Beberapa Hal Mengagetkan Tentang Khilafah

in #khilafah7 years ago

Okay, gw bukan pendukung khilafah. Cuman pernah suatu waktu gw ngajak ngobrol semua orang. Termasuk mereka. Boleh dibilang beberapa opini mereka amat mengejutkan. Nggak semua negative, tapi majoritas gw emang nggak suka.

Gw sendiri kapitalis moderate lah. Dulu extreme. Tapi sejak Ahok praktek gw sadar extreme xtreme ngapain. Negara kita cukup bagus kok meskipun banyak hal gw masih kecewa.

Gw ngajak ngobrol orang orang yang opininya beda. Gw pikir mungkin bisa ada jalan tengah. Misal yang mau agama ikut campur dalam negara kita ke aceh aja. Yang penting jauh dari gw. Beberapa dari mereka suka ide itu. Beberapa agak ngotot.

Ini beberapa yang gw kumpulkan. Notice ini semua belum tentu 100% betul. Tidak semua pendukung khilafah seperti ini. Ada yang moderate ada yang extreme. Tolong dibetulkan ya.

1. Pendapatan negara ngembat duit kafir.

https://izzanizza.wordpress.com/2012/07/15/sumber-sumber-pendapatan-negara-islam/ . Mereka anti pajak penghasilan. Menurut mereka negara tidak seharusnya memajaki penghasilan. Ini gw sambut positif. Gw juga nggak suka pajak penghasilan. Kalo negara memajaki tanah ya masuk akal. Tiap orang pake tanah kan orang itu menikmati infrastrukture. Tapi pajak penghasilan menghukum orang yang lebih rajin. Jadi solusinya apa? Well, solusinya bahasa arab. Jizya, Kharaj, Ghanimah. Biasanya gw nggak suka orang ngomong bahasa Arab. Soalnya gw tau teknique komunikasi politik. Sama orang dalem ngomong apa sama orang luar ngomong lain lagi. Dengan kata lain nipu. Jadi ya gw look up aja. Jizya itu orang kafir bayar pajak ke orang islam. Kharaj dan Ghanimah itu semacam pampasan perang. Nggak heran banyak orang Indonesia mendukung mereka. Seperti orang komunis pikir mereka bisa merampas uang kapitalis, banyak orang orang seperti ini mikir kalo negara kita perang saudara mereka bisa merampas orang yang non muslim.

Meskipun itu wajar sekali di masa lampau dimana negara memang perang terus, sekarang ini susah sekali. Jarang ada negara bisa untung dengan merampas uang warga lain. Paling Amrik mau ngembat minyak atau nyerang freeport. Itu pun nggak gampang. George Bush begitu menang perang lawan Iraq malah menghapus hutang Iraq dan melarang perusahaan Amrik nambang minyak di sono. Hasilnya? Pemerintah Iraq malah hancur diserang ISIS.

So ya ini kenapa gw nggak suka mereka. Mau merampok orang karena agama itu tidak saja jahat, tapi juga konyol. Yang ada koruptor akan menggunakan ini untuk korupsi dan mereka akan menyalahkan rezim lagi yang tidak sesuai maunya mereka.

Mungkin kalo mereka moderate dikit, minta pemerintah memajaki tanah dan rakyat dapet dividend gw masih bisa pertimbangkan lagi. Tapi kalo mainnya diskriminasi berdasarkan agama gini, saya kira mereka hanya memperbanyak musuh.

Kalau ada indikasi apapun peraturan di Indo berubah banyak dan kalau ada indikasi apapun investor bisa kehilangan uang banyak karena pro syariah menang, saat itu juga bunga hutang dan investasi kita naik. Yang rugi kita sendiri.

2. Mereka nggak pake pemilu dan anti demokrasi.

Ini menurut saya ironis sekali. Pendukung khilafah hanya bisa hidup di negara demokrasi. Di negara "islam" lainnya mereka dibabat habis. HTI itu hanya muncul di Inggris misalnya. Tapi Inggris juga konsisten. Di Inggris HTI punya kebebasan berbicara. Tetapi orang juga boleh bebas menyebut mereka bohong. Di Amerika HTI bebas menyuarakan Syariah. Tapi ya yang terjadi orang malah makin anti pati kepada islam saja. Kepemimpinan mereka ditentukan oleh baiat. Begitu segelintir ulama memutuskan Bobby jadi khalifah, sisanya baiat. Sumpah setia ke Bobby atau mati.

Beberapa dari mereka menganggap Iran itu model yang bagus. Hanya yang disetujui "ulama" mereka yang boleh dipilih jadi presiden. Lha gw tanya, kalo gitu ulamanya disogok dong? Ya itu mereka akui kelemahan. Waduh.... Tapi ntar gw bilang bilang ulama bisa disogok kena pasal 156 lagi. Sebetulnya gw lebih suka perbedaan didiskusikan dari pada main hukum. Tapi ya Indonesia kayaknya belum siap.

3. Mereka anti liberalisme.

Nggak terlalu masalah buat saya. Saya juga nggak liberal. Yang lucu adalah orang yang agak pro mereka di negara barat justru yang liberal dan libertarian. Syariah court misalnya, didukung oleh kaum libertarian yang berpendapat kalau tiap orang bebas memilih pengadilan sendiri. Kaum liberal cenderung simpati kepada orang islam dan anti diskriminasi. Orang Israel yang pro perdamaian dengan Palestina ya yang liberal. Tapi mereka kok anti sekali ya dengan liberalisme.

4. Pemilihan "pemimpin" mereka mahal.

Khilafah itu sudah sering dicoba. Ali dan Muawiyah, misalnya, dua duanya mau jadi khalifah. Hasilnya perang sifin. 40 ribu orang meninggal. Sebagai perbandingan, kita pemilu berkali kali yang mati berapa coba? Demokrasi, dengan segala kelemahannya paling nggak lumayan lah. Tiap 5 taon kita ganti pemimpin dengan damai.

5. Tujuan mereka bukan kemakmuran.

Satu hal yang gw coba mengerti dari orang orang itu adalah mau tidak mereka bersaing secara fair. Lu mau menang lomba lari? Ya lomba lari dulu, liat siapa yang menang. Gitu juga gw nggak terlalu anti ideology apapun. Provinsi di indo kan banyak. Coba aja provinsi satu pake syariah, provinsi lain sekuler, provinsi lain lagi kapitalis. Ntar kita liat yang mana yang paling makmur? Nah, ini kemudian nggak nyambung juga ke mereka. Kemakmuran bukan tujuan mereka. Tujuan negara mereka adalah "dakwah".

Jadi nanti NU nggak boleh ada lagi. Kalo mereka sampe menang, urusan dakwah diambil alih negara, bukan swasta. Tentu saja versi agama yang lolos ya yang mereka suka saja. Paling ntar cukong nyetir dibelakang.

6. Di mata mereka, Afganistan itu negara yang berhasil.

Again. Tujuan mereka bukan infrastrukture, kemakmuran negeri. Tujuan mereka adalah Dakwah. Kalo dilihat dari pendapatan perkapita access wifi dan lain lain, banyak dari kita menganggap Afganistan negara gagal total. Dan di sini kita nggak nyambung dengan mereka. Buat mereka itu system berhasil.

7. Salah satu yang dianggap keberhasilan oleh mereka adalah penutupan Alexis.

Ini satu hal yang bikin gw bingung banget ama semua orang beragama. Normalnya kita mikir sesuatu itu dilarang supaya tidak dilakukan. Menurut mereka itu tidak penting. Yang penting dilarang dulu. Mau si Alexis punya saingan Maliboro, SU, King Cross dan lain lain nggak masalah. Jadi semua yang mereka tidak setuju dilarang, masalah kemudian terjadi korupsi ya itu yang salah korupsinya. Ini perbedaan mereka dengan libertarian. Kaum libertarian ingin yang dilarang sedikit saja tapi di enforce. Kalo mereka beda. Pokoknya mereka mau sesuatu itu dilarang di KUHP. Masalah jarang di enforce masalah lain.

8. Banyak orang islam di negara lain sependapat dengan mereka.

https://islam.stackexchange.com/questions/48035/is-indonesian-muslim-being-lied-to-by-al-maidah-51/48041?noredirect=1#comment82153_48041 Si sini orang islam berpendapat kalau gubernur yang tidak muslim seharusnya tidak nyalon. Kadang kadang saya bingung. Apa semua orang yang ingin agama ikut politik itu semacam pro khilafah tapi moderate? Ya tidak tahu juga.

9. Banyak dari mereka tidak suka Pak Dhe yang jawa muslim.

Mereka malah prefer calon presiden keturunan cina yang anaknya gay. Ini bener bener bikin gw bingung. emoticon-Bingung. Saya meskipun bukan orang Jawa saya suka Pak Dhe yang mempermudah semua perijinan dan karenanya membuat korupsi jauh lebih susah di Indo. Ya tentu saya berharap negara kita lebih sekuler dan kapitalis lagi. Tapi yang sekarang saya cukup happy kok.

10. Bisa menang pemilu.

Ada banyak ideology di dunia. Selama bisa bikin negara makmur, nggak masalah. Yang masalah adalah bolak balik suatu ideology gagal bikin negara makmur, lalu pendukung ideology itu bilang ini bukan ideology mereka sebenarnya. Contoh, komunisme. Sesudah negara amburadul karena komunisme, orang komunis tinggal bilang, ini bukan komunisme yang sebenarnya. Saya melihat khilafah itu seperti itu. Bolak balik gagal bikin negara makmur, lalu mereka tinggal bilang ini bukan khilafah yang sebenarnya. Itu membuat saya amat concern sekali.


Overall, dari 0-10 saya bisa kasih mereka score 2. Sebagai perbandingan, saya bisa kasih Pancasila 7, Kapitalisme 8, Georgism dan Libertarianisme 8. Dan kalau ada orang mikir, yang penting bukan ideology, yang penting kewarga negaraan kita valuasinya naik, itu mungkin saya bisa kasih score lebih tinggi.

Saya melihat syariah ini ide yang betul betul bisa bikin negara kita miskin. Kalo toh dicoba harusnya skala kecil dulu liat hasil bagaimana. Di Aceh saya nggak liat mereka makmur makmur banget.

Ide mereka kalau apa apa harus ditentukan ulama dulu bisa menurunkan biaya politik cukong yang mau nyogok. Ini bisa merugikan negara.

Saya suka alternative terhadap western democracy. Tapi yang saya lihat jauh lebih parah. Saya lihat mereka terlalu ngotot kalau cara mereka benar dan amat menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan mereka. Itu yang saya suka. Kalo mereka mau moderate dan mengejar kemakmuran bersama saya mungkin lebih simpati. Tapi kayaknya kita tau sama tau kalo kepentingan politik kita memang amat berlawanan.

Kalo mereka mau objective, yang penting negara makmur, systemnya apa saja, saya mungkin simpati. Tapi tentu saja mereka tidak seperti itu. Kalau mereka mau bersaing fair, misal mereka mau coba di Aceh dan liat yang mana yang lebih makmur, saya mungkin simpati. Tetapi kayaknya mereka ngotot semua harus sesuai maunya mereka.

Ada 2 mekanisme di mana suatu negara tidak terlalu "ngawur". Pertama kemakmuran dan kedua demokrasi. Ya mereka tidak menganggap kemakmuran tujuan jadi susah. Dan mereka juga anti demokrasi, padahal majoritas penduduk Indonesia Islam. Bahkan dikalangan orang islam saja mereka amat tidak populer apa lagi di mata saya.

Saya suka ide sebagian dari mereka tentang hilangnya pajak penghasilan. Tapi kayaknya ini bukan nilai jual utama mereka.

Beberapa dari mereka mendukung kapitalisme yang lebih murni. Menurut mereka, dalam islam, negara tidak seharusnya mengatur harga. Jadi Ojek online itu harga seharusnya dilepas ke mekanisme pasar. Itu saya setuju. Masalahnya banyak pendukung khilafah ini malah protest karena negara mengijinkan pekerja cina masuk Indo.

Kalau menurut saya ini tidak konsistent. Buat apa kita bebas dari negara menentukan harga kalau kemudian negara bisa membatasi import seperti membatasi pekerja asing masuk? Lagian buat apa kita belajar rajin di sekolah kalau orang yang pendidikannya rendah gajinya bisa hampir menyamai kita karena dilindungi dari persaingan?

Mungkin ada baiknya mereka beraliansi dengan Georgist? Georgist berpendapat kalau pajak tanah harus lebih tinggi dan pajak penghasilan harus lebih rendah. Nah kalao gini kan yang tapir nggak merasa dipinggirkan? Jadi mereka bisa dapat sebagian tujuan mereka dan mungkin malah ditolong oleh yang kafir juga? Sekarang ini jauh panggang dari api sih?

Bagaimana menurut yang lain?