Penghapusan Pelajaran TIK, Pembodohan IT
Kurikulum K-13 yang ditinggalkan oleh Moh. Nuh selaku mantan Menteri Pendidikan masih mrnjadi polimik antara pro dan kontra sampai dengan awal 2016, padahal sudah beberapa tahun yang lalu Moh. Nuh diganti dengan Anies Baswedan, bukan saja dikalangan pendidik, tapi dikalangan siswa pun timbul bermacam asumsi.
Guru yang dulunya mengajar mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merasa mata pelajarannya dihilangkan dan ini akan berefek kepada tunjungan yang diambil selama ini. Sedangkan bagi siswa yang memang tidak memiliki komputer ataupun laptop dirumahnya merasa dirugikan, karena mereka tidak bisa belajar teknologi secara mendetail lagi, padahal mampu menguasai komputer adalah hampir menjadi kebutuhan wajib di era globalisasi ini.
Pergantian TIK dengan Prakarya Bukan Solusi
Dalam kurikulum 2013 nama mata pelajaran TIK tidak lagi disebutkan, bahkan telah diganti dengan mata pelajaran prakarya, dimana mata pelajaran prakarya ini masih bersifat umum, karena dalam mata pelajaran Prakarya bukan saja belajar tentang komputer, akan tetapi disana ada materi tentang kerajinan tentang bahan alam, alat penjernih air, budidaya tanaman sayuran, dan pengolahan pangan buah dan sayur. Jadi otomatis siswa tidak akan bisa lagi memegang komputer selama 2 jam penuh dalam seminggu.
Bagi anak yang ekonomi ayahnya menengah ke atas, mungkin pelaran TIK itu tidak begitu penting, karena ia telah memiliki laptop dirumahnya dan bisa belajar dengan orang tuanya, namun bagi anak yang kurang mampu, orang tuanya petani atau buruh kasar, jangankan memiliki laptop mengoperasikannya masih gagap, atau pun tidak mengenal laptop sekalipun adalah masalah yang sangat serius dan ini akan berefek kepadanya sebagai generasi yang gagap teknologi.
Di Indonesia, pertumbuhan penduduk miskin bukanlah hal yang sepele, ini dapat kita lihat dengan realita kehidupan masyarakat disamping kita, ada anak yang harus berhenti bersekolah karena orang tuanya tidak sanggup membiayai biaya pendidikannya, baik biaya transportasi ataupun jajan sehari-hari.
Menurut Kepala Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Winandi Himawan menyampaikan jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 30,02 juta orang atau mencapai 12,49 persen. "Ini setara dengan 1,5 kali banyaknya penduduk Australia," ungkapnya dalam sosialisasi pendataan program perlindungan sosial (PPLS) di Swiss Belhotel Jakarta, Selasa (5/7), (Republika, 05/07/11).
Secara sistematis, kalau yang 12,49 persen ini benar-benar sangat miskin, berarti anak-anak dari keluarga tersebut tidak akan pernah memegang komputer atau mengenal komputer lagi jika mata pelajaran TIK tersebut benar-benar dihapus di kurikulum.
Kalau berdalih pembentukan kurikulum 2013 untuk membentuk karakter dan sikap siswa, maka ini tidak perlu menciptakan kurikulum baru yang mesti ada yang dikorbankan, namun tinggal melengkapi kurikulum sebelumnya dengan metode atau strategi pembelajaran yang lebih menjurus kepada karakter dan sikap tersebut.
Kurikulum Pendidikan Nasional 2013, Harapan Baru
Perubahan kurikulum 2013 ke kurikulum pendidikan nasional 2013 merupakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan ini mestinya dengan tidak ada yang dikorbankan, yaitu kembali kekurikulum sebelumnya (KTSP) dengan memasukkan metode penerapan sesuai dengan kurikulum 2013. Karena kurikulum itu penting, tapi guru lebih penting yang dituntut bukan saja mengajar di kelas, guru juga sebagai motivator dan inspirator yang akan menjadi lompatan penting dalam dunia pendidikan.
Pengembangan kurikulum yang bijak dengan melihat segala aspek, terutama aspek pendidik dan aspek anak didik agar tidak menjadi kesenjangan atau pun polimik dikemudian hari. Karena tujuan dari suatu kurikulum adalah untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta meningkatkan kualitas dirinya sebagai manusia. Meningkat sensitivitas, kemampuan mengekspresikan, dan kemampuan mengapresiasikan keindahan dan harmoni. Dan meningkatkan potensi fisik serta menanamkan spotivitas dan kesadaran hidup sehat.
Sedangkan tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkanmanusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tahun Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Melihat tujuan pengembangan kurikulum dan tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan rakyat Indonesia seutuhnya, maka tidak ada dalih pemerintah untuk menghapus mata pelajaran TIK dari karikulum K-13 atau dari karikulum pendidikan nasional 2013. Karena penghapusan mata pelajaran tersebut merupakan pembodohan ilmu teknologi bagi generasi Indonesia.
Asumsi ini bukan tak berdalih, kita lihat sekarang saja berapa banyak masyarakat dewasa atau orang tua kita yang tidak mengenal komputer dan tidak tau cara mengoperasikannya, ini adalah efek dari pendidikan yang mereka peroleh dulu tanpa adanya mata pelajaran komputer. Sungguh sangat disayangkan, ketika generasi kita sudah mulai berkompeten dalam bidang teknologi atau sudah mulai mengenal komputer, malah mata pelajaran tersebut dianggap tidak penting untuk dipelajari disekolah-sekolah umum.
Semoga pemerintah secara umum dan bapak Anies Baswedan selaku pengambil kebijakan tentang kurikulum pendidikan dasar menengah dapat melihat kondisi pendidikan di daerah pedalaman yang mayoritas anak-anak ditempat itu dari keluarga yang kurang mampu, jangankan untuk membeli komputer dirumah mereka kadang membeli kebutuhan pokok pun sangat sulit. Dengan menghapus TIK disekolah mereka berarti pemerintah telah berusaha untuk membutakan teknologi kepada mereka dan ini adalah wajah kegelapan masa depan bagi mereka.