The Love That We Share 2

in #indonesia7 years ago

Part II

note : Ahjumma = Bibi

**

“Huaaaaaaa~” Tangis Haura sekali lagi.

Wanita cantik itu langsung memeluk putrinya penuh sayang. “Ahh, sssst~ sayang, ada apa, hm?”

“Sendili~ hiks, huhuhuhu~” Tangis Haura dengan sedihnya.

“Aiiiih~” Arya melihat kearah pintu.

“Saya turun kebawah sebentar nyonya.” Jawab maid yang diminta menemani Haura tadi.

“Ahh, tidak apa-apa~” Senyum Arya menenangkannya.

“Jangan menangis kakak, nanti Aya bangun.” Ucap Ista.

Haura hanya menggelengkan kepala sambil menyusupkannya keleher Ista dan terisak disana. Tanpa bisa menolak Ista pun bangun dan membawa Haura dalam gendongannya.

Wanita cantik itu berbicara dengan pelan untuk menenangkan putrinya namun Haura tidak ingin lepas. Bahkan Aya terlihat sudah bergerak-gerak dalam tidurnya. Arya melihat Ista dan melihat bayi mereka dengan kening berkerut.

“Minta ahjumma membuat susu, Mas.” Ucap Ista.

“Ahh, iya~” Arya langsung keluar dari kamar mereka.

“Haula mau susu, hm?” Tanya Ista pada Haura.

“Mauuuu~” Jawab Haura pelan.

“Ayo sekalian ahjumma buatkan.”

“Mommy yang buat!”

“Apaa??”

“Mommy yang buaaat.”

“Ahh, iya, iya, iya, ayoo~” Ajak Ista sambil berjalan menuju pintu.

Namun tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat ia merasakan seseorang menatapnya. Ista berpaling melihat kearah tempat tidur, disana Aya tidur namun dengan mata yang terbuka. Walau tatapan bayi 3 bulan tidaklah sejernih anak-anak, tapi bayi kecil itu sedang menatapnya.

Walau Aya masih tidak bisa menangkap apa yang dilihatnya karena terlalu jauh, tapi ia melihat kearah dimana suara mommy-nya terdengar.

“Aya sudah bangun, Haula mau lihat?”

“Ndak mau!!” Jawab Haura cepat.

“Lhoo?? Kenapa?”

“Susu mommy, Haula mau susu~” Rengek Haura sambil bergerak-gerak dalam gendongannya.

“Ahh, sebentar, Aya tidak boleh sendiri.”

“Tapi Haula mau susu mommyyy~”

“Aiiih~ manjanya~” Ucap Arya begitu tiba disana.

“Karna aku tidak ada disana, makanya seperti ini.” Ucap Ista.

“Dia memang selalu merajuk saat bangun sendiri.”

“Ne, Mas tolong berikan ya, aku mau buat susu.”

“Tenang saja, turunlah~”

“Mmm~”

Dan wanita cantik itu segera turun dari kamarnya menuju dapur. Disana ia mendudukkan Haura dimeja counter dapurnya lalu membuatkan putri cantiknya itu susu rasa vanilla.

Setelah selesai Ista kembali menggendong Haura dan membawanya kesofa. Disana bocah cantik itu berbaring berbantalkan pahanya lalu minum susu dengan wajah bahagia. Ista hanya bisa menggelengkan kepala sambil membelai lembut kepala putrinya itu.

“Haula kenapa, hm?”

“Aumammamm.”

“Aiish~ buka mulutnya.”

“Ndak apa-apa.”

“Lalu kenapa merajuk?”

“Haula sendili~”

“Ohh, mommy lagi boboin Aya.”

“Nggak boleh~ buang aja Ayanya!!”

“Apaa?” Mata Ista melebar sempurna. “B-buang? Ke-kenapa?” Tanyanya tidak percaya.

“Ndak apa-apa! Buang aja!!”

“Dia adiknya kak Haula, bagaimana dibuang?”

“Buang aja!!”

“Haula~” Panggil Arya yang sudah turun dengan Aya didekapannya.

“Haula ndak mau daddy!! Sama mommy saja.” Jawab Haura dengan wajah sulking.

“Lho~ ada apa Mas? Kenapa dia merajuk?” Tanya Ista heran.

“Aku tidak tahu~” Wajah bingung Arya membuat Ista semakin heran.

“Dia tidak pernah marah, kecuali kau ingkar janji, Mas.” Ucap Ista lagi melihat wajah Haura yang menempel didadanya.

“Mungkin dia lapar.” Jawab Arya asal.

“Haula mau makan?” Tanya Ista.

Dan Haura langsung menganggukkan kepalanya membuat Arya tertawa kecil namun langsung terdiam. Saat tatapan mata kecil itu menatapnya dengan death glare yang menggemaskan.

“Ayo mommy suapin.” Ucap Ista lalu segera berdiri. “Mas Arya, jika capek tidurkan saja disini.” Ucapnya kemudian sambil menunjuk sofa.

“Baiklah…”

Ista pun segera menuju dapur untuk memberi makan putrinya yang merajuk karena lapar. Sementara Arya bermain dengan Aya yang begitu riang berbicara dengan bahasa planetnya. Walau hanya aa, uuu, ooo tapi Arya sangat senang bertanya dan tertawa dengan bayi kecil itu.

Begitulah suasana rumah indah itu dengan kehadiran putri kedua pelengkap keluarga kecil dan bahagia mereka. Sampai malam menjelang Haura sudah mau lepas dari Ista dan ceria lagi seperti biasanya.

Bahkan bocah kecil itu sudah mencoba mendekati adiknya secara perlahan. Peran Ista dan Arya sangat diperlukan saat ini untuk membimbing putra kecil mereka bahwa bayi Aya adalah adiknya dan sudah menjadi bagian dari keluarga kecil mereka.

Saat Haura mengerti arti dari adik itu semuanya akan terasa lebih mudah. Namun untuk saat ini, putri cantik itu akan terus mempertanyakan dalam kepalanya, siapa dan untuk apa Aya bersama mereka.

Keesokan harinya…

Haura menggeliat dalam tidurnya saat mendengar bunyi alarm dikamarnya itu. Beberapa kali bocah kecil itu mengucek matanya dan menyadari bahwa hari sudah pagi.

“Mommyyy~” Gumamnya sambil berpaling kesisi kiri.

Tidak ada siapapun karena ia memang tidur dikamarnya sendiri. Semalam mommy-nya berkata ia tidur bersama maid atau babysitter yang selalu menjaganya. Dengan wajah sulking Haura pun bergelung dalam selimutnya sambil melihat ke arah pintu.

Berharap kedua orang tuanya datang mengucapkan selamat pagi seperti biasanya.

Tapi sampai beberapa menit kemudian tidak ada siapapun yang membuka pintu itu. Akhirnya Haura bangkit dari ranjangnya dan keluar dari kamar dengan wajah sulking. Bocah kecil itu berjalan perlahan menuju kamar daddy dan mommy-nya yang memang tidak jauh dari kamarnya.

Haura melihat pintu kamar orang tuanya sedikit terbuka dan ia memutuskan untuk segera masuk kedalam. Bocah kecil itu mendengar suara orang berbicara dengan riangnya dan ia tahu suara itu milik mommy dan daddy-nya.

Tanpa mengatakan apa-apa, Haura pun keluar dari kamar itu sambil menundukkan kepala. Saat tiba dipintu suara maid ahjumma memanggil membuatnya sedikit tersentak.

“Nona kecil? Baik-baik saja?” Tanya ahjumma.

“Ahh, ndak ada~” Jawab Haura melihat wanita yang sudah seperti neneknya itu.

“Nona kecil menangis.” Ucap ahjumma itu tidak percaya.

“Haula sendili ahjumma~” Ucap Haura dengan mata yang berkabut.

“Ah~ tidak mungkin, ahjumma disini.” Wanita paruh baya itu langsung memeluk Haura dan melihat ke dalam kamar.

Disana Ista berdiri mematung dengan tangan terulur, sepertinya ia mendengar dan menyadari apa yang terjadi. Namun saat kata-kata Haura terdengar, kaki Ista langsung membeku dan membuatnya tidak bisa melangkah.

“Ista…” Panggil Arya khawatir.

“Mas, Haula…dia sudah bangun.”

“Iya, Aku tahu…panggil saja.”

“Little girl…” Panggil Ista.

Haura yang berada dalam pelukan maid mereka berpaling dan melihat mommy yang sangat dicintainya itu.

“Mommy…” Ucapnya.

“Good morning, my little world~” Ucap Ista dengan senyum lembut dan mata yang berkabut.

Seketika Haura berbalik dan berlari menghambur dalam pelukan mommy-nya tercinta. Ista langsung memeluknya dengan erat dan mengucapkan kata maaf berulang-ulang.

“Menurut saya, nona kecil merasa ditinggalkan.” Ucap maid ahjumma.

“Benarkah? Apa Haula cemburu?”

“Mungkin saja tuan, selama ini nona kecil selalu bersama anda berdua.”

“Apa akan berpengaruh pada pertumbuhannya?” Tanya Arya khawatir.

“Itu sudah lumrahnya tuan, jangan khawatir, nona kecil akan baik-baik saja, hanya saja mulai sekarang anda berdua harus pintar membaca situasi.”

“Terima kasih ahjumma.”

“Sama-sama Nyonya, saya selalu ada disini.”

Ista tersenyum dan mengecup kepala Haura lalu berpaling melihat Aya. Wanita cantik itu pun melepas pelukannya dan membawa Haura menuju tempat tidurnya.

“Kenapa Haula sendiri? Kan ada Aya disini.” Ucap Ista.

“Iya, mommy daddy selalu ada untuk Haula.” Jawab Arya mengacak rambut putrinya itu.

Haura hanya terdiam mendengarkan perkataan orang tuanya dan berpaling pada Aya yang ternyata sedang melihatnya. Mata bulat itu menatapnya dengan berbinar dan terlihat begitu menggemaskan.

Dan detik itu juga tangan Haura melayang pada tangan Aya yang sedang menggapai-gapai udara. Dan seketika bayi kecil itu menangis dengan kerasnya membuat Ista dan Arya tersentak kaget.

“Ha-haula…” Ucap Ista tidak percaya.

Bocah kecil itu langsung membenamkan wajah sulkingnya didada Ista membuat wanita cantik itu terdiam. Dengan wajah memelas Ista melihat Arya membuat pria tampan itu mengangguk dan segera mengambil Aya untuknya.

“Apa dia kesakitan?” Tanya Arya.

“Mungkin, tapi yang pasti Aya terkejut, karena itu dia menangis.”

“Ssst~ sayang, Kakak minta maaf ya?” Ucap Arya pada Aya sambil membawa bayi kecil itu menjauh.

“Haula kenapa? Haula marah pada mommy?” Tanya Ista membuat Haura langsung menggelengkan kepalanya.

“Lalu? Haula marah pada Aya?”

Haura tidak menjawab apa-apa, ia hanya membenamkan wajah didada mommynya itu. Ista pun hanya bisa menghela nafas melihat putrinya kemudian mencari suaminya.

Lelaki tampan itu terlihat masih berjalan-jalan disekitar balkon kamar mereka dan suara tangis Aya pun sudah mereda. Karena itu juga Arya kembali masuk kedalam dan Ista mengajaknya turun ke bawah.

Wanita cantik itu meminta maid ahjumma untuk mengambil Aya agar Arya bisa bersiap-siap menuju kantornya. Sementara ia harus membujuk Haura dengan perlahan sampai bocah kecil itu tidak sulking lagi.

**

Begitulah keadaan keluarga kecil itu setelah kehadiran Aya diantara mereka. Setiap hari akan ada suara tangisan Aya yang kepala atau tangannya ditepuk kakaknya sendiri.

Hari pun terus berlalu dengan kegaduhan itu, Entah kesal entah itu gemas, yang jelas setiap Haura berada didekat Aya dan melihat bayi kecil itu bersuara dan menatapnya, bocah cantik itu langsung memukulnya.

“Eumh!!” Gumamnya sambil menepuk kepala Aya.

Karena tidak terasa sakit, bayi kecil itu hanya mengerjapkan mata dan melihat Haura dengan wajah polosnya. Melihat hal itu Haura pun kembali memukulnya namun tangan kecilnya dipegang Ista dengan cepat.

“Apa salah Aya, baby?” Tanya Ista.

“Ndak!! Buang aja!!” Jawab Haura sulking.

“Aya bukan sampah, kenapa dibuang?” Tanya Ista lagi.

“Ista…” Panggil Arya melihat istrinya itu.

“Aku kasihan melihat wajah Aya, Mas, dia tidak tahu apa-apa.” Ucap Ista melihat Arya dengan wajah memelas.

“Haura juga tidak tahu apa-apa, Sweetheart.”

Ista mengerucutkan bibirnya dengan sangat menggemaskan namun Arya bisa melihat kesedihan dimata bulat nan
cantik itu. Mereka tidak bisa berbuat banyak selain memberi pengertian pada Haura berulang kali.

“Apa kita terlalu cepat?” Tanya Ista.

“Maksudnya?”

“Apa tidak terlalu buru-buru? Maksudku kita mengambil Aya.”

“Mmm, mungkin saja.” Arya menganggukkan kepalanya.

“Melihat sikapnya, mungkin Haura merasa kehilangan, dia cemburu kita akan lebih menyayangi Aya.”

“Itu benar, tapi kita tidak akan membedakan mereka.”

“Tentu saja, Haula sayang Aya bukan?” Tanya Ista melihat putrinya.

“Ndak!! Buang aja dedek bayinya.”

“Apa??”

“Haula tidak sayang!!” Ucap Haura dengan bibir mengerucut.

“Lhoo~”

“Dia cepat merajuk sekarang, semua salah, bahkan Babysitternya sampai kewalahan.” Ucap Ista.

“Kita harus bersabar, mungkin Haula akan berubah menyukai Aya~ kita lihat saja.” Jawab Arya dengan senyum menenangkan.

Sementara Haura melihat daddy-nya dengan wajah sulking dan melihat Aya dengan memicingkan matanya. ‘Liat saja nanti.’

Ista hanya bisa menghela nafas dan mengambil Aya dari gendongan suaminya. Haura yang memang disampingnya langsung menepuk adik kecilnya itu membuat Ista tersentak.

“Babygirl, tidak boleh begitu, sini sama daddy.”

“Ndak ucah!! Buang aja!!”

“Siapa dibuang? Mommy?”

“Daddy buang aja!!!”

“Omoo~ daddy tidak bisa dibuang, berat~ Haula sanggup angkat?” Tanya Ista dengan wajah playfullnya.

“Ndak!! Buang aja!!” Jawab Haura langsung mengambil remote tv diatas meja dan setengah berlari menuju pintu.

Tanpa basa-basi ia langsung melempar remote tidak berdosa itu keluar dari rumahnya. Ista hanya bisa cekikikan melihat tingkah menggemaskan putrinya itu. Walau kadang-kadang bisa membuat kesal, tapi tetap saja bocah itu terlihat imut dan menggemaskan apalagi dengan wajah sulking dan bahasa cadelnya yang masih dipakai.

“Sayang kali remotenya, pasti nangis dia.” Ucap Arya kemudian.

Haura mendengar perkataan daddynya dan melihat keluar dimana remote itu terbaring dilantai kasar teras rumahnya. Bocah kecil itu melihat kedalam membuat Ista dan Arya langsung berpaling kearah lain.

Bahkan pasangan memesona itu berpura-pura punya kesibukan mereka masing-masing hingga tidak melihat Haura. Dan kesempatan itu digunakan Haura untuk mengambil benda yang sudah dibuangnya itu kembali.

Tanpa mengatakan apa-apa putri kecil mereka mengembalikan remote itu ketempat semula kemudian pergi menuju kamarnya. Setelah pintu kamar terdengar tertutup langsung saja Ista tertawa dengan keras namun menahan dirinya kembali hingga bahunya saja yang bergetar.

“Istaa~” Panggil Arya.

“Kau lihat wajahnya, Mas?”

“Aiiiih~ kau malah terlihat senang.”

“Aku hanya khawatir dia membenci Aya, selebihnya Haula jadi hiburan yang menyenangkan.”

“Aiishh!! Jangan begitu.”

“Bagaimana tidak, jika saat dia marah dengan suara yang sangat meyakinkan namun begitu kata-katanya terucap semua hurufnya tidak sempurna.”

“Ndak uu-cah!!” Tiru Ista dengan senangnya.

“Tapi dia sudah mulai melempar barang, jaga-jaga jangan sampai Aya jadi sasarannya.”

“Aku mengerti~ Aya hanya sedikit donk-donk, ahahaha~” Tawa Ista melihat wajah polos bayinya.

“Kenapa?”

“Walau sering dipukul, dia begitu semangat jika mendengar suara Haura.”

“Mmm~ mereka pasti akan jadi saudara yang saling menyayangi.”

“Aku harap begitu, ya kan Aya? Aya sayang kak Haula, kan?” Tanya Ista melihat putri kecilnya.

“Aaaii~” Jawab Aya. “Ooouu~”

“Ahaha~ apa dia mengerti?”

“Anggap saja begitu.”

“Apa?

“Ahahaha~” Tawa Ista dengan senangnya.

Begitulah setiap harinya, antara khawatir dan bahagia saat melihat pertumbuhan putri mereka, namun Ista dan Arya, mereka berdua sangat menikmatinya.

Tiga minggu berlalu…

Haura masih tetap merasa bahwa Aya datang untuk mengambil semua miliknya yang berharga. Mommy, daddy, babysitternya, bahkan semua waktu yang selalu dihabiskan Haura bersama mereka.

Aya menjadi pusat semua orang, pusat perhatian semua yang ada dirumahnya, sehingga ia merasa tersingkirkan. Tidak jarang Haura melepaskan kekesalannya pada benda-benda mati yang ada dirumah itu, bahkan tidak jarang pula ia menumpahkannya pada Aya.

Sehari bisa dihitung berapa kali Aya menangis karena tepukan yang diterimanya. Tapi apa daya, bayi kecil itu tidak tahu apa-apa, Aya hanya akan menangis dan menangis namun setelahnya ia tetap mencari suara kakaknya itu.

Sementara bagi Haura, Aya pengganggu kehidupan nyamannya dulu, tidak ada lagi dongeng sebelum tidur, tidak ada lagi ucapan selamat pagi, mungkin masih ada sesekali. Bahkan Haura merasa tidak ada lagi yang tersisa untuknya dari kedua orangtua mereka.

Semuanya untuk Aya dan Aya.

Sampai suatu hari diminggu keempat…

Bocah kecil berusia enam tahun itu berjalan menuju taman belakang rumahnya. Di gazebo taman itu terlihat mommy-nya sedang memangku Aya kecil yang sedang berbicara tidak jelas. Mereka memang menghabiskan waktu disana jika Aya sudah bosan berada ditempat tidurnya.

Haura yang baru bangun tidur siang segera mencari Ista karena mommy-nya itu tidak ada dikamarnya. Ista tahu Haura tidak suka jika bangun tidur merasa sendirian, tapi Aya lebih dulu merengek meminta jalan-jalan karena sudah bosan tiduran.

“Mommy…”

“Ahh, Haula~ sudah bangun…sini~”

Tanpa menjawab Haura berjalan mendekati mereka dan melihat Aya berpaling menatapnya. Walau tidak mengerti tapi mata Aya memancarkan aura kebahagiaan saat ia melihat kakaknya.

“Eumh!” Tepuk Haura ditangan Aya.

“Sayang~ Aya tidak salah, Haula tidak sayang padanya?”

“Ndak!!”

“Aiiiih, anak mommy~”

“Ndak sayang!! Buang aja!!”

“Haula~” Panggil Ista dengan wajah memelas.

“Ndak!! Ndak sayang!! Huhuhu~” Tangis Haura tiba-tiba.

“Lho, lho? Lho? Kenapa nangis?”

“Mommy ndak ucah sayang Aya!! Sayang Haula aja, huuhuhuhu~.”

“Apa??”

“Huuaaaaaa~” Tangis Haura semakin keras.

“Lho!! Ssssst, Baby~ jangan menangis.”

“Haula ndak mau!! Haula ndak mau Aya!! Dia ambil mommy!! Dia ambil daddy!! Haula sendiri!! Haula ndak mau!!
Buang aja!! Huhuhuhu.”

“Babygirl, Aya tidak begitu.”

“Ndak!! Haula ndak mau!! Mommy sayang Aya!! Ndak sayang Haula lagi!! Ndak mau!! Haula ndak mauuuuuuu~”

“…..” Ista kehilangan kata-katanya melihat putri pertamanya itu.

Apa selama ini Haura berpikir seperti itu? Hampir sebulan ini bocah kecil itu memang sering merajuk, menangis bahkan menjadi penyendiri. Pikiran anak kecil memang sangat berbeda dengan orang dewasa. Jika kita merasa seperti ini, belum tentu dia merasakan hal yang sama.

Ista terus menatap wajah cantik yang penuh airmata itu, kesedihan yang terpendam itu kini tertumpah semuanya. Tangisan yang penuh ketakutan dan kecemburuan itu membuat Ista merasa sedih dan sangat menyesal.

“Maafkan mommy baby, maaf~” Ucapnya kemudian.

Wanita cantik itu dengan cepat meletakkan Aya dikereta dorongnya dan meraih tangan Haura. Namun bocah kecil itu dengan cepat menampihnya membuat Ista tersentak.

“Ndak mau sama mommy!!”

“Baby…”

“Mommy jahat!! Haula ndak sayang sama mommy!! Mommy ndak sayang sama Haula!!”

“Tidak!! Mommy sayang, Baby~ sungguh.”

“Ndak mau!! Mommy sayang Aya sajaaa~”

“Tidak!! Bukan begitu.”

“Haula sendiri, mommy jahaaaat~” Ucap Haura sekali lagi dan Ista sudah tidak tahan.

Wanita cantik itu langsung menarik bocah kecil putrinya itu dalam pelukan dan memeluknya dengan erat. “Tidak, itu tidak benar, Mommy sayang Haura.”

“Ndak mauuu~” Jawab Haura sambil sesengukan.

“Sayang, sungguh sayang~ jangan menangis~ maaf, maafkan mommy sayang~”

“Hks, hks, hks~” Suara sesengukan Haura terdengar semakin lemah.

Bocah kecil itu merasa kelelahan setelah menangis dengan keras seperti itu. Ista membelai punggungnya berkali-kali untuk menenangkannya. Namun karena sudah terlanjur, perlu waktu lama untuk menghilangkan tangisan itu.

Dan selanjutnya giliran Aya yang memangis dengan sedihnya karena mendengar kakaknya menangis. Bibir kecil itu mengerucut dengan imutnya dan tangisannya pun pecah. Ista tidak tahu harus berbuat apa disaat seperti ini karena ia harus menenangkan Haura.

“Nyonya…”

“Ahjumma~ tolong~”

“Ahh~ saya mengerti~”

“Ahjumma tolong hubungi Mas Arya, tanyakan kapan dia pulang, jika bisa minta dia pulang sekarang.”

“Baik, tunggu sebentar.”

Ahjumma maid itu segera mengambil Aya dan membawanya pergi darisana. Sementara Ista masih mencoba menenangkan Haura dengan kata-kata sayangnya. Sampai akhirnya bocah kecil nan cantik itu tertidur lagi karena kelelahan didalam pelukannya.

“Tuan Arya akan segera pulang.” Ucap salah satu maid tiba-tiba.

“Hmm, dimana Aya?”

“Sedang minum susu.”

“Tolong siapkan tempat tidur Haura.”

“Baik.”

Ista langsung berdiri dan memeluk Haura ke dadanya lalu segera membawa bocah cantik itu ke kamarnya. Ista menidurkan putrinya itu di tempat tidurnya yang besar dan menyelimutinya dengan baik.

“Maafkan mommy, sayang~” Ucap Ista pelan sambil mengecup keningnya.

Setelahnya ia segera turun ke bawah menemui maid ahjumma yang masih menidurkan Aya. Bayi kecil itu sudah tertidur diayunan yang ada diruang tengah rumah mereka.

“Ahjumma, biar Aya disini saja, aku diatas bersama Haura.”

“Baiklah, sepertinya nona kecil salah mengerti.”

“Walau dijelaskan dia tidak akan mengerti.” Ucap Ista sedih.

“Karna dia masih kecil, Nyonya.”

“Aku tahu.”

“Ista?” Panggil aRYA tiba-tiba.

“Mas Arya…” Ista melihat suaminya dengan wajah sedih.

Dengan cepat Arya berjalan mendekat dan merengkuh istri cantiknya itu dalam pelukan. Tanpa kata-kata pria tampan mencoba menenangkan Ista sambil membelai kepala istrinya itu perlahan.

“Tenang saja, sayang~” Bisik Arya.

“Dia sangat sedih tadi, hks~”

“Sssst~ apa yang harus kita lakukan?”

“Aku tidak mau melihatnya seperti itu lagi, mungkin kita memang terlalu cepat memiliki Aya.”

“Aku juga tidak ingin, Aku pikir itu yang terbaik.”

“Tidak ada cara lain.”

“Hm?”

Ista melepas pelukannya dan menatap mata Arya dalam membuat pria tampan itu bisa melihat dengan jelas kesedihan dimata bulatnya.

“K-kembalikan Aya.” Ucap Ista tercekat.

“Apa??”

“Kembalikan Aya, Mas~ kita tidak bisa merawatnya jika Haura seperti itu, aku tidak mau anak kita merasa sendiri dan ditinggalkan.”

“Ta-tapi…”

“Mrs. Park pasti akan mengerti, kembalikan Aya dan minta mereka merawatnya sampai kita bisa mengambilnya kembali.”

“Ma-maksudnya, kita akan mengambilnya lagi?”

“Iya, saat Haula sudah bisa mengerti kita akan membawanya kembali, Kumohon.”

“Bagaimana kalau tidak bisa?”

“Kita akan membiayai semua pengeluarannya, aku juga akan mengunjunginya setiap hari sambil bekerja. Aya tetap anak kita, mereka hanya perlu merawatnya, dengan begitu mereka tidak akan bisa memberikannya pada orang lain, please~ kau bisa melakukannya?” Tanya Ista dengan mata yang berkabut.

“Apa Haula begitu sedih?” Arya balik bertanya.

“Dia mengatakan aku hanya menyayangi Aya, dia merasa sendiri, aku meninggalkannya.”

“Ista…”

“Tangisannya benar-benar menyakitiku~” Ucap Ista dengan airmata dipipinya.

“Ta-tapi apa kau bisa berpisah?” Tanya Arya sambil melihat ayunan Aya.

“Aku harus bisa, hks.” Jawab Ista menundukkan kepalanya.

“Baiklah, apa sekarang juga?”

“Ne, Haula sedang tidur, Aya juga, pergilah Mas.”

“Baiklah, biar ahjumma yang membawanya.”

“Iya, kalian…” Ucap Ista melihat maid yang lain. “Tolong siapkan barangnya, selimut, baju dan susunya, semua berikan pada ahjumma.”

“Baiik~”

**

Tidak berapa lama maid yang diminta Ista sudah turun dengan tas koper berisi semua perlengkapan Aya. Begitu juga maid ahjumma yang sudah rapi dengan blazer dan rok selututnya.

“Ista, kau tidak ingin melihatnya sekali lagi?” Tanya Arya saat ahjumma maid mengambil Aya dari ayunan.

“Hyung…” Ista menatapnya dengan penuh kesedihan.

“Jangan menangis, bukankah kau akan mengunjunginya?”

“Iya~ aku pasti datang.” Jawab Ista.

Ahjumma maid membawa Aya pada Ista agar wanita cantik itu bisa melihatnya sekali lagi. Dengan sangat lembut Ista mengecup kening Aya sambil memejamkan matanya. Walau tidak ingin airmatanya tetap jatuh diatas pipi chubby putrinya itu.

“Maafkan mommy…” Bisik Ista. “Sungguh maafkan mommy sayang~ mommy sangat menyayangimu, karena itu kau akan kembali, mommy janji.”

“Ista…” Panggil Arya tidak tega.

“Kita akan bertemu lagi, little love~ Bye-bye~”

Ahjumma maid pun berbalik dan berjalan menuju pintu sementara Arya masih berdiri melihat Ista. Pria tampan itu tidak tega meninggalkan istrinya yang sedang bersedih itu. Tapi anggukkan kepala Ista membuat Arya langsung berbalik menuju pintu dan keluar darisana.

“Sampai jumpa lagi, Baby~” Bisik Ista pelan.

Kemudian wanita cantik itu langsung berlari ke kamar mandi yang ada dilantai itu dan kembali menangis sesengukan disana. Setelah puas barulah ia keluar dan kembali ke kamarnya. Sambil menunggu Haura bangun dari tidurnya Ista duduk bersandar dikepala tempat tidur dan membaca majalah.

**

“Apa yang terjadi, tuan Arya?” Tanya Mrs. Park saat mereka sudah berada diruangan wanita itu.

“Kami minta maaf, tapi ini satu-satunya cara.”

“Haula tidak setuju? Atau dia tidak suka?”

“Kami sudah mencoba, tapi yang terjadi Haula merasa kami meninggalkannya, Ista tidak bisa melihat kesedihannya lagi.”

“Jadi…”

“Kami putuskan untuk merawat Aya disini saja, saat Haura bisa mengerti kami akan membawanya kembali, kami ingin anda yang merawatnya disini, Aya tetap anak kami hanya saja dia akan tinggal disini untuk sementara, Ista mengatakan akan berkunjung setiap harinya, Kumohon, izinkan kami.” Ucap Arya panjang lebar.

Mrs. Park langsung tersenyum sambil menganggukkan kepalanya mengerti. “Kami terima.” Ucapnya.

“Apa?”

“Apa kalian tetap ingin Aya bukan yang lain? Kalian bisa melepasnya dan jika saatnya tiba, kalian bisa mengambil bayi yang lain.”

“Tidak, tolong~ kami hanya ingin Aya, dia sudah jadi bayi kami, tidak bisa diganti.” Jawab Arya tegas.

“Baiklah kalau begitu, kami akan merawatnya, tapi anda harus membayar gaji khusus untuk perawat yang akan menjaganya disini.”

“Tentu saja, jika bisa berikan dia dua perawat yang bisa dipercaya, aku mengandalkan anda Mrs. Park.”

“Serahkan pada saya, anda tidak akan kecewa.”

“Terima kasih.”

“Katakan pada istri anda, dia boleh berkunjung kapanpun.”

“Terima kasih.”

“Saya mengerti apa yang dialami Haura, jangan khawatir, dia anak yang pintar, pasti semuanya akan baik-baik saja.”

“Kami harap begitu.”

“Nana, ambil bayi Aya, kau akan jadi salah satu perawatnya.” Ucap Mrs. Park pada suster yang sejak tadi bersamanya.

“Baik, saya akan berusaha.” Jawab wanita cantik itu dan mengambil Aya dalam pelukannya.

“Jaga dia baik-baik.” Ucap Arya dengan senyum manisnya.

“Pasti tuan, jangan khawatir.

“Terima kasih, kalau begitu saya permisi.” Ucap Arya kemudian mengulurkan tangannya berjabat dengan Mrs. Park.

“Ayo pergi ahjumma.”

Kemudian pria tampan itu segera keluar dari sana setelah mengecup kening Aya penuh sayang. Ahjumma maid juga melakukan hal yang sama lalu segera keluar darisana.

Dalam perjalanan tidak ada yang berbicara karena sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Bahkan sampai mobil
Arya memasuki perkarangan rumah mereka dan tiba dipintu depan.

“Ahjumma terima kasih.” Ucap Mas akhirnya.

“Tidak apa-apa tuan, jangan khawatir~ semua akan baik-baik saja.”

“Aku harap begitu~”

Arya memasuki rumahnya dengan bahu terkulai, namun ia segera menuju lantai dua mencari Ista. Istri cantiknya masih berada ditempat tidur mereka menemani Haura yang masih terlelap.

“Ista…” Panggil Arya begitu masuk kesana.

“Mas Arya, bagaimana?”

“Mrs. Park setuju, mereka akan menyediakan dua perawat untuk menjaganya.”

“Ahh, syukurlah.”

“Kau yakin tidak apa-apa, Ista?” Tanya Arya khawatir padanya.

“Aku lebih khawatir pada Haura, jadi aku baik-baik saja.” Jawab Ista.

Arya langsung berjalan mendekat dan mengecup kening Ista penuh sayang lalu duduk didepannya. Ista tersenyum lembut dan melihat tangannya yang sudah didalam genggaman suaminya yang hangat.

“Kita akan membawanya kembali.” Ucap Arya lalu mengecup tangan Ista.

“Secepatnya, Mazaya harus kembali.” Jawab Ista dengan senyum manisnya.

“Semoga saat itu, Haula akan baik-baik saja.”

“Hmm, semoga~” Ucap Ista.

“Dia masih tidur saat aku pulang.”

“Karna masih bayi, Aya tidak tahu apa-apa.”

“Mmm, baiklah, aku mandi dulu.” Ucap pria tampan itu lalu berjalan menuju kamar mandi.

Namun belum sampai disana gerakan Haura membuatnya berhenti dan berpaling melihat putri pertamanya.

“Selamat sore, Princess~” Sapa Ista dengan senyum manis.

“Mmm, mommy?”

“Mommy disini~”

“Nyenyak tidurnya, eoh?” Tanya Arya membuat mata Haura membesar.

“Daddy?”

“Iyaa~ ayo bangun, kita jalan-jalan.”

“Benarkah?” Tanya Haura langsung terduduk dari tidurnya.

“Benar, daddy juga mandi dulu.”

“Holeeeee!!!” Teriak bocah kecil itu lalu turun dari tempat tidur dengan cepat dan langsung berlari ke kamar mandi.

Arya hanya bisa menggelengkan kepalanya dan tersenyum pada Ista yang juga tersenyum manis melihatnya. Setelahnya ia pun segera masuk ke kamar mandi dan memandikan putri kesayangannya itu.

Sementara Ista masih terdiam ditempatnya sambil melihat kedua tangannya. Beberapa jam yang lalu ia masih memeluk hangatnya tubuh kecil Aya, sekarang ia harus terbiasa dengan ketidak hadiran bayi kecil itu dirumah mereka.

“Walau hanya baru sebulan, mommy merindukanmu, little love~” Bisik Ista.

Tidak berapa lama Arya keluar bersama Haura yang berlilitkan handuk putih dipinggangnya. “Ista…” Panggil Arya.
Namun Ista tidak menjawabnya karena masih hilang dalam lamunannya sendiri. Arya menatap istri cantiknya itu yang masih melihat telapak tangannya.

“Daddy…” Panggil Haura.

“Ahh, Ista~ sayang~” Panggil Arya sekali lagi membuat Ista tersentak.

“I-iya?”

“Haula sudah selesai.” Jawab Arya.

“Ahh, baiklah, sini baby~ kita ke kamar Haula.” Ajak Ista cepat.

Arya hanya bisa melihat kepergian istrinya itu tanpa bisa berkata-kata lalu segera kembali ke kamar mandi.

Setelah beberapa menit, Lelaki tampan itu terlihat rapi dan stylish dengan pakaian simplenya. Seperti janjinya pada Haura mereka pun segera keluar rumah dan berjalan-jalan seperti biasanya.

Haura dengan sepedanya, Ista dan Arya berjalan dibelakang sambil bergandengan tangan. Wajah bahagia Haura begitu jelas terlihat membuat Ista merasa sedikit lebih baik.

“Sudah lama tidak seperti ini.” Ucap Arya.

“Apa boleh buat jika jam tidur Aya masih banyak dan bertentangan waktunya dengan kegiatan kita.” Jawab Ista.

“Iya, bayi memang masih perlu tidur yang banyak.” Jawab Arya. “Tapi Ista, mmm~ apa memang sebulan ini kita mengabaikan Haura?” Tanyanya kemudian.

“Mungkin secara tidak sengaja, kau juga sudah mengawal pekerjaanku kalau malam, maaf mas~ aku tidak bisa jadi ibu yang baik.”

“Jangan begitu~” Ucap Arya menarik pinggang Ista mendekatinya. “Bayi seusia Aya memang membutuhkan banyak perhatian, Haula juga masih butuh perhatian apalagi dia hanya ingin denganmu.”

“Keputusanku sudah benar?” Tanya Ista melihat wajah Arya yang begitu dekat dengannya.

“Tentu saja~” Jawab Arya mengecup ujung hidung Ista sekilas.

Dan keluarga kecil itu pun menghabiskan waktu ditaman dengan wajah bahagia. Haura berlarian kesana-kemari dengan senangnya sampai ia tidak ingin istirahat.

Arya harus berkali-kali memanggilnya agar bocah kecil itu berhenti, tapi hanya sesaat, Haura terus bersorak kegirangan sambil bermain ayunan.

Setelah lebih dari satu jam kemudian mereka pun segera kembali ke istana mereka dengan Haura dalam gendongan Arya. Bocah kecil itu terlalu capek untuk mengendarai sepedanya.

Ista hanya tertawa kecil saat mendorong sepeda kecil itu pulang kerumah. Begitu sampai Haura langsung turun dari gendongan Arya dan berjalan menuju dapur untuk meminta susunya.

Dalam langkah kecilnya Haura melihat seluruh isi ruangan rumahnya seolah mencari sesuatu. Saat tidak menemukannya ia pun berpaling melihat mommy dan daddy-nya yang sedang berbicara.

“Ada apa, sweetheart?” Tanya ahjumma maid tiba-tiba.

“Haus, Haula mau susu~”

“Ahh, sebentar~”

“Mmm, itu…mana?”

“Apanya?”

“Ayunan…”

“Ohh, sudah disimpan.”

“Haula, makan dulu, nanti minum susu.” Ucap Ista dibelakangnya.

“Haula haus mommy, minum putih aja boleh?”

“Mm, baiklah…ahjumma…”

“Baiklah.”

Seperti itulah, pertanyaan Haura pun tidak terjawab sepenuhnya sampai malam menjelang. Bocah kecil itu tidur bersama kedua orang tuanya setelah dibacakan dongeng kesukaannya. Tanpa bertanya apa-apa Haura terlelap dengan wajah bahagia dan polosnya.

Keesokan harinya.

Haura membuka matanya lalu mengerjapkannya beberapa kali dan bertemu dengan dagu cantik milik mommy-nya. Dengan wajah riangnya bocah kecil itu menyusupkan wajah didada Ista yang hangat.

“Pagi babygirl~” Sapa Arya.

Haura langsung berpaling dan melihat senyum daddy-nya yang menawan dipagi hari. Ia pun tersenyum dengan wajah bahagianya namun tetap saja ada sesuatu yang mengganjal dihatinya.

Bagaimana cara ia mengungkapkan rasa penasarannya. Kenapa semuanya berubah? Semuanya kembali seperti biasanya, dimana Aya? Dimana bayi kecil yang cuma bisa menangis itu.

Dimana?

“Mmm, mulai sekarang semuanya akan kembali seperti semula.” Ucap Arya membuat Haura memiringkan kepalanya bingung. “Maaf sudah membuat Haula bersedih.”

“Mmm, tidak, Haula tidak sedih.”

“Benarkah?”

“Iya, Mommy disini.”

“Mommy selalu disini, tidak ada yang mengambilnya.”

“Tapi Aya…”

“Tidak, Aya tidak mengambilnya, mommy hanya ingin merawatnya karena dia tidak punya mommy, tidak punya daddy.”

“Tidak punya?”

“Tidak, Aya sendirian, tidak punya mommy.”

“T-terus di-dimana dia?” Tanya Haura akhirnya.

“Mmm, Aya sudah daddy kembalikan, ke panti asuhan.”

“Panti asuhan?”

“Iya, disana ada yang merawat Aya sampai besar nanti.”

“Tanpa mommy?”

“Tanpa mommy~”

“Daddy juga?”

“Daddy juga~”

“Tidak boleeeeeeh~” Tangis Haula tiba-tiba membuat Arya tersentak.

“Mas Aryaaaaa~” Rajuk Ista karena merasa terganggu tidurnya.

“Lho? Haula, kenapa? Kenapa menangis, hm?” Tanya Arya sambil mengangkat bocah kecil itu kepangkuannya.

“Aya tidak punya mommy~ hks…”

“Ahh, tidak apa-apa, ibu panti pasti menjaganya.”

“Benarkah?”

“Iyaaa~”

“Hiks~” Isak bocah kecil itu.

“Aiiiih~ ayo keluar, kita jalan-jalan.” Ajak Arya akhirnya.

Arya membawa Haura keluar dari kamar menuju taman belakang, mereka jalan-jalan disekitar taman menikmati udara pagi yang menyejukan.

Walau terlihat senang tapi Haura punya pemikirannya sendiri, bagaimana hidup Aya tanpa mommy? Tanpa daddy? Sendirian di panti asuhan. Tidak punya mainan, tidak bisa sekolah…

Pikiran kecilnya terus berputar.

Bahkan sampai ia sudah mulai masuk sekolah, Haura masih melihat kamar bayi bernuansa biru yang disiapkan untuk Aya.

Semuanya terasa berbeda, suasana rumah mereka terlihat lebih sepi dari biasanya. Tanpa tangisan dan ocehan Aya yang sangat suka berbicara tidak jelas. Walau semuanya kembali sedia kala, tapi Haura merasa hampa.

Walau semuanya kembali seperti sebelumnya, kasih sayang orangtuanya kembali sepenuhnya, tapi Haura merasa ada yang kurang.

**

Hari pun terus berlalu…

Ista dan Arya merasa sudah membuat putri mereka kembali bahagia. Keduanya pun kembali fokus pada pekerjaan dan memberikan cinta hanya untuk Haura sepenuhnya.

Tapi tidak dengan Haura, bocah kecil itu semakin merasa kehilangan.

Hingga suatu hari Ista mendapat panggilan dari Panti Asuhan dimana Aya dirawat. Dengan wajah khawatir wanita cantik itu langsung menghubungi Arya dikantor untuk melihat Aya bersamanya.

Selama seminggu ini setiap hari Ista memang menghabiskan satu jam bersama Aya sebelum ia kembali ke rumah. Jika tiba-tiba mendapat panggilan seperti itu tentu saja membuat jantung Ista berdebar tidak karuan.

“Mas, dia kenapa?” Tanya Ista dengan wajah khawatir.

“Tenang dulu, Ista~”

“Kemarin dia baik-baik saja, kenapa Mrs. Park terdengar begitu cemas?” Tanya Ista pada dirinya.

“Kita sampai.” Ucap Arya.

Dan istri cantiknya itu langsung keluar dari mobil dengan gerakan cepat bahkan sudah berlari menuju pintu utama bangunan besar itu.

“Aiiiih~” Gumam Mas.

“Selamat datang Mrs. Ista~” Sapa Mrs. park begitu melihat Ista tergesa-gesa.

“Ada apa? Dia sakit? Kenapa? Sejak kapan?” Tanya Ista tidak sabar.

“Ahh, maaf sudah membuat khawatir, mari ikut saya.” Ucap Mrs. Park saat Arya mendekati mereka.

Keduanya pun mengikuti wanita yang selalu anggun itu keruangannya. Mrs. Park tampak tenang berjalan menuju kursi dan meminta Ista dan Arya untuk duduk didepannya.

“Maaf sudah membuat anda khawatir, tapi anda harus segera tahu.” Ucapnya kemudian.

“Ada apa Mrs. Park? Apa yang terjadi?” Tanya Arya ikut cemas.

“Mmm, ini~ saya menemukan ini dikotak pos didepan pagar.” Ucapnya menyerahkan amplop kecil berwarna biru.

“Ap-apa ini?” Tanya Ista.

“Bukalah~ karna ditujukan kesini saya sudah membacanya, tapi tetap kalian berdua harus tahu.”

Ista menatap wanita itu sekilas lalu berpaling melihat Arya yang mengangukkan kepalanya. Wanita cantik itu pun membuka amplop yang berisi kertas warna broken white itu. Diatas kertas itu terdapat tulisan tangan yang tidak rapi menggunakan tinta berwarna-warni.

“Haura?” Tanya Ista langsung mengenali tulisan putrinya.

“Benar, surat itu tiba kemarin.” Jawab Mrs. Park.

“Kemarin aku meminta ahjussi(sopir) menjemputnya.” Ucap Arya.

“Bacalah, kalian akan tahu isi hatinya.” Ucap wanita itu lagi.

Ista kembali melihat tulisan kecil itu dan menghembuskan nafasnya dengan perlahan, lalu membacanya.

Dear little baby..

Mmm, Hai~ dedek bayi~
Kau tahu kakak tidak suka menulis karna yaa, tulisan kakak jelek.
Tapi kakak harus menulisnya karna ini sangat penting.

Mm, sebelumnya maafkan kakak sudah menyakitimu, maafkan kakak sudah berprasangka yang buruk padamu.
Sekarang walau biasanya semua kasih sayang itu untukku, kakak akan belajar untuk berbagi denganmu.
Dan jika kasih sayang itu tidak cukup untuk kita berdua… Kakak akan memberikan semua sayang milikku..
Untukmu.

Karna itu kembalilah..

Kakak janji setiap pagi kau bangun tidur, kak Haula ada disana..
Setiap malam kau ingin tidur, kak Haula juga ada disana.
Setiap waktu makan, tidur siang, jalan-jalan, Kakak selalu ada disana.
Setiap detik dalam hidupmu..
Tahun demi tahun, demi tahun, kita akan tua bersama.
Kau dan aku akan selalu jadi saudara.

Selalu..

Selamanya.

Your sister,

Haura Nadzifa

“Mas…” Gumam Ista dengan mata berkaca-kaca setelah membaca surat itu.

Ista tidak menyangka putri kecilnya bisa mengungkapkan isi hatinya dengan begitu indah, walau ia tahu Haura pintar, tapi kata-kata disurat itu menjelaskan isi hati putri itu yang sebenarnya.

“Jauh didalam hati, Haula menyayanginya.” Jawab Arya.

“Apa yang akan anda lakukan?” Tanya Mrs. Park.

“Seperti yang anda pikirkan.” Jawab Arya dengan senyum penuh kebahagiaan.

“Nona kecil, ayo makan siang dulu.” Ajak maid ahjumma melihat Haura yang baru selesai ganti baju.

“Haula tidak lapar.” Jawab bocah kecil itu lalu berjalan kembali menuju kamarnya.

Bocah kecil itu menghembuskan nafas lelah berkali-kali, dengan wajah lesu ia mengambil gamenya dan bermain dibalkon jendela kamarnya yang menghadap ke jalan. Udara siang yang sejuk membuatnya duduk dengan nyaman disana.

Namun baru menang beberapa kali Haura sudah terlihat bosan dan kembali mematikan psp kesayangannya. Bocah kecil itu berjalan ke batasan balkon setinggi dagunya dan bersandar dengan pipi yang menempel disana.

Saat itu sebuah mobil mewah memasuki halaman rumah mereka secara perlahan membuat Haura melihatnya. Saat menyadari pemiliknya, Bocah kecil itu langsung berlari dengan wajah riang keluar dari kamarnya.

“Dadddyyy~” Panggilnya sambil menuruni tangga.

Sampai dibawah Arya berdiri didepan pintu dengan senyum merekah dibibirnya membuat Haura langsung berhenti dan melihatnya dengan kening berkerut. Namun saat seseorang bergerak dibelakang Arya dan berdiri bersamanya, seketika Haura melihat mereka dengan wajah tidak percaya.

“Mo-mommy…”

“Here…your little…”

“Sisteeeeeeeer!!!!” Jawab Haura langsung berlari menuruni tangga dengan wajah riang.

“Kau disini? Kau kembali, Aya kembaliiii~” Teriak Haura langsung menghambur memeluk tubuh kecil Aya.

Ista memegang Aya dari belakang agar Haura bisa memeluknya dengan erat. Keduanya hanya bisa tertawa dengan bahagia melihat Haura berputar-putar sambil menempelkan pipinya pada kepala Aya.

Melihat hal itu Ista yakin, mereka semua akan baik-baik saja Haura akan jadi kakak terbaik yang Aya punya. Dan keduanya akan tumbuh besar dengan segala cinta yang mereka punya.

**

Dan sejak itu selangkah pun Haura tidak pernah lepas dari adik kecil kesayangannya, seperti janji yang tertulis disuratnya. Haura selalu ada disana menemani dan bermain bersama adiknya.

Semua kasih sayang miliknya diberikan pada Aya seutuhnya. Begitu juga dengan Ista dan Arya kembali berusaha berbagi kasih sayang agar tidak ada yang merasa ditinggalkan.

Arya dan Ista tidak ingin kejadian itu terulang kembali karena itu mereka berusaha tidak mengubah apapun kebiasaan Haura sebelumnya.

Salah satunya…

“Haula ayuk jalan-jalan…” Ajak Arya setelah berganti pakaian kerjanya.

“Mas, jangan berisik.” Suara Ista terdengar di sofa ruang tengah rumah mereka.

“Kenapa?” Mas mendekat dengan wajah penasaran.

“Dia tertidur disini.” Jawan Ista tanpa melihatnya.

Arya langsung melihat kearah sofa dan seketika terpaku ditempatnya. Namun sedetik kemudian ia tersenyum dengan manis dan memeluk Ista dari belakang lalu mengecup pipinya.

“Manisnya~” Gumam pria tampan itu.

Mereka berdua melihat Haura yang tertidur dengan tangan terulur dan diatas lengannya kepala Aya yang terlelap dengan wajah terbenam didada kakaknya itu.

Sungguh pemandangan yang menghangatkan.

Ista tidak bisa menahan airmatanya melihat itu membuat Arya memeluknya semakin erat dan menenangkannya.

“Kita akan bahagia.” Bisiknya pelan.

“Tentu saja, bersama mereka.”

“Selamanya.”


The End.

“Cinta yang bisa kita bagi adalah cinta untuk keluarga…semakin banyak kau memberi, semakin banyak kau akan menerima.”

Ehehehehehe…

Terima kasih jika ada yg membacanya.. Ceritanya dari ponakannya Vie yang sering merajuk dan sangat cemburu karena adiknya menjadi pusat perhatian.

Kata-kata yang Vie pakai juga kata-kata dia..
Kecuali suratnya.. Itu surat dari film The Boss Baby yg sudah di modif dikit.. Nonton deh..

Kkkk~ typo? always..
Sampai jumpa di cerita yg lain.

With Love.

Vie.