Sabtu sore yang semoga terulang
Terlihat ada seorang bapak-bapak yang menunggu seseorang dipinggir jalan, dengan sepeda motornya yang siap dibawa untuk memboncengkan seseorang, digubug kecil yang katanya dulu bekas pangkalan pos ojek yang sekarang sudah tak terawat.
bapak itu sesekali menengok ke arah barat, arah dimana biasanya bis berhenti dan menurunkan menumpang dari arah semarang, suatu kota yang penuh dengan kenangan buat bapak itu, karena dulu beliau sedari remaja hingga beranjak keusia senja menghabiskan waktu untuk mncari nafkah disana sebagai seorang tukang kayu.
Kini diera milenial sangat sulit menjumpai barang mebel karya-karya dari tukang kayu, seperti kursi atau meja misalnya, sekarang banyak pabrik memproduksi meja kursi berbahan plastik dan besi yang membuat banyak tukang kayu sekarang beralih profesi, dan itu juga salah satu sebab mengapa bapak itu juga sekarang tidak lagi menjadi tukang kayu, bukan itu saja sih masalah bapak itu ,masih banyak masalah didalam hidupnya terutama kesehatannya yang membuat dia tidak bisa menunaikan janjinya kepada anaknya untuk memberikan pendidikan yang tinggi, karena bapak itu sangat mengidamkan anaknya menjadi seorang arsitek pertanian, suatu pemikiran yang jarang didapatkan oleh warga pedesaan, kenapa?? karena kebanyakan kalau ada orang tua menyekolahkan anaknya pasti dengan harapan bahwa kelak anaknya bisa menjadi pegawai sukses atau pejabat atau apalah itu, tapi tidak dengan bapak itu, dia ingin anaknya kelak bisa memanfaatkan ilmunya dan diterapkan didesanya dan bermanfaat bagi orang lain, dengan harapan jika sudah dewasa anaknya tidak perlu bekerja jauh dari keluarga.
Tapi Tuhan berkehendak lain, vonis penyakit batu ginjal yang susah dioperasi karena beliau memiliki riwayat darah tinggi, namun semangat akan tekad yang kuat demi keluargaya dia mampu bertahan sampai sekarang.
Senja semakin larut dan hampir maghrib dengan gelisahnya bapak itu menunggu seseorang yang dia tunggu sejak ba'da ashar tadi, dan senyuman bapak itu terlihat ketika dari kejauhan terlihat juga senyuman seorang pemuda dari pintu bis yang ditunggunya, dan turunlah pemuda yang seharusnya masih bersekolah sma itu dari bis yang baru saja tiba dari semarang, iya,,, dia adalah anak pertama dari bapak itu, namun anak itu tidak pernah merasa ciut harapan atas apa yang menimpa keluarganya itu.
Dan lengkap sudah kebahagiaan sore yang indah ketika sang bapak menjemput anaknya yang sedang pulang kerja itu, dengan menaiki sepeda motor sambil sang bapak diboncengkan oleh sang anak, dengan senyuman sederhana yang mewah, semewah senja yang sederhana.