Kisah Permanen; Yang Tak Bisa Dilupakan
Sedikit bercerita tentang masa lalu.
Ada hal yang tidak bisa dipindahkan letaknya dari hati. Meski jarak dan situasi sudah jauh ditinggalkan, tetap saja ia tak bisa bergeser sesenti pun.
Mungkin bagi sebagian orang tidak berarti cerita yang sering diulang ini. Tapi aku percaya, setiap orang punya kisah yang berbeda dengan sensasi yang sama, dan itu tidak pernah pindah dari hatinya. Begitu juga potongan hidupku beberapa tahun lalu itu.
Dimulai pada awal-awal menyandang status mahasiswa. Iseng mendaftarkan nama sebagai salah satu calon anggota paduan suara kampus. Aku pikir kegiatan ini akan menjadi tempat refreshing menyelaraskan beratnya tugas belajar. Bermodal suara pas-pasan, tidak mengerti notasi, dan tidak paham apa itu sopran, alto, tenor, bas. Terpenting adalah bisa mengeluarkan teriakan-teriakan penghilang tekanan. Aku resmi menjadi anggota paduan suara "Gitasurya" UMM. Angkatan 13 dengan jenis suara Sopran.
Semakin hari semakin aneh saja rasanya. Intensitas berkumpulku lebih banyak di sekretariat Gitasurya dari pada nongkrong dengan teman-teman di kelas. Ternyata aku menikmati kegiatan itu. Membuka lembar demi lembar partitur lagu, membaca not-not balok yang kutranslate ke not angka menjadi candu. Aku menyukai bunyi-bunyian "kecambah" itu. Ajaib!
I really really love to sing!
Awalnya hanya tampil di selebrasi kelulusan mahasiswa, kemudian ikut seleksi lomba lalu tidak lolos, beberapa kali begitu. Tidak membuat kami surut. Tahun demi tahun proses kuikuti, hingga akhirnya lolos kompetisi sampai ke Italy. Siapa yang tidak bangga? Tentu semua bangga.
Bukan, bukan disitu poinnya.
Prosesnyalah yang membuatku jatuh cinta. Betapa bersyukurnya pernah ada diantara teman-teman Gitasurya. Unik, menarik. Aku sebut mereka seperti buku yang membuatku banyak belajar. Apalagi ilmunya, aku masih kagum bagaimana seorang pelatih membuat kami seramai itu menjadi indah. Rasa syukur tidak pernah berhenti ketika mengingat pernah diberi kesempatan berada diantara mereka.
Menjadi penyanyi paduan suara bukan hanya butuh modal suara sekarang ini. Harus juga pintar berekspresi, bisa menari, dan lihai berakting. Sampingannya, mahir bermake up sendiri, dan cekatan menggunakan pakaian daerah yang ribetnya kadang-kadang.
Kami sepeti bunglon!
Harus cepat berganti pakaian, perasaan, dan pikiran. Itu skill paten ketika konser dengan berbagai jenis bahasa baik daerah maupun negara lain. Menyanyikan 12-15 lagu yang berbeda. Mulai dari lagu indonesia (yang kalau lagu daerah tentu bahasa berbeda), Filipina, Korea, sampai Italy yang zaman-zaman renaissance-nya dan bahasa sulit negara lainnya. Dari bit yang lambat sampai yang cepat. Dari nada yang gampang sampai yang keriting.
But I really really love to sing!
Sekali lagi, bukan piala dan piagam yang kami raih itu yang menjadi kebanggaanku. Tapi lagi-lagi prosesnya, rasa bangga karena berhasil melawan ego, rasa bangga karena tidak menyerah begitu saja ketika dulu dihadapkan pada situasi sulit yang membuatku ingin pergi dan berhenti.
Berat?
Ya!
Bahkan sampai detik ini masih menanggung beratnya, hehe.
Demi mengumpulkan biaya berangkat kompetisi, kami mengumpulkan uang tidak hanya dengan proposal, kami ngamen di pusat-pusat keramaian, mengumpulkan dan menjual pakaian yang masih layak pakai, bahkan mengambil pinjaman di kampus dengan menjaminkan ijazah kami. Apa saja usaha baik kami lakukan. Demi bisa berangkat membawa nama almamater, nama Indonesia.
Aku meyakini, segala yang baik jika diusahakan dengan cara yang baik dan benar maka hasilnyapun berimbang. Benar saja! Usaha kami tidak sia-sia. Allah Maha Baik! Aku yakin kemenangan yang diperoleh karena usaha kami yang mampu mengambil pelajaran disetiap prosesnya. Selalu berpositive thinking disegala usaha meraih impian bersama.
Nikmat mana lagi yang aku dustakan?
Allah beri pengalaman berharga. Tidak hanya trophy dan medali tapi juga bisa melihat negara lain bonusnya!
Ya! Dengan suara kau bisa keliling Indonesia bahkan dunia!
Begitulah serunya. Kalaupun tidak keliling betulan, kita bisa traveling melalui lagu-lagunya.
By the way, menyanyikan lagu daerah itu menyenangkan, apalagi lagu daerah Indonesia. Ternyata Indonesia lagu daerahnya cantik-cantik, lho!
Bangga sekali rasanya bisa memperdengarkan ke dunia bahwa Indonesia punya budaya dan bahasa yang beragam. Pengalaman menggunakan pakaian adat Sunda, Makassar, dan Banyuwangi di negeri orang, awalnya geli juga karena kami paling berbeda. Akhirnya menjadi sangat bangga memperlihatkan bahwa Indonesia itu indah, unik, dan "ceria" dengan warna-warni pakaiannya.
Tiba akhirnya aku harus berhenti. Meninggalkan tempat yang memberiku banyak cerita dan pelajaran berharga. Kembali ke kampung halaman, Aceh.
Aku bertekad akan tetap melanjutkan aktivitas ini. Apa daya, dua tahun berlalu, tak ada tempat memahatkan cerita sama. Ya, benar-benar tidak ada yang sama. Sesekali yang kulakukan hanya mengulang-ulang tontonan. Youtube jadi pengobat rindu, mengingat-ingat proses menuju kompetisi-kompetisi dari melihat wajah-wajah "unik" di video. Sering membuatku tersenyum bahkan berkaca-kaca mata ini, teringat ceritanya, terbayang prosesnya.
Pengalaman yang berharga.
Posted using Partiko Android
Benar.. 😊