Menjadi Toleransi di Malam Pergantian Tahun
Lama tidak menulis karena berbagai kesibukan membuat kadang jari jemari ini menjadi kaku dan cara berpikir barangkali kian tumpul karnaea sudah jarang di atas. Namun beberapa hari ini digelitik pada isu yang sebenarnya isu langganan di saat penghujung tahun. Ya isu apalagi jika tidak “perayaan pergantian tahun”.
Sedikit memberikan ilustrasi ketika disatu kesempatan aku memposting sebuah ajakan di salah satu sosial media untuk men-sepikan malam pergantian baru. Maksud dalam postingan itu, aku hanya ingin mengajak kepada teman-teman muslim untuk berhenti melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat seperti konvoi di jalan, membakar kembang api dan kemeriahan lainnya. Momen ini dapat diisi dengan melakukan muhasabah diri, bermunajah kepada sang pencipta.
Namun upaya yang aku lakukan terkadang memberikan pro dan kontra, apalagi kalau bukan bentuk toleransi. Sehingga dalam benak aku berdebat tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan toleransi itu. Apakah yang saya lakukan adalah sebuah tindakan intoleransi.
Ya saya coba mencari makna toleransi itu sendiri.
Toleransi adalah suatu sikap saling menghargai antarkelompok atau antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Toleransi dalam bahas arab juga dikenal dengan istilah tasamuh, atau sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan antar sesama manusia.
Point yang menjadi perdebatan dalam benak saya apakah hal yang saya lakukan bukanlah sebuah bentuk toleransi ? apakah benar saya telah melakukan sebuah ujaran intoleransi karena mengajak sesama muslim untuk men-sepikan malam pergantian tahun masehi ini?
Atau hingga yang paling ekstrim apakah ini sebuah ujaran kebencian ?
aku pikir tidak ? justru yang aku lakukan adalah sebuah bentuk toleransi.
Mengapa begitu ?
Ya,pada dasarnya yang saya ingatkan adalah umat muslim untuk tidak bermegah-megah dalam malam pergantian tahun. Karena secara ibadah maupun amalan –amalan dalam islam sepengetahuan saya tidak ada tentang upaya merayakan malam pergantian tahun.
Yang kedua, bentuk yang saya lakukan ini adalah bentuk toleransi yang bisa saya lakukan terhadap umat kristiani. Kenapa tidak, daripada hanya sekedar mengucapkan sebuah ucapan selamat natal dan tahun baru bukankah menjaga kestabilan agar mereka khusyuk beribadah adalah sebuah bentuk toleransi.
Saya rasa malam pergantian tahun adalah malam sacral bagi umat kristiani, sebagaimana muslim dengan 1 Muharamnya.
Menjaga kehusyukan ibadah mereka tanpa ledakan petasan, kembang api di malam hari adalah bentuk toleransi. Disamping itu kita dapat mengisi dengan hal-hal yang lebih bermanfaat, seperti tilawah, muhasabah diri dan melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat.
Bisa kita lihat di tahun-tahun sebelumnya bagaimana jalanan macet, semua orang bersuka cita, konvoi kesana kemari, hingar bingar dimana-mana, minuman keras hingga maaf banyak anak gadis yang kehilangan keperawanan di malam pergantian tahun ini.
Ini adalah sebuah ajakan dariku. Mari kita isi malam pergantian tahun dengan cara yang lebih bermanfaat.
Mohon maaf atas segala kekhilafan, semoga kita dapat menjadi pribadi yang jauh lebih baik kedepannya…