Sebuah Argumentasi bagi Steemian "Pengemis" Upvote

in #life7 years ago (edited)

Dalam tulisan terdahulu saya sempat menyinggung perasaan para steemian pengemis upvote. Kali ini, saya mencoba memahami dari sisi mereka, dan memakluminya.


DCIM_Camera_IMG_20170728_214504.jpg

Sebelum menulis tentang topik ini, ada satu pertanyaan yang terus menerus berkelindan di benak saya: Bersalahkah mengemis upvote? Saya tidak akan menjawab pertanyaan ini. Bagi kalian yang berharap jawaban dari saya terkait pertanyaan ini, bersiaplah untuk kecewa. Biarlah jawabannya kita simpan di hati masing-masing. Itu lebih adil dan netral.

Bagi kalian yang selama ini membenci atau terganggu dengan keberadaan steemian yang selalu mengemis upvote melalui komentar di postingan kalian, bersiaplah untuk meng-klik tombol close (x) di layar monitor kalian. Tulisan ini saya maksudkan untuk memberi amunisi kepada mereka-mereka yang selama ini rajin menulis "jangan lupa upvote ya" atau "bang, upvote tulisanku donk" dan kata-kata serupa dengannya yang membuat steemian senior gerah dan meradang.

Sebelum basa-basi ini panjang lebar, saya akan mengajak kalian semua untuk menyimak sebuah kisah sufi (dan saya yakin kalian semua sudah pernah membaca kisah ini). Kalian pasti mengira saya akan mengulas kisah Abu Nawas, tokoh dalam cerita seribu satu malam. Oh tidak, saya justru tertarik pada sosok Nasruddin Hoja, juga seorang tokoh sufi yang konon hidup di Turki sekira abad ke-13.

Begini kisahnya. Suatu hari, Nasruddin terlibat dalam obrolan santai tapi serius dengan seorang hakim kota yang terkenal kaya, angkuh, sombong dan merasa dirinya sangat berkuasa, karena banyak keputusan penting muncul dari ketukan palu yang dipegangnya. Si hakim itu sudah kenal dengan Nasruddin, seorang intelektual dan cendekiawan. Mulailah si hakim ini mencoba menelisik apa yang ada di benak Nasruddin.

"Kalau Anda diberi pilihan untuk memilih antara kekayaan dan kebijaksanaan, kira-kira mana yang akan engkau pilih, Nasruddin?" tanya si hakim sombong itu. Nasruddin tidak langsung menjawab. Dia pandang lekat-lekat wajah si hakim, dan kemudian tersenyum.

"Ah, bapak hakim, masak tidak bisa menebak apa yang bakal saya pilih," jawab Nasruddin pura-pura bingung. "Tentu saja saya akan memilih kekayaan," sambung Nasruddin.

Hakim kota ini melihat Nasruddin dengan tatapan sinis. "Aku tidak menyangka Anda lebih memilih kekayaan ketimbang kebijaksanaan. Memalukan. Anda adalah cendekiawan yang diakui dan dikagumi masyarakat. Dan ternyata Anda lebih memilih kekayaan daripada kebijaksanaan."

Nasruddin jelas terusik dengan kata-kata si Hakim kota itu. "Kalau Anda sendiri lebih memilih apa, antara kekayaan dan kebijaksanaan?" Nasruddin balik bertanya.

Si hakim menjawab dengan tegas dan tanpa ragu-ragu. "Jelas donk, saya lebih memilih kebijaksanaan," jawabnya. Sambil menggeleng tak percaya, Nasruddin menutup pembicaraan dengan sang hakim. Ia tak lupa mengeluarkan kata-kata bijak, khas dirinya.

"Tidak salah lagi. Semua orang memilih apa yang belum dimilikinya karena otak manusia terlatih untuk berpikir satu sisi saja." Selesai berkata begitu, Nasruddin meninggalkan sang hakim yang tampaknya mulai merenung-renung apa yang baru didengarnya.

Apa yang menarik dari obrolan antara Nasruddin dan si hakim sombong itu? Manusia cenderung berpikir dari satu sisi saja. Siapa pun orangnya, termasuk pengguna Steemit. Kenapa ada yang minta upvote? Karena mereka memang butuh upvote dan level mereka masih rendah. Sementara orang yang merasa jengkel dengan keberadaan steemian yang mengemis upvote, cenderung merasa dirinya sudah di level atas dan tidak butuh lagi upvote. Sebab, mereka bisa upvote sendiri postingannya seperti yang dilakukan para whale dan ikan paus.

Kesimpulannya, seperti dalam obrolan Nasruddin tadi, orang memang cenderung berpikir dari satu sisi saja, dan sisi itu adalah dirinya sendiri. Orang seperti ini biasanya hanya fokus pada apa yang ingin dimiliki dan bukan apa yang telah dimiliki.

Kayak si hakim, karena dia sudah punya kekayaan dan ketenaran, maka dia menginginkan kebijaksanaan. Sementara Nasruddin yang memiliki kebijaksanaan menginginkan kekayaan. Susah untuk mendamaikan soal keinginan dan kebutuhan. Orang cenderung mengharapkan sesuatu yang belum dimilikinya.

Soal berpikir satu sisi, saya juga teringat pada sebuah dialog antara bajak laut (perompak) dengan armada patroli laut. Cerita ini pernah saya baca dalam buku yang ditulis oleh Noam Chomski (maafkan saya, ketika menulis ini saya sama sekali tidak ingat apa judul bukunya). Begini cerita:

Alkisah, suatu ketika sekelompak bajak laut berhasil ditangkap armada pasukan laut yang sedang berpatroli rutin. Bajak laut yang tertangkap itu tidak mau ditangkap oleh armada. "Mengapa saya yang kecil disebut perampok, sementara Anda yang mengambil upeti dalam jumlah besar disebut pahlawan!"

20953294_1156331194511003_8299047829993696298_n.jpg
Screenshot dari sebuah group chat WA

Sort:  

menarik sekali.. ini yang menjadi isu akhir akhir ini di dunia persilatan steemit. Bahkan 'bulek' juga sudah mulai menulis tentang stemian dari Aceh. Menjadi refleksi bagi kita semua.

Aceh adalah koentji...semoga Steemian Nanggroe meutamah meucuhu ban sigam donja

Amiiin...namun kita harus tetap belajar banyak terutama saya yang masih newbie. :D

Semua orang adalah newbie...

sebuah topik yang mengagum kan. walaupun tersinggung hati.tapih gak masalah karena kita semua pengemis juga

Saya mulai tidak tersinggung lagi haha

Saya sering peugah sama steemians baru. >Jika kalian telah hek menulis dan mencurahkan daya upaya di steemit.com, tapi tidak ada hasil (vote), maka disitulah kalian harus berhenti
Dan bagi lon bergabung ke steemit cit mau Mita peng, dengan ikut aturan pastinya.

**Dan Rame yang Muna... **

Khak

Man kah pajan ka piyoh? Haha

Watee Hana jaringan dan abeh sandwich.. khak

se iring waktu berjalan,,pasti yang lakei vote maken berkureng :D contoh ya lon sendiri hahahhaa

Dont judge a steemian by the username.. :) nama boleh @acehpungo, tapi anda yang berpikiran paling waras diantara para steemian.
Artikel yang anda tulis memberikan pandangan yang imbang dalam memahami karakter steemian dan dinamika yang berlangsung di steemit.

Terima kasih sudah mampir di sini. Saya mencoba memahami kegalauan mereka (kebanyakan teman2 saya sendiri) agar tidak patah semangat

Krak nyan bang

Teurimong geunaseh...

Hahhahaha meuhamboe tulisan kali nyoe....

Bah kutampoe sigo2 ata meunoe...bek hana soe pakoe steemian pemula

Hahhaha kabeutoi nyan bang... Pokok jih beu sipreuk dum. Hahha

Oooo.. Jadi kheun ke loen. Meunan mkad raneuh??

Pane keudroe, droe level ka di ateuh @ojaatjeh haha

Luarr biasa..tanyoe keturunan bajak laut

Nenek moyangku perompak hahaha

Alkisah, suatu ketika sekelompak bajak laut berhasil ditangkap armada pasukan laut yang sedang berpatroli rutin. Bajak laut yang tertangkap itu tidak mau ditangkap oleh armada. "Mengapa saya yang kecil disebut perampok, sementara Anda yang mengambil upeti dalam jumlah besar disebut pahlawan!"

Itu kalo tak salah buku Chomsky berjudul Politik Kuasa Media, bang. Buku tipis bersampul merah. Kalo tak salah ya. Hehe

Ka beutoi, buku nyan. Troh u rumoh ku pareksa lom.