Rokok Filter; Lebih Amankah untuk Kita yang Perokok (dan yang bukan) ?
Apa kabar para Steemian semua. Semoga semuanya masih sehat wal afiat tidak kurang suatu apa. Kira-kira kapan saat yang nyaman bagi *Steemian* untuk eksis di Steemit? Kalo saya lebih suka saat duduk di warung kopi, meski sambil menikmati asap rokok buangan orang lain. Kenapa menikmati? Karena dari asap rokok tersebut malah menimbulkan ide untuk menulis. Yaa menulis soal rokok itu pastinya.
Kebanyakan Steemian tentu banyak yang tahu kalau rokok biasa (bukan elektrik) itu terbagi atas 2 jenis, yaitu rokok kretek dan rokok filter. Soal rokok kretek saya rasa tidak perlu dibicarakan karenan memang itulah "sejatinya" bagi para perokok. Tapi yang menarik buat saya tulis adalah mengenai rokok filter. Karena kebanyakan saat ini itulah yang saya lihat paling diingat dalam menikmati aktivitas sehari-hari kebanyakan kita.
Pada 1960-an industri tembakau memperkenalkan filter rokok dengan alasan membuat rokok “lebih aman”. Filter dianggap mampu mengurangi tar dan zat-zat beracun lain, serta mencegah serpihan tembakau masuk ke paru-paru. Bahkan sekarang, sebagian besar perokok percaya bahwa rokok dengan filter lebih aman, mungkin karena rasanya lebih ringan. Segera ditemukan bahwa hal tersebut hanya isapan jempol; bahaya rokok sama saja meski dilengkapi filter.
Mayoritas rokok buatan pabrik sekarang dalam proses produksinya direkayasa hingga memiliki filter berlubang, yang dimaksudkan untuk memasukkan udara segar ke dalam tiap isapan, dan merokok jadi terasa lebih mudah bagi tenggorokan. Ini merupakan tipuan yang diperkenalkan dengan sebutan “light” dan “mild”, sehingga menimbulkan kesan rokok yang tidak terlalu berbahaya atau “rendah tar”.
Filter modern yang lebih besar, dengan lubang-lubang kecil, dimaksudkan untuk memasukkan lebih banyak udara dalam tiap isapan, dan membuatnya terasa “lebih ringan” di tenggorokan. Untuk mendapat dosis nikotin yang konstan, perokok mengisap rokok lebih dalam, dan lebih sering. Memang ini menurunkan paparan perokok hanya terhadap beberapa zat penyebab kanker, tapi meningkatkan paparan mereka dengan komponen asap yang lebih berbahaya pada fase uap, karena zat tersebut langsung menembus filter dan masuk lebih banyak ke saluran nafas.
Hal ini telah menyumbang peningkatan sebesar 50% terhadap penyebab kanker paru-paru, karena makin banyak asap yang masuk ke daerah tepi organ paru-paru, di mana disitulah penyebab kanker itu biasanya muncul. Jadi dapat disimpulkan bahwa ventilasi pada filter berpengaruh pada terjadinya peningkatan penyebab kanker yang mematikan. Bahkan serat-serat filter yang lepas dan masuk ke paru-paru, dan dapat juga menyebabkan kanker. Selain itu, filter menjadi puntung rokok yang secara konsisten pasti menjadi sampah. Filter berbahaya bagi lingkungan, karena mengandung plastik dan tidak bisa terurai secara alamiah.
Kita harus meluruskan pemahaman orang mengenai rokok yang “lebih aman”. Hal yang "lebih aman" tersebut tidaklah ada. Namun tanpa filter, jumlah kanker paru yang mematikan mungkin bisa berkurang, karena lebih banyak perokok yang akan berhenti akibat pengaruh rasa rokok yang keras, dan akan lebih sedikit anak muda yang akan mulai merokok.
Sekian penulisan saya kali ini. Semoga bermanfaat untuk Steemian semua. Terima kasih untuk upvote dan komentar-komentarnya.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://theconversation.com/filter-hoaks-perusahaan-rokok-yang-membahayakan-perokok-dan-lingkungan-85905