Cox's Bazar, Pengalaman Tak Terlupakan
Bisa terlibat langsung di Kamp Pengungsian Muslim Rohingya di Cox's Bazar merupakan pengalaman yang sangat berharga dan tidak akan terlupakan bagi saya. Banyak hal yang sudah saya tuliskan sebelumnya tentang perjalanan pengabdian ini. Syukur tiada henti kupanjatkan kepadaMU ya Allah karena bisa berpartisipasi langsung membantu para hambaMU yang saat ini sedang ditimpa musibah. Melihat bagaimana kehidupan mereka di pengungsian yang sangat menderita tentunya, jadi menambah rasa syukur bahwa ternyata hidup kita di Indonesia khususnya di Aceh masih sangat enak. Sedangkan para Muslim Rohingya ini terpaksa lari atau terusir dari negaranya. Kalau mau tetap bertahan tentu dipastikan akan menjadi korban pembunuhan layaknya saudara saudara mereka yang sudah mendahului.
Saya terjun ke lokasi tersebut sebagai relawan medis. Saya sendiri berasal dari MuhammadiyahAid. MuhammadiyahAid adalah suatu lembaga di organisasi besar Muhammadiyah yang bergerak untuk kegiatan sosial kemanusiaan baik itu berupa bencana alam, dan hal lainnya. Tergabung di sini adalah MDMC, LLHPB Aisiyiyah dengan dukungan sepenuhnya dari Lazismu. Keberangkatan saya ke Cox's Bazar Bangladesh membawa nama IHA (Indonesian Humanitarian Alliace) yang terdiri atas beberapa lembaga. Kami yang tergabung dalam tim 9 berangkat sejumlah 7 orang yang terdiri dari 3 orang dari Muhammadiyah, 1 orang dari Darut Tauhid, 1 orang dari NU dan 2 orang dari Dompet Dhuafa.
Walaupun berada dalam waktu yang sangat singkat di sana, akan tetapi sampai sekarang masih terbayang berbagai aktivitas yang kami lakukan. Setiap harinya kami melayani pasien rawat jalan yang berjumlah 100 sampai 200 orang dengan berbagai keluhan. Saya sendiri karena merupakan dokter anak jadi khusus menangani pasien anak. Penyakit yang paling banyak menyerang mereka adalah infeksi saluran nafas, diare juga masalah kulit. Dan sejak akhir Desember mereka mulai terjangkit wabah difteri. Saat masa tugas tim kami saja ada 8 kasus dengan susp Difteri. Wah memang sungguh mengerikan. Penularannya sangat cepat karena kondisi pengungsian yang sangat padat serta hygiene yang jelek. Mereka suka meludah di sembarang tempat. Padahal kita tahu bahwa media penularan kuman difteri adalah dari percikan bersin, batuk, dahak atau muntahan.
Pasien yang kami diagnosis susp Difteri maka akan dirujuk ke RS lapangan yang berada dekat dengan klinik rawat jalan kita. Sedangkan untuk keluarga atau orang sekitar yang kontak dengan tersangka difteri tersebut akan diberikan pengobatan berupa antibiotika Erytromycin. Sejak berjangkitnya wabah difteri ini, kepada para pengungsi mulai diberikan vaksinasi difteri termasuk juga bagi para relawan. Khusus untuk kami para relawan IHA, menjadi keharusan vaksin difteri dulu di Indonesia sebelum berangkat ke Coxs Bazar Bangladesh. Semoga wabah difteri ini segera berlalu.. Karena kita tahu bahwa penyakit difteri ini sangat mematikan karena berbagai komplikasi yamg diakibatkannya..
Terjadinya wabah ini dan berbagai kondisi penyakit di kalangan pengungsi juga dibahas dalam meeting rutin di kantor IOM di Cox's Bazar. Semua lembaga kesehatan yang berada di pengungsian diundang termasuk kami, IHA. Pemateri dari WHO, Unicef juga IOM. Saya berkesempatan hadir 2x di meeting ini dan merupakan pengalaman yang seru dan sangat berguna bagi saya pribadi.
Sangat berharap semoga masalah kesehatan segera bisa teratasi terutama berbagai penyakit yang sifatnya mewabah dan menimbulkan banyak angka kematian. Semoga para pengungsi Muslim Rohingya diberiNYA kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi berbgaai cobaan hidup yang selama ini menghampiri.. Aamiinn...
Nice story...
Thank you 😍😍
Congratulations @ummidokter! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
You made your First Vote
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Selamat bergabung di steemit @ummidokter. Ih, mau lah Mi pergi ke sana sama ummi jadi seorang relawan.