Rinduku

Kau yang melambai sempurna dari kejauhan mencoba untuk melepaskan cinta yang baru saja berpijak di hatimu, cinta yang terlahir dengan bentuk yang sederhana, mengajarkan bahwa jika ada seseorang yang mencintai itu harus genap bukan ganjil. Itulah aturannya. Jika ada yang melanggar, maka harus siap dengan segala resikonya.

“Bolehkah aku ungkapkan isi hati?”
“Silahkan”

Belakangan ini aku merasa semakin jatuh cinta pada seseorang yang bukan milikku lebih tepatnya bukan milik siapapun, hanya saja aku merasa ganjil diantara yang genap. Semenjak kejadian itu, aku lebih sering mendapati ekor matanya yang tidak pernah berubah dan malah semakin menjadi. Gelisah yang saat ini aku rasakan entah dari dia yang terus saja membuntutiku atau keadaan yang memaksaku untuk tetap diam dan menikmati sikapnya yang begitu mengharapkan aku untuk berada di sampingnya.

Sebenarnya aku rindu. Dimana saat sebuah tumpukan es mencair bersama kemudian membeli sebuah baso sebesar kepalan tangan dan melahapnya hanya berdua lalu kita saling mengenal, baik dari hati maupun diri sendiri. Ada kecocokan yang saling berkaitan, sampai waktu mengijinkan kita untuk saling membeku dalam sendu haru.
Tadi itu hanya sepotong kisah dari rindu yang aku ceritakan, sisanya biarku tanggung sendiri sebab rindu tak bisa di paksa untuk di kisahkan hanya baik jika di rasakan dengan ketulusan. Jarang ada seseorang yang kuat memikulnya, karena kebiasaan yang sudah terjalin seketika lenyap dan mau tidak mau kita harus menyiapkan diri untuk terbiasa dengan situasi yang baru.

Setidaknya aku beruntung sudah bisa mengenalmu dengan baik. Aku mengetahui apa yang orang lain tak ketahui tentang dirimu, begitupun sebaliknya. Untuk saat ini, aku hanya ingin bergelut dengan rindu yang masih terjebak di sudut hatimu, mengorbankan kisah haru untuk menggantinya dengan yang baru walau mungkin tak seindah dulu.