself is normally called by residents here as “a floating island/pusong”. This is due to that the island is located in the middle of seas and surrounded by mangroove plants (on the next post, the sceneries of pusong will be posted). The social situation of the village still needs many attentions from others since it is a remote area. All villagers work as farmers and housewives. Further, the public facilities available are a community healt centre, a unit of elementary school and junior high school. The teachers of both schools don’t reside at the village. They live in Langsa so that the teachers need to take a boat to reach the village for almost one hour. The boat is scheduled for once at morning (07.30 a.m.) and at noon (02.00 p.m) in a day. Sometimes, the schedule is close if there is a tight wind in the sea. So we could imagine that how limited access the children there to gain education services.
(Artikel ini tentang pengalaman saya ketika menjadi sukarelawan pada masyarakat di daerah saya berdomisili, yaitu di Langsa, salah satu kota di Provinsi Aceh, Indonesia. Saya menjadi sukarelawan bulan lalu yang mana para anak-anak menjadi peserta dalam kegiatan tersebut. Kegiatan sukarela ini dilaksanakan di Kampung Telaga Tujuh, daerah pesisir utama di Kota Langsa. Kampung tersebut dinamai oleh para penduduk sebagai “pulau terapung/pusong. Hal ini karena pulau tersebut letaknya di tengah lautan dan dikelilingi oleh tanaman bakau (pada post berikutnya, akan saya tampilkan foto indah pulau tersebut). Situasi sosial masyarakat di desa tersebut masih memprihatinkan dan masih membutuhkan banyak perhatian dari masyarakat sekitarnya. Para penduduk setempat berprofesi sebagai petani dan iburumah tangga. Selain dari itu, fasilitas publik yang tersedia di desa tersebut hanyalah puskesmas, satu unit sekolah dasar (SD) dan SMP. Para guru di kedua sekolah tersebut tidak berdomisili di desa. Mereka menetap di kota Langsa sehingga para guru harus menggunakan perahu untuk menempuh perjalanan sekitar 1 jam menuju desa pusong. Perahu tersebut hanya berangkat dan pulang satu kali dalam sehari, yaitu pada pagi (07.30) dan siang hari (14.00). Kadang-kadang, transportasi perahu juga tidak ada jika angin lautnya kencang. Jadi para stemian, dapat kita bayangkan bagaimana terbatasnya akses para anak disana untuk memperoleh pelayanan pendidikan).

Here is a condition in Pusong:

IMG_20160427_092849.jpg

IMG_20160427_092844.jpg

The purpose of my volunteering activity is to invite the children at the village to look at different world, to know more beautiful things outside. That I believe it can be conducted through reading books. “Book is the window of world” and “Language is a passport to see a different world”.
(Tujuan dari kegiatan sukarela ini adalah untuk mengajak para anak di desa setempat untuk melihat sisi dunia yang berbeda, untuk mengetahui hal-hal yang lebih indah diluar yang saya percaya dapat dilaksanakan melalui membaca buku. “Buku adalah jendela dunia” dan “Bahasa merupakan paspor untuk melihat dunia luar yang berbeda”).

Here is the picture with the participants:
P_20161113_105617.jpg

Nowadays, I think, building children reading interest like in my country is something challenging. The culture of reading books at the children has been keep reducing and playing gadget and mobile phone has placed a position to be more interesting among children. It’s really poor. Therefore, the main purpose of my activity is to minimize this chronic problems at the children, our Indonesia young generations. Especially, for the children at that village “Pusong”, who face great difficulty for economy, morover, to having books. Story books are really something to be not ordinary for them to buy. Regarding this situation, I intend to build their views that reading books is far more interesting in which they can share their ideas, finding wonderful stories there, and looking different world outside their village. Importantly, through reading books, they can learn language (Indonesia, English) at the same time, telling the stories, singing and playing. That is their world, children!!!
(Pada saat ini, menurut saya, membangun minat baca anak khususnya seperti di negara saya telah menjadi hal yang menantang. Budaya baca buku pada anak-anak semakin menurun dan bermain gajet dan HP telah menempati posisi yang lebih menarik di hati para anak-anak. Hal ini sangatlah disayangkan. Oleh karena itu, tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk meminimalisir masalah kronis ini pada anak-anak, generasi muda Indonesia. Khususnya, para anak di desa “pusong”, yang mengalami kesulitan besar untuk perekonomian, apalagi untuk memiliki buku. Buku cerita menjadi sesuatu yang sangat tidak biasa bagi mereka. Beranjak dari situasi ini, saya bermaksud untuk membangun pandangan mereka bahwa membaca buku jauh lebih menarik. Yang dimana melalui membaca buku mereka dapat berbagi ide, menemukan cerita yang menarik, dan melihat dunia luar yang berbeda dari bacaan).

Here are some pictures of our activities:

  • Telling stories/ menceritakan cerita
    P_20161113_102144.jpg

  • Describing pictures/menceritakan gambar
    P_20161113_102558.jpg

  • Singing songs/menyanyikan lagu
    IMG_4302.JPG

In doing this voluntering activity, I was helped by several students and my friends. My students involvement was really useful and important either for children or the students themselves. Here, my students learn a lot on how to approached and taught children in learning language through reading books. Also, I did appreciate my friends who had helped donating interesting story books for the program.
(Dalam melaksanakan kegiatan sukarela ini, saya dibantu oleh beberapa mahasiswa dan teman saya. Keterlibatan mahasiswa saya sangat berguna dan penting baik untuk para anak desa atau bagi mahasiswa itu sendiri. Melalui ini, mahasiswa saya belajar banyak tentang bagaimana melakukan pendekatan dan mengajar para anak dalam kegiatan pembelajaran bahasa melalui kegiatan membaca buku. Juga, saya sangat menghargai para teman saya yang telah membantu menyumbangkan berbagai buku cerita yang menarik pada program ini).

The ideas which flourished in this activity based on the views of Christie (2005), stating firmly that “Learning language as a resource for learning about one’s world”. She continoued that when young children learn their language through resources like books and spontaneously they also learn about their world, its familial and social institutions, its cultural practices. In this sense, language is considered as a resource or a tool for living. Therefore, it is expected that through this volunteering program, the children do not only acquire reading ability but also at the same time they gain a beneficial knowledge about Indonesian cultures, norms, and how Indonesian language work in social life, and is English used as an additional language. All of these work together in their mind through this process.
(Ide dalam kegiatan ini berdasarkan pandangan ilmuan Christie (2005), yang menyatakan secara tegas bahwa “Pembelajaran bahasa merupakan sebuah sumber pembelajaran tentang suatu dunia”. Dia juga berpendapat bahwa ketika para anak mempelajari bahasa mereka melalui sumber seperti buku, maka secara spontan mereka juga akan mempelajari tentang dunia mereka, keadaan sosialnya, budayanya, dan praktiknya. Dalam hal ini, bahasa dianggap sebagai sumber atau alat untuk hidup. Oleh karena itu, melalui program ini diharapkan para anak di desa setempat tidak hanya memperoleh ilmu yang bermanfaat tentang budaya Indonesia, namun juga norma-norma, dan bagaimana peranan bahasa Indonesia dalam hidup sosial, serta bagaiman bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa tambahan. Semua hal ini bekerja dalam pikiran mereka secara bersamaan melalui proses ini.)

This idea is also supported strongly by Hall (1994) informing that literacy emerges among the children not in a systematic, sequential way, but through their response to the printed language and social environment experienced by the child. Therefore, literacy is a social phenomenon and is influenced by cultural factors. As a consequence, the people group in which children grow up will be a significant influence on the emergence of literacy. As adults, if we expect that our young generations to build their interest in reading instead of playing games, gadget in unmanageable time, it’s time for us to build and mantain a supporting environment for their readings.
(Ide program ini didukung oleh Hall (1994) yang menyampaikan bahwa literasi muncul pada anak tidak melalui cara yang sistematik namun melalui respon anak itu sendiri terhadap buku dan lingkungan sosial yang dihadapi oleh anak. Sehingga, orang dewasa yang ada di lingkungan sekitar anak menjadi pengaruh yang sangat penting terhadap munculnya literasi. Sebagai orang dewasa, jika kita berharap bahwa generasi muda harus membangun daya minat baca mereka, maka inilah waktunya bagi kita untuk membangun dan memelihara lingkungan yang mendukung terhadap kegiatan membaca mereka).

Finally, the positive impressions were resulted from the children and parents in Pusong village. This is an extremely good news for me and my students. They told us that they love reading books and they expect that there will be continously similar program in that village.
(Akhirnya, kesan positif juga diperoleh dari para anak dan orang tua di desa Pusong terhadap program ini. Kesan ini benar-benar hal yang sangat bagus bagi saya dan para mahasiswa. Mereka mengatakan bahwa mereka menyukai membaca buku dan berharap akan ada kegiatan yang berkelanjutan seperti ini).

So, stemians, it’s really time for us all over the world, especially in Indonesia to share our time among others and we need to go outside. Join the community, volunteering everywhere, and care all of humankind.
(Jadi, para stemian, inilah saat yang tepat bagi kita diseluruh dunia, khususnya di Indonesia untuk berbagi waktu dengan sesama di luar. Bergabung dengan masyarakat, bermanfaat dimanapun, dan peduli terhadap sesama).

Thanks a lot to have a look and read my post. Please keep following me @thevira.

References:
Christie, F. (2005) Chapter 2: Early Language Learning in F. Christie (ed.) Language Education in the Primary Years. Sydney, University of New South Wales Press, pp. 13-29.

Hall, N. (1994) The emergency of literacy. In B. Stierer & J. Maybin (eds.) Language and literacy in educational practice. Clevedon: Multilingual Matters, pp. 15-29.

Sort:  

Wonderful experience. Apakah ini kegiatan reguler ? Pasti anak2 seneng banget ya liat buku warna warni, penuh gambar dan bermacam cerita. Apalagi rame rame, wuih pasti so excited.

Thanks mbak. Iy mbak, tapi desa yang berbeda-beda. Yup, they are so excited and we are too

Berarti satu desa cuma dikunjungi satu kali gitu kaj?

Tidak mbak, satu desa biasanya ada sampai 10 x session.

That sounds good. Maunya tiap desa punya semacam perpus kecil gitu ya, jd anak2 msh tetap punya akses pada bacaan sampai kapanpun. Kalo relawan ga dtg lg

iya mbak setuju. Mungkin qtmembutuhkan lebih banyak donatur ya mbak yg bersedia menyumbangkan buku dan ada juga pihak setempat yang bersedia mengelola mini library tersebut.

Really nice to know you mbak:)

Yup. Bener, mgkn bs bikin postingan to call for donation di steemit . Sapa tau ad donatur murah hati. Ya ya, it is a pleasure to meet you here as well.

Yup,..we'll try to scheme it firstly.