One Hundred Love Letters

in #indonesia7 years ago

Love-Letter-Valentine-01.jpg

**

Part II

Gadis cantik itu hanya bisa memejamkan mata saat tangannya ditarik paksa kerana Luna tidak ingin melihat wajah Bayu yang sedang menatapnya. Tanpa Luna tahu saat mereka berpas-pasan Bayu langsung berpaling melihat kepergiannya dengan ekspresi yang tidak bisa diartikan.

“Tunggu...!!!”

“Bayu?” Panggil Stella bingung.

“Ohh, ayo, aku ambilkan minum..” Jawab Bayu berpaling dan kembali memasang wajah manisnya melihat Stella.

Sementara itu Lia yang menarik Luna tanpa kata-kata terus saja berjalan membawa dongsaengnya keluar dari aula itu dan Haneul yang mengikutinya dari belakang setelah berpamitan pada sahabatnya yang lain.

Tanpa banyak bertanya Lia segera membuka pintu belakang mobil Haneul dan menyuruh Luna masuk kedalam tanpa suara. Gadis cantik itu pun langsung menuruti apa yang dimaksudkan kakaknya itu dan duduk disana sambil menundukkan wajahnya.

“Maaf Lun..” Ucap Lia pelan namun bisa didengar Luna dengan jelas.

Detik selanjutnya gadis cantik itu terkulai lemah dikursi belakang mobil kakaknya dan meringkuk disana sambil memeluk tangannya sendiri yang ada didadanya.
“Unnniiie~(Kakak)” Panggilnya dengan suara bergetar menahan tangis.
Namun sepertinya hati Luna terlalu hancur hingga butiran yang semakin banyak mengenang dipelupuk matanya akhirnya keluar juga tanpa bisa dihentikannya. Luna menangis tanpa suara sambil memeluk tubuhnya sendiri yang terasa ditusuk seluruhnya.

“D-dia…p-punya kekasih, Unn~” Gumamnya diantara isakannya yang tertahan.

Ingin rasanya Lia masuk kedalam dan memeluk Luna seeratnya untuk mengurangi rasa sakitnya. Tapi Haneul yang mengerti itu akan memperburuk keadaan Luna langsung menahannya ditempat.

Mau tidak mau Lia pun ikut menangis sambil bersandar pada kekasihnya itu. Apalagi saat melihat Luna yang meringkuk dari balik kaca mobilnya membuat sakit yang dirasa Luna seperti berpindah kepadanya.

Cinta dongsaengnya itu berakhir bahkan sebelum Luna sempat menyatakannya secara langsung pada orang tersebut. Kini saat mengetahui semua kebenarannya, Luna harus melupakan semuanya dalam waktu singkat.

Selama ini Luna memang tidak mengharapkan surat-surat itu mendapatkan balasannya dari Bayu, tapi saat mengetahui dengan jelas yang dicinta sudah mencinta itu terasa sangat menyakitkan. Lebih menyakitkan lagi saat cintanya itu adalah orang yang dikenalnya, sahabatnya sendiri.

Stella satu-satunya yang mendekati Luna tanpa peduli sikap cuek dan evil Luna yang sering mengabaikannya. Walau tidak dekat, tapi Stella yang menemaninya dikampus membosankan itu karena Luna tipe orang yang tidak bisa mendekat jika tidak didekati.

Entah berapa lama Haneul dan Lia berdiri diluar menunggu tangisan dan isakan Luna mereda. Sampai kaki mereka terasa kesemutan barulah pasangan kekasih itu berpaling melihat keadaan dongsaeng mereka.
Luna masih meringkuk seperti bola dengan mata terpejam dan nafas teratur menandakan bahwa dia tertidur kelelahan. Keduanya langsung menghela nafas lega bersamaan dan segera masuk ke mobil lalu pergi dari sana.

Tanpa mereka tahu, pria tampan yang menyebabkan semua itu terjadi terus saja memerhatikan mereka dari jauh dengan tatapan yang tidak bisa dibaca.

Di dalam mobil mereka berdua sama-sama terdiam dengan Haneul yang hanya focus melihat ke depan sementara Lia terus mengamati wajah pucat dongsaengnya yang sembab dengan jejak airmata yang belum kering sepenuhnya.

“Kemana?” Tanya Haneul setelah beberapa saat.
“Rumah kita” Jawab Lia tanpa melihatnya.

Dan mobil itu pun terus melaju membelah kota seoul di siang hari itu meninggalkan semua yang terjadi beberapa waktu yang lalu dibelakangnya.

Begitu sampai didepan apartement mewah milik mereka berdua, mobil Haneul langsung berhenti di depan loby dan segera turun dari sana membukakan pintu belakang untuk Luna.

Namun pria kurus namun kuat itu tidak membangunkan Luna melainkan mengambilnya perlahan sampai Luna tersampir dibelakangnya. Dan Haneul segera menggendongnya dibelakang lalu masuk ke dalam bangunan mewah itu menuju ruangannya dengan Lia yang berjalan didepan.

Sampai didalam mereka menidurkan Luna dikamar tamu milik Luna sendiri jika berkunjung dan Lia menyelimutinya dengan benar lalu keluar dari sana setelah mengecup kening Luna penuh sayang.

“Aku kembali ke kantor, jagalah dia…” Ucap Haneul kemudian dan dibalas Lia dengan anggukan kepala dan menerima kecupan dikeningnya dari kekasihnya tercinta.

“Take care..” Gumam Lia sambil menutup pintu apartement mereka.

Lalu gadis cantik yang lebih dewasa itu pun memilih untuk membersihkan dirinya dikamar mandi sambil menunggu Luna bangun agar mereka bisa memesan makan siang bersama. Namun saat Lia kembali untuk mengecek Luna dikamarnya.

Hanya ruangan kosong dengan pintu terbuka yang didapatinya kerana Luna sudah pergi meninggalkan rumahnya beberapa menit yang lalu. Saat ingin berlari ke pintu tiba-tiba saja iphonenya berbunyi tanda 1 pesan masuk kesana.

Lia langsung mengambil Iphonenya dan membuka sms singkat yang ternyata Luna pengirimnya.
To : Ikan Unnie
Gomawo, Unnie.
Aku ingin sendiri;-(

Lia langsung memukul sofa didepannya saat melihat emot Luna di pesan singkat itu yang menggambarkan jelas perasaannya saat ini. Dongsaengnya itu benar-benar terpukul dengan kejadian tadi.

Lia tau apa yang dirasakan Luna saat ini, dengan kenyataan Bayu pujaan hatinya sudah punya kekasih dan yang terlebih penting pria tampan cintanya beberapa bulan terakhir ternyata tidak punya perasaan yang sama seperti dirinya.

Bayu pria sempurna yang memiliki Stella yang memiliki segalanya sebagai kekasihnya, dengan kata lain tidak adapun sedikit harapan untuk Luna mendapatkan perhatian dari Bayu apalagi mendapatkan cintanya.

“Semoga dia tidak macam-macam.” Gumam Lia menghela nafas pasrah.

Tidak ada yang bisa mereka lakukan.

Luna tidak memerlukan kata-kata manis untuk menenangkannya kerana kenyataan yang diterimanya itu benar-benar sudah meluluh-lantakkan seluruh cinta yang dijaganya dari awal hingga bertunas?

Saat ini Luna hanya ingin sendiri dan meresapi apa yang telah terjadi dan memikirkan apa yang akan dilakukan untuk meneruskan hidupnya dengan hati yang tidak lagi utuh sempurna.

Cinta pertama yang tak terbalaskan. Walau Cinta tapi tak bisa mencinta.

Hari terus berlalu setelah kejadian itu dan Luna menghilang dari peredaran kedua sahabat dan dikantornya. Gadis cantik itu belum siap menghadapi dunia baru setelah hancurnya cinta dalam hatinya secara tiba-tiba.

Beberapa hari ini Luna terus mengurung diri dikamarnya dan meringkuk diranjang menangis dan tertidur dan menangis lalu tertidur kembali. Hanya bangun saat ingin ke kamar mandi dan perutnya meminta haknya.

Selain itu tidak ada yang dilakukan Luna dengan mata yang melebihi anak panda dan kulitnya yang sudah melebihi Edward? membuatnya kehilangan cahayanya. Kali ini tidak ada lagi gadis cantik yang selalu berseri dan senyuman garing kemana pun dia melangkah.

“Aku sudah cukup bersabar!!” Ucap Lia setengah kesal didepan apartement milik Luna.

Gadis cantik kakak sekaligus sahabatnya itu sudah berkali-kali dan setiap hari singgah di apartementnya untuk mengajaknya keluar dan berbicara. Namun Luna hanya membalasnya dengan kebisuan yang tidak berujung.

Kali ini Lia datang membawa seseorang bersamanya yang diketahui sebagai satpam dikantor mereka yang berbadan tegap atau penuh itu untuk menghacurkan pintu apartement Luna.

Dan tanpa aba-aba gadis cantik itu langsung menyuruh bodiguardnya untuk mendobrak pintu lusuh itu dengan seluruh tenaganya. Dan seperti keyakinannya juga pintu itu langsung terbelah dua membuat Lia tersenyum puas akan pekerjaan bodyguardnya itu.

Selanjutnya Lia langsung masuk ke dalam mencari dongsaengnya yang menghilang dan menemukannya meringkuk dibawah tempat tidur sambil menutup telinga dan matanya.

“Mwooo?? Apa dia takuut??” Tanya Lia tidak mengerti langsung menunduk melihat Luna lebih dekat.

“Lun…” Panggilnya perlahan membuat Luna langsung membuka matanya.

“Apa yang kau lakukan dibawah?” Tanya Lia lagi namun Luna tidak berkutik. “Ayo bangun, jangan jadi tikus.” Lanjutnya lagi dan menarik tangan Luna keluar dari sana.

Tanpa mengeluarkan suaranya Luna mengikuti Lia yang membawanya keluar kamar dan duduk diruang tamu apartementnya yang berantakan.

“Baru beberapa hari kau sudah semakin tua Luna,” Ucap Lia menelusuri wajah dongsaengnya dengan teliti.

Luna hanya berpaling membuang muka dan tidak menjawab apa-apa membuat Lia kesal tiba-tiba.

“Apa yang kau tunggu?? Dia tidak akan datang kesini!!” Ucap Lia sedikit keras membuat Luna langsung menatapnya.

“Dia tidak tahu apa-apa tentangmu! Mana mungkin dia akan tahu perasaanmu!!”

“Bangunlah Kim Luna!!! Kejar cintamu!”

“Kau tau itu tidak mungkin.” Ucap Luna pelan dengan suara serak.

“Berusahalah!! Jangan menyerah sebelum kau mencoba!!”

“Kau ingin aku sakit lagi?? Lebih dari ini?? Itu maumu, Unnie??” Tanya Luna tajam dengan luka ditatapannya membuat Lia kehilangan kata-kata.

“Mereka sangat serasi, Unn, tidak ada jalan untukku.” Ucap Luna lagi kembali dengan kesedihannya.

“Mianhae(maaf), mianhae, Luna!! Mianhae” Ucap Lia langsung menarik Luna kedalam pelukannya. “Aku hanya ingin kau kembali, jangan seperti ini.” Lanjutnya lagi sambil membenamkan wajahnya dibahu Luna dan menangis disana.

Luna hanya memeluk Unnie-nya itu semakin erat sebagai jawabannya dan ucapan terima kasih karena sudah menghawatirkan keadaannya. Tapi, tidak ada yang bisa dilakukan Luna saat ini…

Mungkin saja esok hari…atau esoknya lagi sampai Luna bisa menata hatinya kembali dan melupakan semua rasa yang sudah melekat dihati dan pikirannya selama ini.

-Dan hari pun terus berlalu membawa seribu duka pilu dan meninggalkan hati yang kini membeku.

Luna Aprilia, kembali ke kehidupannya seperti semula dan menjalani setiap hari itu dengan cara yang berbeda setelah hampir sebulan gadis cantik itu mengurung diri dikamarnya.

Namun perbedaannya sangatlah terlihat dari wajah chubby nan pucat itu tersirat luka yang belum sepenuhnya menghilang. Mata yang biasanya selalu bersinar kini redup kehilangan cahayanya.

Seorang Luna Kim memutuskan untuk bangkit kembali walau dia tidak bisa kembali seperti sedia kala yang setiap hari penuh dengan semangat. Untuk bertemu pujaan hatinya dan menitipkan surat cinta pengganti dirinya.

Kini gadis cantik dengan mata bulat bak boneka itu seperti patung yang berjalan, tanpa kata tanpa bicara. Bahkan ekspresinya yang pernah berubah-ubah kini hanya itu saja yang terlihat. Datar.

Kedua kakaknya juga memutuskan untuk tidak mempermasalahkan hal itu sampai Luna bisa kembali menata hatinya yang pernah hancur.

Haneul selalu berusaha agar Luna tidak lagi melewati daerah tempat tinggal Bayu agar Luna nyaman. Dengan segala pertimbangan, Haneul memindahkan area kerja Luna ke daerah lain dan menugaskan karyawan lainnya menggantikan Luna didaerah tempat tinggal Bayu.

Luna tidak mengatakan apa-apa tentang hal itu dan hanya mengikuti apapun yang ditugaskan padanya dan mengirimkan apapun yang diberikan untuknya.

Hal itu terus berlanjut sampai beberapa hari ke depan hingga pada suatu hari Haneul tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan tamu yang tidak biasanya langsung menemuinya tanpa perjanjian.

“Ada yang bisa saya bantu??” Tanya Haneul dengan wajah ramahnya seperti biasa.

**

Sementara itu di tempat lain, atau lebih tepatnya dijalan besar perumahan elit yang sepi itu terlihat Luna Kim sedang berdiri didepan salah satu rumah yang dikenalnya sebagai rumah milik Bayu Anggara.

Pria pujaan hatinya.

“Kenapa aku kesini lagi??” Tanya gadis cantik itu sambil menggenggam cardigan yang tepat didadanya yang berdenyut.

“Bayu Anggara-sii, aku tidak tahu kau punya kekasih.” Gumam Luna dengan wajah sedihnya. “Aku jadi ingin tahu, apa yang kau lakukan dengan semua surat-suratku?”

“Ahh, pasti kau sudah membuangnya dan menertawakanku kan? Bodohnya!! Mianhae sudah mengganggumu, Bayu-ssi. Mianhae.”

Setelah mengucapkan kata yang entah pada siapa itu, akhirnya Luna meninggalkan tempat itu dengan hati yang kembali terasa nyeri. Mungkin saja ini untuk terakhir kalinya Luna melihat tempat yang selalu bisa membahagiakannya itu.

“Aku akan mencoba melupakan semuanya.” Ucap Luna dengan setengah berbisik dan kembali merasa hatinya ditusuk duri.

Saat itu tiba-tiba iphone yang ada disakunya berbunyi cukup keras hingga membuatnya tersentak. Gadis cantik itu langsung memeriksa siapa yang sudah menganggunya bersedih ria disana dan ternyata itu adalah kakak sekaligus atasannya Kim Haneul.

“Ne, oppa?”

Lekas kembali<

“Ne?”

Tutututututut<

Suara sambungan yang diputus sebelah pihak membuat Luna menatap benda mati itu tidak percaya. Ingin rasanya Luna melempar barang mahal ditangannya itu namun iphonenya itu adalah hasil kerja kerasnya selama ini hingga dia pun kembali memasukkannya ke saku dan segera pergi dari sana.

Begitu sampai dikantornya Luna langsung menuju ruangan Haneul dan masuk kesana tanpa permisi terlebih dahulu hingga membuat orang yang ada didalam langsung melihatnya.

Namun saat Luna sadar siapa yang ada didalam dan sedang menatapnya tidak percaya seketika jantung Luna berpacu dengan cepat dan nafasnya tercekat ditenggorokan.

“Ohh, kenalkan, Luna Kim, dia orang yang kau cari.” Ucap Haneul langsung mencairkan suasana yang sempat membeku itu.

Luna langsung mengalihkan tatapannya tidak mengerti pada kata-kata yang diucapkan atasannya itu. Sementara itu pria tampan yang sedang menatapnya kini berpaling menghadapnya dengan wajah serius.

“Dia yang selama ini mengantar surat didaerah rumahmu, Bayu-ssi.” Ucap Haneul sekali lagi dan Luna langsung menatap pria itu.

Bayu Anggara, pria pujaannya mencari pengantar surat kerumahnya? Untuk apa?

“Luna Kim, kita sudah pernah bertemu. Maaf jika ini mengganggumu, aku hanya ingin memastikan.” Ucap Bayu.

“Mmm, a-apa maksud.”

“Apa kau tau siapa yang mengirim surat untukku? Surat pink yang selalu ada saat kau mengantar surat ke rumahku. Apa kau mengenalnya??”

“Tidak!!” Jawab Luna seketika membuat Bayu tersentak.

“Ohh!! Baiklah. Mianhae.” Ucap Bayu dengan wajah kecewa dan berpaling melihat Haneul. “Terima kasih atas waktunya, permisi.” Lanjutnya lalu pergi darisana setelah menganggukkan kepalanya sopan.

Pria tampan itu melewati Luna tanpa melihatnya sekali lagi dan langsung menghilang dibalik pintu kaca itu meninggalkan Luna yang terdiam membeku.

“Pabbo!!! Ini kesempatanmu!! Kenapa kau tidak sopan begitu??” Ucap Haneul dengan wajah kesalnya.

Namun saat melihat duka dimata Luna yang masih saja tidak menghilang membuatnya kehilangan kata-kata. Haneul pun segera menyuruh Luna keluar darisana dan beristirahat di rumahnya saja.

Walau Haneul senang Luna kembali ke tugasnya namun tetap saja ada yang berbeda dan dia merasa sudah kehilangan dongsaengnya yang dulu yang selalu punya cara untuk menghinanya.

Pria yang dikenal dengan gummy smilenya itu tiba-tiba terkejut dengan bunyi hp-nya yang bergetar diatas meja. Tanpa melihat siapa yang menghubunginya Haneul langsung mengangkat panggilan itu.

“Ya! Haneul’s letters. Ada yang bisa saya bantu?” Tanya Haneul dan mendengar jawaban si peneleponnya.

“Ohh, baiklah, akan saya atur, terima kasih.”

Pria sedikit tampan itu pun langsung tersenyum sumringah setelah menerima telepon tersebut yang seperti memberinya pekerjaan baru.

“New job, new letter, New money!! Yo, yo, yo!!” Celoteh Haneul sambil keluar dari sana dengan penuh semangat.

Keesokan harinya Luna kembali ke kantornya dan kembali menjadi pengantar surat seperti biasanya. Tanpa menyapa siapapun atau menjahili staf disana, Luna langsung mengangkat kotak-kotak yang berisi surat yang akan diantarkannya ke mobil dan pergi dari sana.

Setelah hampir sebagian surat Luna antar ke rumah tujuan pria tampan itu tiba-tiba saja membeku ditempatnya saat melihat alamat yang akan dituju selanjutnya.

“Kenapa? Apa oppa salah?” Tanyanya pada diri sendiri.

Dengan perasaan tidak menentu Luna melajukan mobilnya ke alamat yang dituju selanjutnya yang merupakan rumah mewah milik Bayu Anggara, cinta sebelahnya.

Sambil berharap tidak akan bertemu muka dengan pemilik rumahnya Luna langsung mengambil surat-surat itu lalu menurunkan topinya sedikit ke bawah dan mendekati dua kotak merpati hitam yang ada didepannya.

Perlahan tangan Luna membuka kotak pertama dan memasukkan semua surat yang beramplop coklat kedalamnya. Lalu Luna kembali membuka kotak kedua dan mengambil surat-surat yang berwarna putih untuk dimasukkan kesana.

Namun sebelum itu terjadi, Luna melihat sebuah amplop berwarna babyblue bersandar menyamping dalam kotak tersebut. Dan yang lebih mengejutkan Luna bisa melihat dengan jelas untuk siapa surat itu tertuju.

Kerana tinta yang dipakai diatasnya lebih terang dari warna amplop itu sendiri, hingga membuat Luna bisa membaca dengan jelas penerima surat babyblue tersebut.

To : Luna Kim.

Tentu saja yang bisa dilakukan Luna saat itu adalah membeku ditempatnya sambil terus menatap surat cantik itu seolah benda mati tersebut bisa menjawab keheranannya.

Setelah beberapa detik terdiam barulah tangannya bergerak untuk mengambil surat itu lalu memasukkan surat yang lain dan menutup kotaknya. Kemudian tanpa menunggu lebih lama Luna langsung kembali ke mobilnya dengan jantung yang berpacu dengan hebatnya.

Sebelah hatinya yakin siapa yang mengirim surat itu untuknya, namun sebelah hatinya yang lain takut akan isi surat itu akan menghancurkan hatinya yang masih tidak berbentuk.

Tapi…rasa penasaran yang ada dikepala mengalahkan segalanya yang membuat Luna memacu mobilnya diatas kecepatan rata-rata menuju tempat yang sangat ingin dituju untuk membaca surat itu.

Sungai Han.

Begitu sampai Luna langsung turun kebawah dan duduk di tepi sungai yang mengalir dengan tenangnya itu. Gadis cantik itu tahu jika pagi disana masih sepi dan tidak ada pengunjungnya hingga membuatnya leluasa.

Lalu perlahan tapi pasti Luna membuka amplop itu dengan jantung yang tidak keruan membuatnya harus menarik nafas sebentar untuk menenangkan hatinya.

Hal pertama yang didapatkannya adalah wangi surat itu langsung merasuk indra penciumnya dan membuatnya melihat kertas babyblue itu tidak percaya. Kayu manis dan lilac, Vanilla.

Lalu tatapan Luna mulai meneliti tulisan disana yang tercetak rapi menandakan pemiliknya yang juga selalu rapi. Setelah mengatur hatinya untuk lebih tenang Luna pun membaca kata demi kata yang terangkai dalam surat cinta yang disangkanya itu.

To : Double L.

Eum..hai, perkenalkan aku Bayu Anggara, atau kau memang sudah mengenalku, hmm? Maaf jika surat ini mengganggumu atau membuatmu tidak nyaman. Tapi aku hanya ingin memastikan keberadaan dirimu yang selama ini selalu menemani pagiku yang membosankan.

Mungkin terdengar aneh, tapi aku senang dengan semua suratmu yang walau terkesan aneh, tapi cute. Pasti dirimu juga seperti itu ne??

Tanpa sadar Luna mengerucutkan bibirnya dengan kesal kerana Bayu mengatakan dia aneh walau cute.

Mmm, tapi setelah beberapa hari belakangan ini kau kemana, double L? Aku kehilanganmu, aku kehilangan penyemangat pagiku. Apa kau sudah lelah mengirimiku surat? Lalu kenapa kau tidak datang langsung dan bertemu denganku?

Aku ingin menemuimu, jeongmal(sungguh).

Atau, apa aku punya salah? Menyakitimu? Jika iya..mianhae. aku tidak bermaksud melakukannya. Apapun itu, mianhae.

Aku ingin kau tahu, hatiku ini selalu berharap untuk melihatmu dan didalam kepalaku selalu memikirkanmu. Jika kau berkenan, kembalilah double L. Aku ingin sekali menatap matamu dan melihat senyummu.

Please…come back to me..Im waiting.
Bayu Anggara.
Your love letter
Ps. At Han River
Setelah kau bertugas.

Setelah membaca itu Luna langsung melihat kesekilingnya yang tidak ada siapapun disana,
hanya desiran angina pagi dan percikan sungai yang mengalir yang menemaninya.
Namun setelah beberapa detik barulah Luna mendengar suara langkah yang mendekatinya secara perlahan. Seketika jantung Luna berpacu dengan kerasnya menunggu orang yang ingin bertemu dengannya itu sampai dibelakangnya.

Bayu Anggara…

‘Apa yang harus kulakukan?’ Tanya Luna dalam hati sambil memejamkan matanya sekuat tenaga.

“Double L?” Tanya Bayu saat sudah berdiri dibelakang Luna.

“Kenapa kau ingin menemuiku?” Tanya Luna tanpa berpaling melihat pria tampan itu.

“Aku ingin melihatmu??”

“Untuk apa? Bukankah kau sudah punya kekasih?”

“Aku…” Ucap Bayu ragu.

“Bukankah lebih baik kau lupakan saja?? Surat-suratku, semuanya!!” Ucap Luna langsung berdiri akhirnya melihat pria tampan yang pernah dicintainya itu.

Atau masih.

Kini Bayu bisa melihat dengan jelas mata bulat bak boneka itu memancarkan kesedihan yang dalam. Entah apa yang dipikirkan Bayu saat tangannya terulur ingin memeluk gadis mungil didepannya itu untuk menenangkannya.

“Lupakanlah Bayu-ssi, aku yang salah. Kau tidak usah memikirkannya lagi..aku sudah mengakhirinya.” Ucap Luna mundur perlahan dan menundukkan wajahnya.

Mengatakannya secara langsung terasa lebih menyakitkan bagi Luna daripada memendamnya sendirian dan merasakannya.

“Apa maksudmu dengan lupakan? Apa semua itu tidak berarti untukmu??” Tanya Bayu tidak mengerti dan membuat Luna langsung menatapnya kembali.

“Sangat berarti bahkan sampai seperti nafas yang kulepaskan setiap detiknya.” Ucap Luna dengan keyakinan yang luar biasa.

“Lalu kenapa lupakan? Bukankah itu sangat menyakitkan?”

“Lebih menyakitkan jika mengingatnya tapi tidak bisa mendapatkannya.”

“Tapi…”

“Sudahlah, aku bisa mengerti, sekarang kita sudah bertemu dan penasaranmu sudah hilang. Tolong maafkan aku dan lupakanlah.” Ucap Luna memotong perkataan Bayu.

“Tapi, aku…”

“I said…forget it!!”

“Bagimana jika aku tidak bisa? Bagaimana jika aku tidak mau?? Bagaimana jika itu sama pentingnya untukku? Apa yang akan kau lakukan??” Tanya Bayu dengan suara yang sedikit keras karna kekesalannya yang tiba-tiba.

“K-kau…”

“Bagaimana aku bisa melupakan tatapan matamu saat pertama kali kita bertemu? Bagaimana aku bisa melupakan tatapan yang terluka itu, jika aku ingin segera memeluk untuk menenangkanmu?”

“K-kau tau?” Tanya Luna kehilangan kata-kata.

“Aku tau wangimu menyebar saat kami mendekat, wangi Vanilla. Hatiku berkata ya, saat kau melewati kami setelah bernyanyi dengan indahnya.”

“Dan lagu itu pasti ditujukan untukku kan? Dan saat aku menemui Haneul-ssi, aku semakin yakin dengan apa yang akan kulakukan.” Ucap Bayu menatap Luna dalam menyampaikan kejujuran disetiap kata-katanya.

“Katakan padaku, Luna Kim. Katakan padaku bagaimana melupakannya??” Tanya Bayu sambil menatap Luna dengan tatapan yang bisa menembus ke dalam hatinya hingga membuat gadis cantik itu menundukkan wajahnya.

“Tapi…semua itu sudah tidak ada artinya lagi.” Gumam Luna sambil meremas jemarinya yang mulai basah.

“Apa maksudmu??!”

“Kekasihmu, Bayu-ssi. Jangan lupakan kekasihmu.” Jawab Luna kembali menatap mata onyc Bayu.

“Ohh, Stella? Dia bukan kekasihku. Dia tunanganku.” Ucap Bayu dengan wajah tenangnya membuat seribu batu langsung menghimpit dada Luna.

“Ohh, selamat Bayu-sii, semoga kau bahagia.” Ucap Luna langsung beranjak pergi meninggalkan Bayu yang terpaku.

Namun tiba-tiba…

“AKU SUDAH MEMUTUSKANNYA!!!” Teriak Bayu dengan kesal membuat Luna berhenti dan melihatnya dengan wajah tidak percaya.

“Aku sudah memutuskannya, tunangannya, kerjasamanya, kontraknya, semuanya, apa kau puas??”

“......” Luna kehilangan kata-kata.

“Aku memutuskannya setelah bertemu denganmu!! Kenapa kau tidak mau mendengarku dan setidaknya bertanggung jawab Kim Luna!!!”

Luna hanya menatap Bayu dengan tatapan kosong seperti kehilangan jiwanya setelah mendengar ucapan Bayu yang sangat banyak itu.

“Dia hanya kontrak kerja sama, Luna” Ucap Bayu dengan suara lebih lembut. “Aku tidak bisa membohongi diriku lagi dengannya.”

“Sekarang aku sudah menemukannya. Aku yakin..aku mencintaimu Kim Luna.”

“Double L” Jawab Luna dengan wajah blank.

“Setelah semua yang kukatakan hanya itu jawabanmu??” Tanya Bayu tidak percaya.

“Kenapa double L?” Tanya Luna tidak peduli.

“Love Letter. Dari awal aku menganggap itu surat cinta.” Jawab Bayu jujur.

Detik itu juga lutut Luna kehilangan tenaganya lalu merosot ke tanah dan bersimpuh disana. Bayu yang melihatnya segera ingin mendekat namun terhenti perkataan Luna.

“Ke-kenapa tidak datang lebih cepat, sebelum…”

“Aku menunggumu, menunggu surat yang ke 100. Tapi surat itu tidak pernah sampai akhirnya aku putuskan membuat surat itu sendiri.” Ucap Bayu mendekat perlahan dan duduk dengan bertumpu pada sebelah lututnya.

“Jadilah milikku, surat cintaku.” Ucap Bayu sambil meraup tubuh Luna yang bergetar dalam pelukannya.

“Aku mencintaimu, Bayu-ssi.” Gumam Luna didadanya dengan airmata yang sudah tidak bisa ditahannya.

“Aku lebih mencintaimu, love letterku.” Jawab Bayu dengan senyum manisnya yang menawan dan Luna langsung membalas pelukannya dengan sangat erat.

Beberapa detik kemudian seperti teringat sesuatu Bayu langsung berdiri bersama Luna dalam pelukannya. Lalu menggenggam tangan Luna dan membawanya pergi dari sana.

Belum sempat Luna bertanya Bayu sudah menyuruhnya diam sampai mereka tiba didepan pintu gerbang rumah Bayu dan pria tampan itu langsung berhenti didepan pintu. Lalu secepat kilat Bayu turun dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Luna kemudian menariknya kembali untuk masuk ke rumah mewah yang selalu dilihat Luna dari luar itu.

Bayu terus berjalan melewati ruang tamu dan menaiki tangga lantai 2 hingga tiba didepan pintu kamar yang diyakini Luna sebagai kamar tidur itu. Sebelumnya Luna tidak lupa mengagumi setiap interior rumah yang sangat cantik menurutnya itu.

“B-Bayu-ssi..” Panggil Luna akhirnya.

“Ayo masuk..” Jawab Bayu dan tanpa segan membuka pintu kamar yang sangat luas itu dengan ranjangnya yang besar.

Namun bukan itu yang menarik perhatian Luna, tapi sayup-sayup indera penciumannya menagkap wangi yang sangat familiar bertebangan disana hingga membuatnya menghiurp lebih dalam.

“Ini…” Ucapnya melihat Bayu dengan wajah bingung.

“Lihatlah..” Jawab pria tampan itu sambil membawa Luna masuk lebih kedalam lagi.

Pertama Luna tidak tahu apa yang dilihatnya sampai matanya menangkap amplop-amplop babypink yang sangat dikenalinya bertebaran disetiap furniture dalam ruangan itu. Dan yang lebih mengejutkan, disampingnya terletak botol bundar kecil dari kaca yang bertutup dan berlubang diatas dengan lilin yang menyala didalamnya.

Dari sanalah aroma vanilla yang menyebar diseluruh ruangan itu berasal. Semuanya ada sepuluh botol dan Luna sadar disetiap botol itu berdiri satu amplop surat cinta darinya.

Luna tidak tahu apa yang harus dikatakannya untuk mengekspresikan perasaannya saat ini. Bayu membuat semua luka dan kesedihan dihatinya menghilang seketika. Tapi…

“Apa kau sungguh-sungguh, Bayu-ssi??” Tanya Luna tanpa berpaling melihat Bayu dibelakangnya.

Bayu langsung mendekat dan menyelipkan kedua lengannya dipinggang Luna dan memeluknya erat sampai punggung Luna bersandar didadanya.

Saat itu Luna bisa merasakan detak jantung Bayu yang berpacu lebih kuat dari manusia normal seharusnya. Luna sadar bahwa itu juga yang terjadi padanya sejak mereka bertemu di sungai Han.

“Dengan apalagi harus kubuktikan, Luna?” Tanya Bayu sambil meletakkan dagunya dibahu Luna.

“A-aku…kita…salah...tidak...sepadan…” Luna tidak tahu cara mengucapkan kata itu dengan benar.

“Jika mencintaimu adalah salah, aku rela menggenggam kesalahan itu untuk selamanya.” Ucap Bayu sambil memutar tubuh Luna menghadapnya.

“Kau tidak bisa menarik lagi ucapan itu, Bayu-ssi..”

“Aku tidak akan pernah menariknya..tapi..”

“Tapi.. ubah dulu panggilanmu itu, aku seperti ahjussi saja.”

“B-Bayu-ssi..”

“No, no, no..bukan itu.”

“Bayu..”

“Kau memang benar-benar cute baby..”

Bayu langsung memeluk Luna tanpa bisa Luna protes akan nama yang diucapkan Bayu untuknya itu.

“Jangan pernah bersedih lagi, aku mencintaimu.” Ucap Bayu mengeratkan pelukannya membuat Luna semakin membenamkan wajahnya dileher kekasihnya itu.

“Mmm, aku harus berterima kasih pada Haneul.” Ucap Bayu kemudian membuat Luna menatapnya dengan kepala dimiringkan.

“Untuk?”

“Karna menyuruhmu kembali mengantar suratku..”

“Ohh..”

“Ah!! Aku akan membuat ruangan khusus untukmu disana!! Agar kita bisa berdua saja”

“Tidak usah!!”

“Kenapa? Kau masih kerja disana kan baby??” Tanya Bayu tanpa sadar membuat Luna langsung menatapnya tajam.

“Lalu, apa kau masih mengirimkan surat untukku??” Tanya Bayu lagi tidak peduli.

“Tidak akan!!”

“Apaaa?? Kenapaa??” Tanya Bayu tidak percaya.

“Untuk apa?? Jika aku sudah dalam pelukanmu??” Jawab Luna tanpa sadar membuat Bayu tersenyum garing sambil menatap Luna jahil dan seketika pipi itu merona dengan indahnya.

Bayu langsung diam terpaku melihat wajah Luna yang bersinar dengan cara yang berbeda membuat Luna gugup seketika, mungkin ada kata-katanya yang salah.

“Kau sangat cantik, Luna.” Ucap Bayu dengan wajah seriusnya membuat rona pipi Luna semakin terlihat.

Detik itu juga Bayu menarik Luna ke pelukannya dan mendekatkan bibir mereka lalu memulai ciuman pertama mereka setelah resmi menjadi sepasang kekasih. Bayu mengecup bibir peach itu perlahan dan membuat ciuman itu terasa lembut dan sangat manis untuk Luna.

Luna yang baru pertama kali merasakan ciuman manis seperti itu langsung memejamkan matanya sambil menggenggam erat baju depan Bayu dengan jantung yang berdetak dengan hebatnya.

Setelah berapa detik Bayu melepasnya dan menatap wajah Luna yang masih memejamkan matanya dengan nafas sedikit teratur. Perlahan tangan Bayu terangkat untuk membelai pipi pucat merona itu dengan lembutnya sampai mata Luna terbuka perlahan menatapnya.

Lalu tangan itu pun turun kembali dan berhenti tepat diatas dada Luna dimana debaran jantung Luna bisa dirasakan Bayu dengan jelasnya dan membuatnya tersenyum dengan menawan.

“Mulai sekarang, aku yang akan mengirimkan surat untukmu, tunggu saja.” Ucap Bayu yakin dan menatap Luna dalam.

Gadis cantik itu langsung memeluk kekasihnya dengan erat, berharap kebahagiaan yang membuncah dihatinya sekarang akan bertahan sampai selamanya bersama Bayu Anggara.

Dan akhirnya, Luna pun menyimpan surat dari Bayu dalam kotak kaca berbentuk hati yang ada dimeja disamping tempat tidur pria tampan itu yang sudah dipenuhi dengan 99 surat darinya. Dengan begitu lengkap sudah semuanya menjadi One Hundred Love Letters.

**

THE END.