Rapa'i dan Kegandrungan Pemuda.
Dokumentasi Muhajir Pusaka Nanggroe.
Ya, sebutannya Rapa'i. Rapa'i merupakan salah satu alat musik khas dari Tanah Rencong yang dimainkan dipukul dengan tangan. Alat musik perkusi ini memang sudah sangat populer di telinga penikmat dan pecinta budaya serta sejarah Nusantara, khususnya Aceh. Berbicara Rapa'i ya berbicara diskursus Aceh, Dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat Aceh selalu bersentuhan dengan Piasan (Pertunjukan) Rapa'i, baik itu dalam suasana suka ataupun dalam suasana Perang, karena dalam setiap ritme dan syair yang dibawakan dalam pertunjukan itu selalu diisi dengan kalimat Tauhid dan Pujian kepada Allah Swt.
Sehingga nilai Keislaman Aceh selalu terbawa (ter-cover) dalam setiap perilaku hidup masyarakat dan membentuk Kefanatatikan luar biasa bagi masyarakat Aceh itu sendiri.
Rapa'i dalam perjalanan sejarahnya berasal dari Syeikh Abdul Qadir Jaelani, Ulama Fiqh yang berasal dari Persia (Republik Islam Iran, sekarang). Dalam perjalanan sampai ke Aceh, Rapa'i dibawa oleh Syeikh Rifa'i (diperkirakan dalam perjalanan terjadi pergeseran penyebutan antara Rifa'i menjadi Rapa'i) dan ditampilkan pertama kali di Bandar Aceh Darussalam (Banda Aceh, sekarang) pada Abad 11.
Dalam setiap pertunjukan Rapa'i selalu dimainkan secara berjamaah yang terdiri dari 8 hingga 12 orang dan sering dikombinasikan dengan instrumen Seurunee Kalee.
Rapa'i sebagai salah satu Identitas kekinian generasi Aceh, sangat disayangkan apabila kita hanya menikmati dengan tatapan kosong tanpa mau mengenal lebih dalam lagi atau ikut melestarikan dengan memainkannya dalam suasana hati gembira.
Patut kita apresiasi dan berbangga pula kepada setiap generasi yang telah mampu merawat dan memainkan alat musik Keuneubah Indatu (Peninggalan Nenek Moyang). Adagium dari Sang Maestro Peradaban Aceh yaitu Sultan Iskandar Muda (Poe Teumeureuhoem) dengan diksi yang masih eksis hingga saat ini "Matee Aneuk meupat jirat, gadoeh Adat pat tamita" (Meninggalnya Anak/keturunan adalah pusara, hilangnya Adat hendak dicari kemana).
Ya, Zaman memang sudah berubah!. Tak dapat kita pungkiri perubahan zaman begitu cepat dan efek yang dihasilkan tentu saja menimbulkan penafsiran ambigu oleh setiap generasi, khususnya generasi muda sebagai pengemban tugas peradaban selanjutnya.
Kehidupan di zaman kekinian sangat bersentuhan dengan kecanggihan teknologi serta informasi, sehingga dibutuhkan tameng baja dalam menghadapi pergeseran budaya, terutama Budaya Piasan Rapa'i di zaman ini.
Wali Nanggroe Hasan Tiro pernah mengeluarkan pernyataan Identitas Aceh "Soe nyang peutuwoe seujarah, meumakna ka dipeulamiet droe bak goeb" (Siapa yang melupakan sejarah, berarti ia telah memperbudak dirinya pada orang lain). Patut diteladani paradigma Sang Wali dalam merawat dan menjaga budaya (Sejarah) sehingga konsekuensi yang beliau ramalkan tidak terjadi dikemudian hari.
Kegandrungan Pemuda sekarang memang sedikit banyak telah terpengaruhi oleh kehidupan gadgetious dan asik dengan pertemanan dunia maya. Namun begitu, kehidupan dunia maya tidak serta untuk kita jadikan sebagai Objek kesalahan tetapi kehidupan dunia nyata tentu harus mampu seimbang dengan kecepatan teknologi. Artinya setiap kita mem-posting tulisan di berbagai media sosial juga ikut merawat budaya dalam bentuk tulisan.
Apresiasi kepada Pemuda Gampoeng Teungoh Baroh Bambi yang telah tergugah hatinya untuk melestarikan kebudayaan daerah pada era millenial ini dengan menggiatkan diri pada proses perdana belajar dan berlatih memainkan Rapa'i.
Dokumentasi Pemuda Gampoeng Teungoh Baroh Bambi.
Merawat Rapa'i dengan memainkan serta mempelajari secara kaffah dan meneladani setiap siratan pesan leluhur dalam mengenal sesama manusia dan mengenal Sang Khalik adalah hal yang sangat luar biasa dalam merawat identitas, dan tentunya juga harus dituangkan dalam format tulisan juga supaya Rapa'i tetap abadi sebagai Monumen dan Dokumen.
Salam Rapa'i, Bravo Steemian!
Luar biasa tulisan nya sahabat, sungguh menginspirasi...
Vote back ya
Mamtap kawan, generasi yang punya karya seni
Bereh rakan.. Sebagoe si gam yang na darah Bambi, loen merasa bangga.
Mantap, kita bergerak bersama..